Jangan pertanyakan kesabaran penumpang Trans Jogja. Saya yakin, mayoritas dari mereka adalah orang paling sabar se-Jogja. Mungkin, lebih tepatnya, terpaksa sabar karena tidak ada pilihan transportasi umum lain yang lebih nyaman.
Sedikit cerita. Saya merantau dari Jakarta ke Jogja pada 2018. Di Ibu Kota, saya mengandalkan transportasi publik untuk mobilitas sehari-hari. Itu mengapa hal pertama yang saya lakukan ketika pindah di Kota Pelajar adalah ngulik transportasi publiknya. Pada saat itu, saya baru tahu kalau hanya ada satu transportasi publik di Jogja, yakni Trans Jogja.
Bertahun-tahun berlalu sejak pertama kali saya menginjakkan kaki di Kota Pelajar. Trans Jogja masih saja jadi satu-satunya transportasi publik andalan warga. Mirisnya, fasilitas transportasi ini tampak tidak meningkat signifikan. Bayangkan, 7 tahun berlalu dan orang Jogja masih saja (terpaksa) bertahan dengan fasilitas yang ala kadarnya. Kalau bukan orang yang sabar, apa namanya coba?
Masih belum bisa membahayakannya? Sini saya beri tahu seberapa sabar pengguna Trans Jogja
Rute Trans Jogja membingungkan dan armadanya sedikit
Orang baru perlu waktu cukup lama untuk memahami rute Trans Jogja. Bus ini punya banyak nomor bus yang sama, tapi rutenya berbeda. Itu mengapa, bagi pengguna baru, sebaiknya lakukan riset kecil-kecilan atau tanya petugas kalau tidak mau tersesar.
Selain penomoran yang membingungkan, beberapa rute bus terasa berputar-putar demi menjangkau titik-titik tertentu. Mungkin ini karena minimnya jumlah armada Trans Jogja dibandingkan dengan titik-titik yang ingin dijangkau. Itu mengapa satu bus “dipaksakan” melewati beberapa titik sekaligus walau rutenya jadi terasa berputar-putar.
Kurangnya armada juga membuat waktu tunggu bus lama. Waktu tunggu ini juga sudah berkali-kali dikritik oleh pengguna bus. Bahkan, ada yang waktu tunggu antar bus mencapai 45 menit. Bayangkan, menunggu selama 45 menit di halte atau titik tunggu yang ala kadarnya. Bahkan, tidak sedikit tempat menunggu yang tidak ada tempat duduk dan atap. Apa tidak pegal dan tersiksa?
Minimnya armada bus dalam satu rute juga sangat terasa saat di jam-jam ramai. Hal demikian, tentu membuat para penumpangnya harus berdesak-desakan dan nyaris tak menyisakan sedikit pun ruang gerak.
Coba, bayangkan sudah menunggunya lama dan nggak nyaman, rutenya muter-muter, penumpangnya berdesakkan. Pengguna Trans Jogja harus berdamai dengan situasi ini berhari-hari. Kalau nggak kuat fisik dan mental, benar-benar bisa ambyar.
Bus yang ugal-ugalan sengaja didesain agar terus mengingat Tuhan
Seolah tidak cukup dengan “siksaan” di atas. Terkadang, penumpang harus berdamai dengan Trans Jogja yang ugal-ugalan. Saya tahu, cara berkendara ini bukan sepenuhnya salah sopir. Sebab, mereka memang harus berkejaran dengan waktu dan bergulat dengan jalanan Jogja yang semakin hari semakin macet. Ugal-ugalan jadi salah satu siasatnya.
Hanya saja, coba bayangkan jadi penumpang Trans Jogja. Sopir ugal-ugalan hanya menambah ketidaknyamanan pengguna bus. Terlebih kondisi bus sering berdesak-desakan. Badan jadi terhuyung ke kanan dan ke kiri dan mengenai badan penumpang lain.
Kalau boleh menambahkan kekurangan bus ini, setelah bertahun-tahun beroperasi adalah terbatasnya SDM dan sistem yang kurang mendukung. Hal ini memunculkan banyak celah bagi penumpang nakal agar tetap bisa naik bus meski tanpa bayar. Kalau saja saya tidak memiliki bekal kejujuran yang cukup, boleh jadi berulang kali saya menaiki bus tanpa perlu membayar sepeserpun.
Pengalaman merantau selama 7 tahun terakhir menyadarkan saya bahwa orang Jogja itu banyak yang sabar. Tulisan ini tidak bermaksud meromantisasi warga Jogja dan kesabarannya ya. Justru, tulisan ini sebagai pengingat betapa buruk dan lambat pemerintah setempat menangani fasilitas yang benar-benar dibutuhkan warga. Bak pemerintah yang nggak paham prioritas.
Penulis : Ifana Dewi
Editor : Kenia Intan
BACA JUGA Trans Jogja Diskriminatif dan Nggak Inklusif, Hanya Menyusahkan Masyarakat.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
