Bagi generasi 90-an, siapa sih yang nggak kenal dengan American Pie? Franchise film komedi nakal yang bercerita tentang kehidupan anak SMA di Amerika Serikat. Film ini bercerita tentang empat sekawan anak SMA, yang terdiri dari Jim, Oz, Kevin, dan Finch yang berjanji untuk melepas keperjakaan mereka sebelum lulus SMA agar bisa menjadi laki-laki sejati. Dan tentu saja, sebagai film komedi, banyak adegan-adengan kocak dalam usaha mereka untuk melepaskan keperjakaannya. Film ini sangat sukses sejak awal kemunculannya tahun 1999 dengan total keseluruhan 8 sekuelnya, meskipun cerita utama tentang 4 sekawan SMA Michigan cuma 4 film saja, sisanya spin off.
Saat duduk di bangku SMP dan SMA, saya dan beberapa teman yang terdiri dari anak laki-laki dan anak perempuan, kerap menonton American Pie secara diam-diam di salah satu rumah teman kami hanya bermodalkan sebuah televisi dan DVD player. Saat itu, sebagai remaja, rasa penasaran kami akan hal-hal yang berbau seperti itu sedang tinggi-tingginya. Tapi tenang, waktu itu kami cuma nonton saja kok, nggak sampai berbuat yang aneh-aneh.
Waktu itu kami dibuat takjub dan kagum dengan kehidupan anak muda di negara-negara maju seperti Amerika Serikat yang bebas banget. Bahkan di sekolah saja siswa dan siswi bebas berpegangan tangan, pelukan, hingga ciuman di depan siswa lainnya. Bahkan di depan guru saja mereka cuek seolah nggak terjadi apa-apa. Kalau di Indonesia sih jelas sudah dipanggil guru BK. Bisa dihukum berat malahan, mulai dari kena skors sampai dikeluarkan dari sekolah.
Dalam American Pie juga diceritakan, anak SMA di Amerika sana sering sekali berpesta yang biasanya dilakukan di akhir pekan atau hari libur nasional. Mereka bukan pesta saja, tapi ya minum minuman beralkohol sambil mendengarkan musik dengan keras, bahkan melakukan hal-hal konyol bersama. Tentu saja saya yang waktu itu berandai-andai bisa sekolah dan kuliah di Amerika sana, sama sekali nggak ingat dosa dan konsekuensinya lantaran memang sampai sekarang pendidikan seks di Indonesia masih minim banget.
Padahal seks pranikah itu bukan cuma perkara dosa, tapi ada juga risiko penyakit menular seksual sampai terjadinya kehamilan pranikah. Risiko penyakit menular seksual itu tetap ada meskipun pakai kondom. Kalau sampai terkena penyakit menular seksual itu malunya bukan ampun, dan proses pengobatannya nggak gampang dan nggak murah. Belum lagi dapat stigma negatif dari orang-orang. Apalagi kalau sampai terjadi kehamilan, harus tanggung jawab seumur hidup, lho!
Beberapa waktu yang lalu, saya marathon film ini dari awal untuk mengisi waktu luang saat pandemi. Dan saya melihat sudut pandang yang benar-benar jauh berbeda dari apa yang saya tonton 15 tahun yang lalu. Jika dulu saya dan teman-teman saya sekadar nonton adegan vulgarnya, kalau sekarang, saya melihat ada banyak sekali pelajaran yang bisa didapatkan dalam franchise American Pie ini yang nggak saya sadari 15 tahun yang lalu.
Hal yang membuat saya sadar adalah ketika nonton American Pie: Reunion yang ber-setting 13 tahun setelah 4 sekawan SMA Michigan, yakni Jim, Oz, Kevin, dan Finch hendak melakukan reuni setelah 13 tahun lulus SMA. Jim telah menikah dengan Michell (yang dia kenal di film kedua dan dia nikahi di film ketiganya) dan sudah memiliki dua orang anak. Oz sukses menjadi pembaca acara berita di Los Angeles dan tinggal dengan pacarnya. Kevin juga sudah menikah dan bekerja sebagai arsitek. Dan Finch telah menjadi seorang traveler yang kerjanya keliling dunia.
Mereka mengenang bahwa saat SMA, mereka tertawa bersama, mencurahkan perasaan mereka satu sama lain, ikut sedih bersama-sama, dan itu yang membuat masa-masa SMA adalah masa paling menyenangkan. Lantaran setelahnya, kita akan memasuki fase dewasa yang betul-betul menyebalkan. Dan, persahabatan antara empat sekawan tersebut masih tetap cair meski sudah bertahun-tahun nggak bertemu karena kesibukan masing-masing.
Dari American Pie saya belajar bahwa dalam berbagai hal, cari pacar itu bukanlah segalanya. Apalagi kalau niatnya hanya buat melampiaskan syahwat doang. Kita harus bisa lebih bijaksana dengan memprioritaskan teman dan sahabat karena merekalah yang telah mengenal kita lebih dulu dibandingkan pacar kita. Pacar bisa datang dan pergi kalau nggak berakhir di pelaminan, bahkan bisa meninggalkan kita kalau kita sedang susah. Sementara teman sejati nggak akan pergi, seperti yang dicontohkan oleh empat sekawan SMA Michigan dalam American Pie ini.
Dan yang membuat saya sadar saat nonton American Pie: Reunion adalah bagaimana Oz yang saat itu sudah menjadi pembawa acara terkenal di Los Angeles, masih menyimpan rasa cintanya untuk Heather, pacarnya saat SMA yang dia temui kembali saat reuni. Waktu SMA, mereka berpisah karena harus mengejar impian masing-masing di kota yang berbeda. Saat itu mereka sangat bijak untuk memutuskan untuk nggak menjalin LDR. Oz memutuskan untuk meninggalkan pacarnya yang sekarang karena lebih memilih wanita yang jauh lebih dia cintai. Kisah Oz dan Heather ini betul-betul adegan cinta terbaik dalam franchise film ini, dan berakhir dengan saat indah. Kalau jodoh mah emang nggak ke mana, ya~
Saat nonton American Pie waktu dewasa, saya sadar bahwa seks itu bukanlah segalanya. Lantaran ketika sudah dewasa, ada tanggung jawab yang lebih besar seperti mengurus rumah tangga, membesarkan anak, dan mencari uang. Waktu masih SMA sih kita mikirnya gimana caranya biar bisa hura-hura seperti pacaran dan mabuk-mabukan nggak jelas, tapi saat sudah dewasa, kita berusaha untuk menjalankan segala macam tanggung jawab kita dengan sebaik-baiknya.
Nonton American Pie saat dewasa betul-betul membuat saya mengenang seluruh masa-masa remaja saya karena menjadi orang dewasa itu nggak ada asyiknya sama sekali. Hidup itu betul-betul singkat, dan saya rela memberikan seluruh uang saya untuk dapat mengulang masa-masa SMA saya. Di mana saat itu hidup terasa lebih sederhana tanpa sederetan tanggung jawab yang sangat berat. Sungguh, nonton American Pie saat remaja dan saat sudah dewasa itu betul-betul berbeda banget. Cobain, deh, Mylov~
Sumber Gambar: YouTube FanandgoNOW Extras
BACA JUGA Review Film ‘Di Bawah Umur’, Edukasi yang Justru Ngadi-ngadi dan tulisan Raden Muhammad Wisnu lainnya.