Marilyn Monroe dalam lagunya yang berjudul “Diamonds are Girl’s Best Friend” bernyanyi yang begini kira-kira liriknya, “Orang Prancis rela mati demi cinta, mereka gemar bertarung dan berduel. Tapi aku lebih suka pria yang hidup dan memberikan perhiasan mahal. Sebuah ciuman di tangan sungguh mesra, tapi berlian adalah teman baik perempuan. Ciuman mungkin hebat, tapi itu tidak akan membayar sewa di flat-mu yang sederhana.” Maka tidak heran jika ada perempuan yang mengaku alergi terhadap logam emas tetapi belum ada yang terang-terangan alergi dengan (((berlian))).
Perhiasan emas di masa milenial ini kelihatannya sudah mulai bergeser kedudukannya dari barang yang dipakai dan dipamerkan oleh perempuan, sekarang tidak lebih kebanyakan digunakan sebagai tabungan investasi yang sewaktu-waktu bisa dijual untuk keperluan mendadak. Waktu kecil, saya masih mengalami masa ketika melihat banyak jari dan pergelangan tangan bergelimang emas hingga hampir mencapai siku, kemudian masih ditambah lagi memakai bangle (gelang kaki emas) plus gigi berlapis emas. Saya sungguh takjub kala itu, lalu bertekad suatu saat jika saya sudah bekerja dan punya uang banyak, saya akan membeli perhiasan emas yang bergelimangan seperti itu.
Seiring berjalannya waktu, tren memakai perhiasan pada perempuan makin beragam. Aksesori kini tidak lagi didominasi oleh emas yang berkilau. Pada frekuensi tertentu yang saya dengar dari kaum sosialita, perhiasan emas justru dihindari karena strata pengguna emas disinyalir adalah barang palsu. Yang bergelimang itu sesungguhnya adalah logam kuningan atau perak yang di sepuh warna emas. Intinya, semakin banyak emas yang dipakai, akan semakin mencurigakan dan tidak berkelas. Tentu saja ini bukan gosip dan kejulidan belaka, saya sendiri adalah salah satunya. Sebagai perempuan yang ingin tampak bergelimang emas, tapi uang jajan tidak cukup, saya pun pernah memakai perhiasan emas palsu itu saat kuliah. Percayalah, tidak ada yang berbeda jika dibandingkan dengan emas berkadar tinggi yang murni jika disandingkan.
Pada media sosial, hampir sebagian besar para figur publik atau selebgram yang saya perhatikan memakai perhiasan berjenis diamond. Iya, berlian yang minimal cincinnya saja bisa seharga 20 juta atau kalung senilai KPR. Begitulah, tidak perlu saya sebutkan satu per satu siapa yang memakai senilai berapa, kita perempuan yang sadar perhiasan sudah bisa menaksir harganya yang wow dan membuat jiwa misqueen menjerit. Bahkan setelah saya amati lebih dekat, tren memakai setitik batu berlian pada gigi juga merupakan aksesori yang rupanya sedang ramai digunakan sebagai pengganti gigi emas yang pernah berjaya di masa silam.
Kabar baiknya, beberapa perempuan memang memutuskan untuk tidak tertekan dengan perhiasan emas maupun berlian. Sebagian memang ditakdirkan alergi logam sehingga mengalami iritasi pada kulit jika memakai perhiasan berbahan logam, entah itu nikel ataupun emas murni. Sementara yang lainnya membebaskan diri untuk merdeka menggunakan aksesori apa pun yang sesuai dengan karakter pribadinya. Kalau memakai emas nampak elegan dan berkilau, sedangkan memakai berlian bagai pungguk merindukan bulan karena masih harus berpikir ulang prioritas kebutuhan, memakai aksesori lain seperti gelang karet berduri atau gelang rantai juga bisa memberikan kesan seksi dan gothic, lho. Karena perempuan cantik tidak semata dengan apa yang mereka pakai, kan, melainkan selalu tampak cantik dan menarik dengan tampil percaya diri.
BACA JUGA Mengupas Jawaban Terserah Perempuan hingga Tujuan Komunikasi Mereka atau tulisan Nila Kartika Sari lainnya.