Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Hiburan Anime

Perihal Wibu dan Alasan Perempuan Jarang Bisa Menikmati Anime

Primasari N Dewi oleh Primasari N Dewi
11 Desember 2022
A A
Perihal Wibu dan Alasan Perempuan Jarang Bisa Menikmati Anime (Unsplash)

Perihal Wibu dan Alasan Perempuan Jarang Bisa Menikmati Anime (Unsplash)

Share on FacebookShare on Twitter

Sebagai penikmat kambuh-kambuhan dari anime, saya memang tak pantas disebut disebut wibu atau otaku. Saya pernah nonton anime dari zaman Inuyasha, Sailormoon, Cardcaptor Sakura, Ninja Hattori, Fruit Basket, One Piece, Demon Slayer, sampai SpyXFamily. Akan tetapi, bukankah itu tak cukup untuk mengategorikan saya sebagai “wibu”?

Wibu itu sebenarnya siapa? 

Saya termasuk orang yang menganggap wibu itu keren dan tidak keren. Hah, kok begitu?

Keren, karena mereka bisa konsisten menyukai sesuatu. Mungkin memang sama seperti penyuka K-pop dan drakor, untuk bisa menyukai sesuatu sampai jangka waktu yang lama itu tentunya membutuhkan effort dan “nilai” yang harus dipegang teguh. Atau mungkin fans suporter sepak bola Indonesia lah, kan kadang nggak habis pikir juga “Kok bisa sebegitunya?” Menjadi penggemar itu tak mudah.

Hanya, kalau wibu yang berlebihan itu kadang bisa dianggap norak. Tidak hanya di Indonesia saja, tetapi wibu juga menyebar sampai ke Barat. Wibu yang benar-benar “aneh” juga ada. Iya, itu lho yang katanya disebut “wibu nolep”.

Dari sini, saya juga ingin menanyakan sebenarnya yang disebut wibu di Indonesia itu yang bagaimana? Seseorang layak disebut wibu itu kalau sudah menikmati anime sampai level mana? Apakah harus yang sudah bertahun-tahun menjadi penonton setia anime? Atau yang bisa bercerita sampai berbusa-busa mengenai anime kesukaannya? Atau yang selalu update anime terbaru di Jepang? Atau yang sudah agak susah membedakan mana dunia nyata dan dunia animasinya? Wah….

Otaku

Di Jepang juga ada wibu (yang lebih sering disebut otaku) yang sampai melepas diri dari kehidupan sosialnya, lho. Yang disebut otaku itu yang benar-benar sudah keranjingan terhadap sesuatu. 

Menikah dengan waifu itu mungkin parah, sih, tetapi yang paling nyata yang saya temui di Jepang itu yang penampilannya bisa dibilang “kumuh” dengan menenteng pernak-pernik anime kesukaannya, kadang tertawa sampai teriak sendiri. Ada juga fujoshi, otaku perempuan yang menyukai anime genre Boys Love (BL) atau yaoi. Uhmmm….

Alasan perempuan jarang bisa menikmati anime

Menonton anime itu kan sebenarnya hanya sebuah cara mencari hiburan di tengah kepenatan aktivitas sekolah atau kerja. Jadi ya hanya masalah selera dan hobi saja.

Baca Juga:

Bagi-bagi Freebies di Konser K-Pop Bikin Trauma dan Nama Baik Fandom Tercemar Gara-gara Oknum K-Popers Tak Tahu Diri

Season Greeting, Merchandise KPop Paling Nggak Penting yang Mending Stop Produksi

Meski kebanyakan otaku itu laki-laki, perempuan belum tentu nggak suka anime juga, kok. Saya memiliki teman perempuan yang masih mengikuti One Piece sampai sekarang dan bangga menyebut dirinya otaku. Sangat antusias saat bercerita Boruto juga. Yang suka anime genre BL juga ada. Hanya, memang tak banyak perempuan yang menyukai anime, apalagi jika dibandingkan dengan jumlah penyuka idol K-pop atau drakor dracin draJep, dan lain sebagainya.

Alasan psikologis

Pertama kita bahas dulu anime yang disukai perempuan. Dari sekian banyak genre, perempuan lebih suka anime yang soft, seperti romance, slice of life, detective, atau shonen tipis-tipis. Sangat jarang perempuan yang menyukai genre harem, ecchi, fantasi, dan sejenisnya.

Tahu komik/anime shojo, kan?

Alasan psikologis lah yang membuat penulis komik Jepang membuat jenis ini. Perempuan lebih menyukai cerita yang karakter utamanya itu laki-laki maskulin dan protagonis, atau karakter perempuan yang tsundere. 

Jadi, ya nggak heran kalau komik serial cantik atau anime seperti Cardcaptor Sakura dan Sailormoon itu populer di kalangan perempuan. Atau kalau yang baru-baru ini ya seperti Yuuri on Ice, Kimi ni Todoke, Chihayafuru, Banana Fish, Free, Idolish 7, dan lain-lain.

Herannya, banyak juga perempuan yang menyukai genre BL. Jadi, perempuan yang menyukai anime biasanya hanya untuk genre tertentu saja.

Alasan image dalam masyarakat

Di Jepang, image otaku perempuan sangat tidak bagus. Mereka dianggap tidak dewasa sehingga akan sulit untuk mendapatkan pacar dan menikah. Ada drama Jepang yang sangat membahas stereotip ini, seperti drama “Uchi no Musume wa Kareshi ga Dekinai” (Anak perempuan saya tidak bisa punya pacar) atau “Otaku ni Koi wa Muzukashii” (Cinta itu sulit bagi otaku). Jadi, biasanya orang tua Jepang yang mendapati anak perempuannya suka anime, akan langsung menegur dan melarangnya.

Saya juga punya teman Jepang yang bercerita kalau waktu SMA dia terpaksa harus membuang pernak-pernik anime favoritnya karena dimarahi ibunya. Katanya, “Menonton yang seperti itu hanya untuk anak-anak. Kalau kamu terus begini akan sulit mendapatkan pacar.”

Seperti itu kira-kita kalau di Jepang, kalau di sini sepertinya masih aman, ya? Orang tua Indonesia mungkin sedikit yang tahu soal anime, kan tahunya kartun itu ya sepolos Upin dan Ipin. Padahal ya ada yang saru juga. Eh.

Alasan malu dan gengsi

Berbeda dengan otaku laki-laki yang seolah-olah nggak peduli pandangan orang lain tentangnya, otaku perempuan biasanya lebih berusaha menahan diri. Dia akan menyembunyikan identitas dan kesukaannya terhadap anime. 

Di Jepang, malah ada semacam “tes” dari laki-laki untuk mengetahui apakah pacarnya menyukai anime atau tidak. Jadi, tak sedikit otaku perempuan yang akhirnya memilih untuk meninggalkan anime favoritnya karena malu dan gengsi. Padahal ya ada juga laki-laki yang nggak mempermasalahkan kesukaan pacarnya.

Alasan 2D, 3D, dan fantasi

Sebenarnya alasan ini juga yang membuat otaku perempuan Jepang meninggalkan anime. Orang tua Jepang lebih menyarankan anak perempuannya untuk menyukai idol seperti Johnnys (Arashi, dll) atau kalau sekarang ya idol K-pop lah. Menyukai orang dianggap lebih “manusiawi” dibanding menyukai karakter anime yang fantasi.

Seperti itulah kira-kira. Anime di Indonesia memang tak bisa lepas dari kata wibu. Wibu pun kebanyakan adalah laki-laki. Meski tak menutup kemungkinan ada banyak fujoshi di Indonesia, akankah dia juga bisa diterima seperti halnya wibu? 

Apakah laki-laki juga “rela” kalau pacarnya itu fujoshi? Lantas, kalau sama-sama dianggap norak, berarti anime itu sebaiknya dinikmati siapa? Anak-anak? Ya kali ada anime saru dikonsumsi anak-anak? Sudah, sudah, saya jadi overthinking sendiri kalau ngomongin anime.

Penulis: Primasari N Dewi

Editor: Yamadipati Seno

BACA JUGA 127 Kosakata Bahasa Jepang yang Sering Muncul di Anime

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.

Terakhir diperbarui pada 11 Desember 2022 oleh

Tags: animefujoshiK-Popotakuwibu
Primasari N Dewi

Primasari N Dewi

Guru bahasa Jepang tapi suka drakor.

ArtikelTerkait

Debut Girl Group BabyMonster Mengecewakan: YG yang Malas Hanya Daur Ulang Konsep Blackpink Mojok.co

Debut Girl Group BabyMonster Mengecewakan: YG yang Malas Hanya Daur Ulang Konsep Blackpink

30 November 2023
Eksistensialisme Kierkegaard dalam Album BLACKPINK terminal mojok.co

Eksistensialisme Kierkegaard dalam Album BLACKPINK

2 Februari 2021
5 Alasan Kingdom_ Legendary War Wajib Ditonton K-Popers Jalur Rebahan terminal mojok

5 Alasan ‘Kingdom: Legendary War’ Wajib Ditonton K-Popers Jalur Rebahan

18 Juni 2021
Kembalinya 'Captain Majid' dan Festival Anime Terbesar di Arab Saudi

Arab Aja Bikin Saudi Anime Expo, Kok Kita Masih Ribet Bilang Anime Itu Bikinan Kafir?

23 November 2019
Kartun Barat Itu Bagus, tapi Kalah Kreatif Dibanding Anime terminal mojok.co

Surat Terbuka untuk Orang-orang yang Ngejekin Wibu tapi Belakangan Suka Anime

17 September 2020

Pesan Cinta untuk para Wibu yang Sering Mengandaikan Jepang Menang PD-II

7 Juni 2021
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Pengalaman Nonton di CGV J-Walk Jogja: Murah tapi Bikin Capek

Pengalaman Nonton di CGV J-Walk Jogja: Murah tapi Bikin Capek

4 Desember 2025
Malang Nyaman untuk Hidup tapi Bikin Sesak Buat Bertahan Hidup (Unsplash)

Ironi Pembangunan Kota Malang: Sukses Meniru Jakarta dalam Transportasi, tapi Gagal Menghindari Banjir

5 Desember 2025
Rekomendasi 8 Drama Korea yang Wajib Ditonton sebelum 2025 Berakhir

Rekomendasi 8 Drama Korea yang Wajib Ditonton sebelum 2025 Berakhir

2 Desember 2025
6 Hal Sepele, tapi Menyebalkan Saat Zoom Meeting Mojok

6 Hal Sepele, tapi Menyebalkan Saat Zoom Meeting

30 November 2025
Bukan Hanya Perpustakaan Daerah, Semua Pelayanan Publik Itu Jam Operasionalnya Kacau Semua!

Bukan Hanya Perpustakaan Daerah, Semua Pelayanan Publik Itu Jam Operasionalnya Kacau Semua!

1 Desember 2025
QRIS Dianggap sebagai Puncak Peradaban Kaum Mager, tapi Sukses Bikin Pedagang Kecil Bingung

Surat untuk Pedagang yang Masih Minta Biaya Admin QRIS, Bertobatlah Kalian, Cari Untung Nggak Gini-gini Amat!

5 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lagu Sendu dari Tanah Minang: Hancurnya Jalan Lembah Anai dan Jembatan Kembar Menjadi Kehilangan Besar bagi Masyarakat Sumatera Barat
  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.