Setelah membaca tulisan Mas Diaz Robigo yang tayang di Terminal Mojok kemarin, sebagai sesama penghobi olahraga lari, saya jadi pengin menanggapi. Tak seperti Mas Diaz, saya justru menganggap sepatu lari, jersey, jam tangan sport, hingga suplemen olahraga itu pada dasarnya murah asalkan ada uangnya. Yang mahal justru tekad dan istikamahnya. Ini yang nggak bisa dibeli dengan uang sebanyak apa pun.
Jadi gini, Bestie… Mau secanggih apa pun teknologi sepatu yang kalian gunakan, mau senyaman apa pun jersey lari yang kalian gunakan, mau semahal apa pun jam tangan sport yang kalian gunakan, dan mau sebagus apa pun suplemen yang kalian konsumsi, kalau nggak ada tekad kuat serta istikamah latihan sih progres lari kalian bakalan stuck di situ-situ saja.
Izinkan saya sombong dulu, ya. Saya sering melihat pelari yang harga sepatunya lebih mahal dibandingkan UMR Kota Bandung lengkap dengan jersey orisinal brand olahraga terkemuka berikut jam tangan sport mahal nggak lari lebih cepat apalagi lebih lama dari saya. Biasanya nih orang-orang yang kayak gini lari cuma 10 menit, sudah gitu sibuk foto-foto untuk diposting di media sosial.
Kalau melihat fenomena kayak gini saya pengin deh bilang, “Kang/Teh, mending perlengkapan olahraga larinya buat saya aja. Saya udah lama menggeluti olahraga ini tapi nggak punya uang buat beli perlengkapan olahraga kayak punya Akang/Teteh.” Tentu saja bukan berarti saya beneran pengin malak mereka gitu. Ini karena saya iri aja sih sama mereka~
Selama lebih dari 10 tahun, saya “hanya” berlari bermodalkan sepatu yang harganya kurang dari 300 ribuan. Jersey dan celana yang saya pakai harganya 10 ribuan. Jam tangan sport untuk mengukur jarak lari dan waktu tempuh? Waduh, belum punya, makanya mau nggak mau saya harus bawa HP untuk mengukur jarak lari dan waktu tempuh. Lagi pula selama saya memakai perlengkapan olahraga yang biasa saja, harganya nggak sampai jutaan juga aman-aman aja kok.
Berdasarkan catatan aplikasi lari yang saya gunakan, tahun 2022 saya sudah lari lebih dari 550 kilometer. Dibandingkan atlet lari profesional macam Agus Prayogo, jarak lari saya tahun lalu memang masih jauh banget. Tapi dibandingkan dengan mereka yang pakai perlengkapan olahraga lari mahal tapi larinya cuma 10 menit, saya masih lebih baik, kan? Wqwqwq. Makanya saya bilang tekad dan istikamah itu penting.
Memang sih kalau bisa memilih, saya juga pengin pakai perlengkapan olahraga lari layaknya atlet lari profesional. Tapi apa daya saya nggak punya uangnya. Jangankan uang untuk beli perlengkapan lari, untuk bayar listrik saja masih ngos-ngosan karena saya kehilangan pekerjaan akibat pandemi kemarin. Jauh lebih capek bayar listrik bulanan ketimbang lari 5 kilometer, Gaes. Sungguh.
Meski begitu, saya nggak kepikiran buat berhenti lari karena perlengkapan olahraga saya nggak sementereng orang lain. Makanya buat kalian yang pengin menggeluti olahraga lari kayak saya, nggak usah minder duluan ketika saat sedang lari di trek ketemu orang yang pakai perlengkapan olahraga lari mahal dari atas sampai bawah. Pokoknya dalam dunia lari ini yang mahal itu tekad dan istikamah untuk terus berlatih, jaga pola makan, dan jaga pola tidur supaya performa lari kita makin baik dari hari ke hari.
Saya menuliskan ini juga bukan bermaksud men-judge orang-orang yang cuma pakai perlengkapan olahraga lari mahal tapi cuma 10 menit terus foto-foto doang, ya. Saya justru pengin memberi semangat biar yang lari pakai perlengkapan olahraga yang harganya minimalis kayak saya nggak malu lagi. Pokoknya ingat, yang penting istikamahnya.
Penulis: Raden Muhammad Wisnu
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Olahraga Lari Adalah Olahraga Murah, Murah Pala Bapak Kau.