Kualitas fasilitas kesehatan
“Santai aja, Bang. Di desa pelosok yang mau saya jadikan tempat pensiun sudah ada pustu (puskesmas pembantu). Jadi, perkara faskes beres.” Eiits, belum tentu beres, Gaes. Sekali pun di desa pelosok tempat pensiun kelak sudah ada faskesnya, perlu ditinjau lebih dalam lagi. Apakah faskesnya memiliki peralatan medis yang lengkap? Apakah jumlah nakesnya sudah cukup untuk mengakomodir kebutuhan desa tersebut?
Kita sama-sama tahu, peralatan medis lengkap hanya ada di kota-kota besar Indonesia. Makanya, misalnya kamu sakit di sebuah puskesmas di Cilacap. Jika penyakitmu nggak sanggup ditangani puskesmas, kemudian kamu akan dirujuk ke rumah sakit di pusat Kota Cilacap. Andai rumah sakit Cilacap nggak mampu menangani juga, biasanya akan dirujuk ke Purwokerto. Begitu seterusnya, bahkan bisa sampai Jakarta.
Belum lagi fakta bahwa jumlah nakes di daerah pelosok jelas lebih sedikit ketimbang di kota. Walaupun faskes punya peralatan medis yang lengkap, bila yang mampu mengoperasikannya terbatas, tetap amsyong juga, Gaes. Malah nggak terpakai itu barang.
Oleh sebab itu, buat orang kota, pikir-pikir lagi deh kalau mau pensiun di desa yang pelosok. Pasalnya, ketika kamu sakit, tak semudah itu cari faskes yang berkualitas dan cocok. Beda kalau di kota, pilihan faskesnya jauh lebih banyak.
Sarana dan prasarana untuk kelompok rentan jarang di pedesaan
Semakin tua, bukan hanya faskes yang dekat dan berkualitas saja yang dibutuhkan. Kita perlu juga yang namanya sarana dan prasarana untuk kelompok rentan. Yang termasuk kelompok rentan adalah lansia, anak, perempuan dan penyandang disabilitas.
Kala masih muda, kita nggak butuh yang namanya lift untuk berpindah lantai. Lha wong tubuhnya masih bugar. Cuma naik satu atau dua lantai mah nggak bakal terasa. Silakan bandingkan ketika sudah masuk usia senja. Buat naik tangga satu lantai saja, pasti akan nyari-nyari lift. Lantaran tulang dan sendi mulai melemah.
Kira-kira fasilitas untuk kelompok rentan itu sudah ada belum di desa-desa tempat kamu pensiun besok? Apabila belum ada, rajin-rajin olahraga dan biasakan naik tangga. Agar kaki tetap kuat sampai memasuki usia uzur.
Buat seluruh orang yang tinggal di daerah perkotaan, sebelum terlambat, susun kembali rencana tempat pensiun kelak. Jangan sampai sudah mantap pindah ke desa saat pensiun, tapi malah menyesal. Jangan berharap pemerintah bakal menyulap beberapa persoalan tadi dengan sekejap. Karena di antara semua kepahitan hidup, yang paling pahit adalah berharap pada pemerintah.
Penulis: Ahmad Arief Widodo
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA Menjamurnya Rekomendasi Tempat Tinggal setelah Pensiun Adalah Gerbang Menuju Keruwetan Daerah
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.