Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Pojok Tubir

Perintah untuk Tambah Anak, Basa-basi yang Seharusnya Tak Perlu Dilontarkan

Dini Sukmaningtyas oleh Dini Sukmaningtyas
7 Agustus 2021
A A
Perintah untuk Tambah Anak, Basa-basi yang Seharusnya Tak Perlu Dilontarkan terminal mojok
Share on FacebookShare on Twitter

Hidup bermasyarakat memang sering kali serba salah. Jika nggak bisa basa-basi, nanti dikira kuper. Namun, jika terlalu berbasa-basi, takutnya malah menyinggung lawan bicara. Dari sekian banyak topik basa-basi, yang ingin saya bahas di sini adalah pertanyaan, atau mungkin lebih layak jika disebut perintah untuk menambah anak. Saya cukup heran. Apa, sih, urgensinya menyuruh seseorang untuk menambah populasi makhluk hidup di bumi yang sudah sesak ini?

Pertanyaan, “Sudah isi belum?” saja menurut saya sudah melewati batas kemanusiaan. Setelah beneran “isi” dan bayinya sudah lahir, ternyata ada tuntutan lain yang nggak kalah menyebalkan, yaitu tuntutan untuk menambah jumlah anak.

Dulu sebelum menikah, saya nggak tahu kalau topik tentang jumlah anak ini menjadi sensitif bagi pasangan yang sudah menikah, terutama bagi pihak perempuan. Namun, setelah menikah dan memiliki anak sendiri, saya jadi ingin membungkam mulut-mulut tak berperasaan yang dengan entengnya memerintahkan saya untuk “membuat” anak lagi, berhubung anak saya sudah agak besar. Astaga, padahal anak saya saja usianya belum menginjak dua tahun!

Kalau ada pasangan suami istri yang memiliki balita, siap-siap saja dengan kalimat perintah seperti ini, “Buruan dong anaknya dibikinin adik, biar sekalian repotnya.”

Saya gagal paham dengan pemikiran semacam ini. Sepengalaman saya, mengurus satu balita saja repotnya bukan main, lha ini kok malah disuruh mengurus dua? Lagi pula, kata-kata “biar sekalian repot” itu maksudnya apa? Biar sekalian stresnya, sekalian ngamuknya, dan sekalian uji kesabarannya? Nggak, deh, terima kasih. Yang mengetahui batasan kemampuan kita, ya kita sendiri. Orang lain nggak berhak menentukan. Mungkin memang ada orang di luar sana yang mampu mengurus dua, tiga, bahkan empat anak sekaligus. Tapi, jika kita nggak yakin untuk mengurus lebih, ya nggak perlu dipaksakan. Ini urusannya dengan satu nyawa manusia, lho.

Lantas, apakah orang yang sudah memiliki anak lebih dari satu berarti bebas dari tuntutan tersebut?

Ah, jangan mimpi, deh, kalau kita masih tinggal di Indonesia.

Sebuah keluarga dianggap ideal apabila di dalamnya terdapat suami, istri, dan anak-anak dengan jenis kelamin yang berbeda. Setidaknya begitulah anggapan yang selama ini banyak beredar di masyarakat kita. Kalau ada orang yang punya dua anak, yaitu laki-laki dan perempuan, pasti orang akan berkomentar, “Wah, senang ya sudah lengkap sepasang, cowok dan cewek.” Namun, tanggapannya akan berbeda ketika ada orang yang sama-sama memiliki dua orang anak, namun jenis kelaminnya laki-laki semua. Komentarnya kurang lebih akan seperti ini, “Udah punya dua cowok, nih. Ayo dong dicoba lagi biar ada ceweknya.”

Baca Juga:

4 Hal Menyebalkan yang Membuat Ibu-ibu Kapok Pergi ke Posyandu

Alasan Banyak Nama Anak Zaman Sekarang Semakin Rumit

Intinya, walaupun kita memiliki anak selusin, kalau semuanya berjenis kelamin sama, ya tetap akan disuruh tambah sampai dapat yang jenis kelaminnya berbeda. Lha, kok urusan reproduksi jadi seperti membeli permen karet Yosan? Selama belum mendapatkan huruf N, harus dicoba terus sampai dapat.

Mungkin di luar sana memang ada orang-orang yang ingin punya banyak anak. Tapi, tolong hargai saya dan orang lain yang sudah merasa sangat cukup dengan satu anak saja. Kemampuan orang, kan, berbeda-beda. Bukan hanya masalah finansial saja, namun yang terpenting adalah mental. Tahu nggak, sudah berapa anak-anak yang sehari-hari menjadi sasaran kemarahan karena orang tua terlalu lelah mengurus banyak anak? Saya juga nggak tahu, tapi yang jelas, sih, banyak. Lebih kasihan lagi jika jarak usia mereka terlalu dekat. Siapa yang nggak pusing jika ada dua balita yang membuat keributan di dalam rumah? Walaupun si ibu berhati malaikat, pastilah ada saat-saat di mana ia merasa overwhelmed, apalagi jika ia mengurus anak-anaknya sendiri tanpa bantuan asisten rumah tangga, misalnya.

Alasan saya merasa cukup dengan satu anak adalah untuk menghindari hal semacam itu. Saya sadar diri bahwa saya belum sehebat itu dalam mengelola emosi, sehingga saya takut menyakiti hati anak pertama saya jika saya melampiaskan kekesalan hanya karena merasa lelah mengurus adiknya. Alasan lainnya adalah saya sempat mengalami baby blues saat kelahiran anak pertama, jadi saya ingin menjaga kewarasan saya terlebih dahulu, karena saya yakin dia lebih membutuhkan seorang ibu yang waras daripada seorang adik.

BACA JUGA Jika Ibu Sedang Menasihati Anak, Orang Lain Dilarang Melakukan Hal Ini. Bahaya! dan tulisan Dini Sukmaningtyas lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 21 September 2021 oleh

Tags: Anakbasa-basiGaya Hidup Terminal
Dini Sukmaningtyas

Dini Sukmaningtyas

Suka menulis, tapi lebih sering membaca. Bisa leluasa menulis ketika anak sedang tidur.

ArtikelTerkait

Panduan Misuh Jawa Timuran, Dijamin Mantap dan Paten terminal mojok.co

Selain ‘Anjay’, 5 Kata Ini Seharusnya Juga Dilarang Komnas Perlindungan Anak

30 Agustus 2020
3 Cara Menyiasati Dapur Mungil agar Tetap Cantik terminal mojok

3 Cara Menyiasati Dapur Mungil agar Tetap Cantik

4 Juli 2021
Bagi Saya, TV Tabung Jauh Lebih Baik Dibanding TV LED! terminal mojok.co

Bagi Saya, TV Tabung Jauh Lebih Baik Dibanding TV LED!

30 Juni 2021
4 Alasan Sulitnya Berteman dengan Penutur Asli Bahasa Korea terminal mojok

4 Alasan Sulitnya Berteman dengan Penutur Asli Bahasa Korea

27 Juli 2021
Pamekasan Madura Katanya Kabupaten Layak Anak, tapi Taman Bermainnya Nggak Ramah Anak karena Diisi Muda-mudi Mesum

Pamekasan Madura Katanya Kabupaten Layak Anak, tapi Taman Bermainnya Nggak Ramah Anak karena Diisi Muda-mudi Mesum

7 Februari 2024
Jiwa Asli Rakyat Indonesia yang Tertanam di Sopir Angkot

Jiwa Asli Rakyat Indonesia yang Tertanam di Sopir Angkot

13 Februari 2020
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Pengalaman Nonton di CGV J-Walk Jogja: Murah tapi Bikin Capek

Pengalaman Nonton di CGV J-Walk Jogja: Murah tapi Bikin Capek

4 Desember 2025
Malang Nyaman untuk Hidup tapi Bikin Sesak Buat Bertahan Hidup (Unsplash)

Ironi Pembangunan Kota Malang: Sukses Meniru Jakarta dalam Transportasi, tapi Gagal Menghindari Banjir

5 Desember 2025
Dosen yang Cancel Kelas Dadakan Itu Sungguh Kekanak-kanakan dan Harus Segera Bertobat!

Dosen yang Cancel Kelas Dadakan Itu Sungguh Kekanak-kanakan dan Harus Segera Bertobat!

3 Desember 2025
7 Fakta Surabaya yang Bikin Kota Lain Cuma Bisa Gigit Jari

7 Fakta Surabaya yang Bikin Kota Lain Cuma Bisa Gigit Jari

30 November 2025
3 Alasan Soto Tegal Susah Disukai Pendatang

3 Alasan Soto Tegal Susah Disukai Pendatang

30 November 2025
Menanti Gojek Tembus ke Desa Kami yang Sangat Pelosok (Unsplash)

“Gojek, Mengapa Tak Menyapa Jumantono? Apakah Kami Terlalu Pelosok untuk Dijangkau?” Begitulah Jeritan Perut Warga Jumantono

29 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana
  • Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.