Oh, boo-frickin-hoo! Satu lagi tulisan yang menggembar-gemborkan bahwa gelar sarjana tidak penting di dunia kerja. Halah kinthil, peduli apa. Yang penting kan jumping to the bandwagon. Tapi percayalah, walaupun di judul saya menulis “pengetahuan Mobile Legends”, sampai sekarang saya tetap tidak tahu apa-apa tentang permainan ini.
Hanya saja, dalam pengalaman saya bekerja di kantor yang enggan saya sebutkan namanya, siapa sangka Mobile Legends bisa membawa keselamatan dan jaminan yang lebih mumpuni ketimbang gelar sarjana. Tentu, terms and conditions may vary.
Cerita dimulai dari manajer saya, seorang India yang benar-benar kegandrungan Mobile Legends. Jika sedang jam istirahat dan karyawan-karyawan lain mencari makan siang, si manajer ini tidak jarang hanya duduk di kursinya menghadap gawai. Ketika saya ajak makan, ia hanya menggeleng sambil melenguh seperti sapi pawai, lalu menyalakan permainan kesukaannya. Saya yang hanya lulusan DoTA keluaran 2009 cuma mengangguk dan berlalu sambil membawa makan siang saya.
Saya memiliki dua orang rekan kerja: yang satu seorang sarjana manajemen dan bisnis lulusan universitas negeri di Malaysia, yang lainnya lulusan SPM (Sijil Peperiksaan Malaysia, setara lulusan SMA). Dua orang rekan kerja ini sebenarnya tidak pernah saling bertemu muka. Si lulusan SPM masuk beberapa hari setelah si sarjana berhenti kerja. Tulisan ini adalah cerita bagaimana si sarjana akhirnya keluar kerja setelah tiga bulan, dan si lulusan SPM akhirnya keluar kerja setelah dua bulan, tetapi diizinkan masuk kembali setelah sebulan vakum.
Sejujurnya, saya lebih akrab ke rekan kerja yang sarjana ini ketimbang yang lulusan SPM. Bukan, bukan karena level pendidikan, melainkan karena kebetulan si sarjana lebih profesional dan lihai menjalankan pekerjaannya. Si lulusan SPM ini bagus juga sebenarnya, tetapi dia terlalu kekanak-kanakan dan kurang bisa menunjukkan profesionalitas. Masih kentara sekali mental anak sekolahannya. Sementara di kantor saya tolok ukur hasil kerja dilihat dari kuantitas. Ehem, agak nyombong dikit, satu-satunya orang yang kuantitas kerjanya bisa menyaingi saya ya cuma si sarjana ini.
Tetapi beda saya, beda si manajer. Kalau si manajer malah lebih dekat ke si lulusan SPM, sementara hubungannya dengan si sarjana benar-benar profesional dan kaku. Sebatas urusan kerja. Alasannya? Mobile Legends. Si lulusan SPM ini rupanya sama gemarnya dengan manajer saya dalam urusan Mobile Legends. Sedangkan si sarjana sama seperti saya: tidak tahu-menahu dan memang tak mau tahu urusan gaming. Saya masih mending sebenarnya, si rekan kerja sarjana itu mengaku kepada saya hampir tidak pernah bermain game dalam hidupnya.
Sering kali dalam jam istirahat, rekan kerja yang SPM ini tampak sedang bermain Mobile Legends bersama manajer di station kerja khusus manajer. Bayangkan, ketika teman yang sarjana tadi hanya ke sana semata untuk urusan kerja, si lulusan SPM bisa-bisanya datang ke situ di jam istirahat (dan bahkan di jam kerja!) buat bernegosiasi dengan manajer dan memberinya item-item dalam permainan Mobile Legends. Lalu, yang seharusnya karyawan harus lebih banyak menghabiskan waktunya melakukan kerjanya di station masing-masing, si lulusan SPM ini tidak jarang menghabiskan waktu di meja manajer atas izin manajer sendiri untuk mendiskusikan Mobile Legends.
Urusan Mobile Legends rupanya juga merambat ke dalam ranah bisnis. Tidak jarang uang melayang keluar-masuk kantong manajer dan si lulusan SPM lantaran transaksi jual beli skin hero, item upgrade, diamond, dan entah apalah itu yang ada di dalam permainan itu. Meja saya benar-benar di depan meja manajer, jadi saya bisa mendengar pembicaraan mereka berdua serta nama-nama hero permainan mereka: mulai dari Martis yang katanya paling jagoan, Anubis yang haram, Freya, Alucard, et cetera.
Di lain pihak, si sarjana tetap berkutat dengan pekerjaannya, mencapai angka-angka tinggi yang tidak akan bisa dicapai oleh si lulusan SPM dengan keadaannya sekarang. Dalam dunia kerja, ia memang begitu ulet dan giat; sering datang lebih awal dari karyawan lain, dan cara kerjanya pun bukannya jarang dipuji atasan-atasan lain. Tetapi tentu saja, sepandai-pandainya tupai meloncat, tentu sekali waktu akan jatuh juga. Apalagi kalau ia jatuh bukan karena keserimpet, melainkan karena diketapel.
Ketika sekali waktu si sarjana ini menghadapi sebuah masalah keluarga dan mulai sering absen, ia mendapatkan peringatan dari manajer. Ini sebenarnya cukup lazim, bahkan si lulusan SPM pun bukannya tidak pernah mendapatkan teguran langsung dari manajer. Tetapi yang namanya profesional bertemu profesional, si sarjana mulai menyimpan rasa kesal lantaran menganggap manajernya ini hanya memandang sebelah mata prestasinya selama ini. Diombang-ambing dalam situasi kerja yang menekan, akhirnya si sarjana itu berhenti setelah tiga bulan.
Si lulusan SPM juga menghadapi masalah yang sama, walaupun sebenarnya ia berhenti bukan karena hubungan yang menegang dengan manajer, ia cuma sudah bosan kerja. Tetapi setelah dia berhenti kerja, manajer bukan main sering meneleponnya untuk membujuknya kembali bekerja. Setelah sebulan si lulusan SPM itu menganggur tanpa mendapatkan pekerjaan, akhirnya ia menerima bujukan manajer. Dan saya dengar, manajer bukan main membujuk bos besar untuk mau menerima si lulusan SPM kembali.
Ikhwannuna, dari cerita di atas, tampaknya bisalah kita simpulkan bahwa setidaknya Mobile Legends mampu bikin karier kita selamat. Amanah cerita ini jelas: pandai-pandailah kamu menjilat atasanmu dan menemukan kegemarannya supaya bisa selamat di dunia pekerjaan.
Oh ya, bidang kerja saya saat itu adalah industri tagihan kredit.
Photo by Icons8 Team on Unsplash
BACA JUGA Mari Berbincang tentang Masa Depan Dunia Shitpost dan Meme di Indonesia dan tulisan Kurnia Gusti Sawiji lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.