Semenjak delapan bulan tinggal di Inggris, saya baru kali ini merasakan mati listrik.
Sekitar jam 10 pagi, saat sedang asyik-asyiknya nonton YouTube di laptop, ndilalah YouTube-nya macet. Awalnya saya pikir ini hanya masalah teknis jaringan Wi-Fi. Biasanya, saya hanya perlu mematikan Wi-Fi dan menyalakan ulang Wi-Fi di laptop. Tak lama kemudian sinyal Wi-Fi akan kembali terdeteksi. Dan saya bisa menggunakan internet lagi.
Jika belum berhasil dengan teknik ini, saya akan turun ke lantai satu untuk mencoba teknik kedua: restart router. Saya mencolok tombol kecil di belakang router dengan tusuk gigi. Cara ini selalu berhasil. Namun, setelah tiga kali restart router, Wi-Fi masih belum terdeteksi.
“Kenapa ya?” Saya mbatin dalam hati.
Saya baru ngeh ketika laptop saya berhenti ngecas. “Apa jangan-jangan listriknya mati ya?” pikir saya. Saya coba menekan saklar lampu di kamar. “Tek!” Saya menoleh ke atas dan lampunya nggak nyala. Untuk memastikan mati listrik, saya akhirnya turun tangga dan coba menyalakan lampu di ruang tamu. “Tek!” Dan masih nggak nyala.
“Kenapa ya?” saya mbatin dalam hati lagi.
Saya langsung teringat SOP mati listrik di Bekasi. Kebetulan saya sudah tinggal di Bekasi selama hampir tiga puluh tahun. Jadi, saya sudah merasakan sensasinya mati listrik di Bekasi berkali-kali.
Sebagai warga Bekasi yang baik, kalau pas mati listrik, hal pertama yang dilakukan sesuai SOP yang berlaku adalah mengecek ke tetangga sebelah terlebih dahulu bukan tanya ke PLN.
Akhirnya, saya putuskan ke luar rumah untuk mengecek ke tetangga. Saya berjalan ke arah pintu utama dan memutar kunci secara perlahan dengan tangan kanan. “Cekrek” suara gagang pintu terbuka.
Saya terkejut. Ternyata di depan pintu sudah ada teman flat saya, Paul yang berasal dari Nigeria. Tak lama kemudian tetangga depan rumah, Ahmad dari India, dan Simon yang merupakan akamsi Inggris ke luar rumah juga sambil nyeker.
“Hi, Bro. Listrik di rumah lu mati nggak?” Kata Simon.
“Iya mati nih,” sahut saya dan Ahmad.
“Apa kalian udah coba telepon PLN?” tanya Paul.
“Belum.” Jawab mereka dengan kompak.
“Di India, saya baru telepon PLN kalau emang listrik pada mati sekomplek. Harus ngecek tetangga dulu bro. Bukan sebaliknya,” kata Ahmad.
“Lah kok sama kayak di Nigeria?” Kata Paul.
Simon ketawa ngakak. Dalam hati saya juga nahan ketawa. Saya kira cuma warga Bekasi aja yang punya SOP begini, ternyata warga India, Nigeria, dan Inggris juga.
Tapi, untuk menjaga wibawa dan citra warga Bekasi, saya nggak ceritain kalau di Bekasi biasanya juga begitu, tapi bilang ke mereka, saya akan coba segera telepon ke PLN Inggris untuk membuat laporan. Untungnya, sekali nelpon langsung nyambung dan CS-nya bilang masalahnya akan selesai dalam tempo maksimal satu jam.
“Wah keren banget pelayanan PLN di sini. Sangat responsif, tangkas, dan bisa memberi kepastian,” gumam saya.
Terbukti. Nggak sampai satu jam listrik di flat saya sudah nyala kembali. Nggak perlu nunggu berjam-jam atau berhari-hari.
Saya langsung melanjutkan nonton YouTube yang sempat terhenti. Sambil mengunyah coklat KitKat, saya merenungi kejadian tadi pagi yang saya alami.
Di Inggris, kami berempat memang berbeda dalam segala, kecuali dalam memastikan tetangga lain mati listrik juga atau nggak. Jika memang mati lampu semua baru ada yang lapor PLN. Dalam kasus mati lampu, saya baru tahu kami ternyata satu mazhab. Dan kita tidak ada bedanya dengan mereka.
BACA JUGA Ujian Mental di Jalanan Kota Bekasi