Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Pengalaman Spiritual yang Saya Alami Saat Bertemu Rawon Kuah Kecap

Aminah Sri Prabasari oleh Aminah Sri Prabasari
20 Maret 2020
A A
Pengalaman Spiritual yang Saya Alami Saat Bertemu Rawon Kuah Kecap
Share on FacebookShare on Twitter

Sebagai orang yang lahir dan besar di Jawa Timur, lidah saya sangat akrab dengan rawon. Saking akrabnya jika harus makan rawon dengan mata tertutup, saya tetap tahu. Tanpa perlu melihat warna kuahnya yang hitam, nggak usah menyaksikan mlenuk-nya kecambah yang bertugas menambah kejutan tekstur pada kunyahan daging, saya tahu. Ia adalah makanan berkuah yang telah mencapai level paripurna, cocok untuk segala suasana, cocok dimakan kapan saja.

Lantas, bagaimana jika yang saya lihat warna kuahnya hitam sempurna? Makanan yang saya pesan di daftar menu pun bernama Rawon dengan gambar rawon yang biasanya, tapi rasanya kuah kecap? Tak ada rasa kluwek meski hanya sepintas. Saya merasa embuh. Tega-teganya warung makan yang terletak di pelosok Sumatera ini menipu seorang perantauan asal Jawa Timur yang kangen makan makanan berkuah hitam ini.

Kaget sampai tak bisa berkata-kata. Saya berpikir rawon yang tersaji dengan asap masih mengepul itu pisuh-able. Bukan hanya rasa kuah yang menjadi terlalu manis sampai saya pikir menghabiskan semangkok bisa membuat saya disemutin. Bukan karena warung makan tersebut saya datangi dengan susah payah, yang membuat situasi saat itu lebih buruk dari situasi sebenarnya adalah: saya tak suka kecap!

Meski yang membuka warung bukan orang Jawa Timur atau tidak tahu sejarah makanan ini, tapi resep rawon bisa diakses oleh siapa saja. Tidak ada yang rahasia dari resep rawon, memasaknya menjadi kegiatan yang terjadi begitu saja. Semua orang akan dengan senang hati berbagi cara olah. Bumbu dasar masakan nusantara ada tiga: bumbu putih, bumbu kuning, bumbu merah. Ia memakai bumbu putih dengan tambahan kluwek. Rasa kuah menjadi khas dan warnanya hitam karena kluwek, bukan yang lain.

Oleh karena itu, saya anggap prinsip dasar pembuatan makanan ini telah dilanggar. Rawon dengan kuah kecap adalah penyimpangan kaidah! Pada titik ini mengomel pada diri sendiri, “Dasar fundamentalis!”

Mengetahui bahwa daging untuk membuat rawon tak harus sandung lamur, bahkan campuran labu siam pun saya anggap penambah segarnya rasa, rawon kuah kecap seharusnya bukan termasuk paham yang radikal amat. Mungkin hanya beda interpretasi tentang kuah yang berwarna hitam saja.

Menghela nafas sejenak menyadari perasaan saya yang terusik karena harus makan rawon kuah kecap. Sejak kapan saya menjadi seorang pemakan yang intoleran begini?

Saya perhatikan baik-baik irisan daging, seekor sapi mati supaya saya bisa makan, dan warung makan ini berjualan untuk mencari rezeki. Saya sentuh dengan sendok kecambah dari kacang hijau yang dipanen terlambat sampai muncul ujung daun yang mungil, ini teh tauge bukan kecambah, mereka bisa saja diolah menjadi bubur yang bergizi. Kecapnya yang bukan dari perasan kedelai hitam Malika ini mungkin hasil jerih payah mereka yang dibayar harian di sebuah industri rumahan. Saya tengok ke arah pintu yang menuju dapur, terlihat hilir mudik pegawai yang sibuk, semua orang berusaha sebaik-baiknya. Dan saya menganggap makanan yang ada di depan saya itu pisuh-able?

Baca Juga:

Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

Lumajang Sangat Tidak Cocok Jadi Tempat Slow Living: Niat Ngilangin Pusing dapatnya Malah Sinting

Semangkok makanan yang salah olah, meski sengaja, masih ada kebaikan pada dirinya. Tak perlu mendapat cakcikcukcekcok. Tiba-tiba, jluk, datanglah hidayah. Hidayah memang datang kapan saja dan untuk siapa saja, Akhi~

Makanan di depan saya jika dilakukan sedotan kuah maka ia akan menjadi semur daging dengan rasa yang hambar. Maka satu-satunya jalan adalah dilakukan normalisasi. Saya tambahkan sambal, meminta jeruk nipis sekaligus irisan daun bawang dan seledri, dan mengambil bawang goreng. Sekarang rawon yang saya makan rasanya seperti garang asem khas Pekalongan yang tak sengaja ketumpahan kecap.

Cobaan rawon kuah kecap berhasil saya lewati dengan baik, rasa syukur saya panjatkan, Tuhan tidak akan memberi cobaan melebihi kapasitas hamba-Nya.

Tapi saya pun berdoa dengan sepenuh hati, minta Tuhan jauhkan dari mereka yang berpaham radikal, golongan rawon kuah santan dan kuah kuning. Entah apa yang merasukimu? Rawon kuah santan itu gulai, rawon kuah kuning itu soto.

Tak elok hanya berdoa untuk diri sendiri. Adabnya diperhatikan ya, tolong. Jadi saya sebutkan doa untuk orang lain. Semoga Tuhan beri hidayah pada mereka yang berpikir rawon bisa dibuat tanpa kluwek. Buku resep masakan tradisional nusantara, tayangan Master Chef, Bikin Laper syuting di warung rawon di Surabaya, UKM bumbu rawon instan diliput Laptop Si Unyil, apa saja.

Atau gerakkan hati mereka untuk membaca tulisan saya yang berisi curahan hati ini, Tuhan. Aamiiin.

BACA JUGA Rawon, Makanan Primadona Ketika Resepsi Pernikahan atau tulisan Aminah Sri Prabasari lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 20 Maret 2020 oleh

Tags: jawa timurkecapRawon
Aminah Sri Prabasari

Aminah Sri Prabasari

Perempuan yg merdeka, pegawai swasta yg punya kerja sambilan, pembaca yg sesekali menulis.

ArtikelTerkait

Jember dan Banyuwangi Patah Hati 21 Tahun karena Pemerintah (Unsplash)

Jalur Selatan Jember: Mega Proyek JLS Mangkrak 21 Tahun yang Memupus Impian Indah Bersama Banyuwangi

18 September 2023
Bondowoso Tape, Kopi, dan Konser Dangdut di Tengah Sawah (Unsplash)

Bondowoso dalam 3 Rupa: Tape, Kopi, dan Konser Dangdut di Tengah Sawah

5 Desember 2024
Gulai Bumbu Kuning ala Warteg Jakarta kok Dibilang Rawon, Ra Mashok!

Gulai Bumbu Kuning ala Warteg Jakarta kok Dibilang Rawon, Ra Mashok!

15 Januari 2022
Trenggalek Menyimpan 4 Makanan Legendaris Khas Jawa Timur (Unsplash)

Makanan Khas Jawa Timur Bagian Trenggalek: Rekomendasi 4 Kuliner Legendaris

28 Agustus 2023
sendi 3 Alasan Utama Mojokerto Masih Asing di Telinga Orang terminal mojok

3 Alasan Utama Mojokerto Masih Asing di Telinga Orang

19 Juli 2021
Surabaya dan Malang Superior, Malang Remahan Peyek (Unsplash)

Surabaya dan Semarang Memang Superior, Apalagi di Depan Malang yang Kayak Remahan Peyek

18 Juli 2023
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Dosen Pembimbing Nggak Minta Draft Skripsi Kertas ke Mahasiswa Layak Masuk Surga kaprodi

Dapat Dosen Pembimbing Seorang Kaprodi Adalah Keberuntungan bagi Mahasiswa Semester Akhir, Pasti Lancar!

25 Desember 2025
Tradisi Aneh Kondangan di Daerah Jepara yang Sudah Saatnya Dihilangkan: Nyumbang Rokok Slop yang Dianggap Utang

Tradisi Aneh Kondangan di Daerah Jepara yang Sudah Saatnya Dihilangkan: Nyumbang Rokok Slop yang Dianggap Utang

27 Desember 2025
Garut Bukan Cuma Dodol, tapi Juga Tempat Pelarian Hati dan Ruang Terbaik untuk Menyendiri

Garut Itu Luas, Malu Sama Julukan Swiss Van Java kalau Hotel Cuma Numpuk di Cipanas

23 Desember 2025
Opel Blazer, Motuba Nyaman yang Bikin Penumpang Ketiduran di Jok Belakang

Opel Blazer, Motuba Nyaman yang Bikin Penumpang Ketiduran di Jok Belakang

23 Desember 2025
Panduan Bertahan Hidup Warga Lokal Jogja agar Tetap Waras dari Invasi 7 Juta Wisatawan

Panduan Bertahan Hidup Warga Lokal Jogja agar Tetap Waras dari Invasi 7 Juta Wisatawan

27 Desember 2025
Perlintasan Kereta Pasar Minggu-Condet Jadi Jalur Neraka Akibat Pengendara Lawan Arah

Perlintasan Kereta Pasar Minggu-Condet Jadi Jalur Neraka Akibat Pengendara Lawan Arah

24 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Kala Sang Garuda Diburu, Dimasukkan Paralon, Dijual Demi Investasi dan Klenik
  • Pemuja Hujan di Bulan Desember Penuh Omong Kosong, Mereka Musuh Utama Pengguna Beat dan Honda Vario
  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.