• Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
Terminal Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Home
    • Mojok.co
  • NusantaraHOT
  • Gaya Hidup
    • Game
    • Fesyen
    • Otomotif
    • Olahraga
    • Cerita Cinta
    • Gadget
    • Personality
  • Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Acara TV
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Politik
  • Profesi
  • Home
    • Mojok.co
  • NusantaraHOT
  • Gaya Hidup
    • Game
    • Fesyen
    • Otomotif
    • Olahraga
    • Cerita Cinta
    • Gadget
    • Personality
  • Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Acara TV
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Politik
  • Profesi
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Gaya Hidup
  • Pojok Tubir
  • Kampus
  • Hiburan
  • Tiktok
  • Politik
  • Kesehatan
  • Mau Kirim Tulisan?
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Pengalaman sebagai Pasutri Korban Toxic Masculinity

Dessy Liestiyani oleh Dessy Liestiyani
16 Mei 2020
A A
konflik keluarga Apa yang Harus Kita Lakukan jika Orang Tua Nikah Lagi Setelah Bercerai? terminal mojok.co

Apa yang Harus Kita Lakukan jika Orang Tua Nikah Lagi Setelah Bercerai? terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Membaca tulisan Mbak Aminah Sri Prabasari di Terminal Mojok dua hari lalu, saya tergelitik banget untuk mengomentari tentang toxic masculinity, ketika pembuktian sifat kejantanan laki-laki selalu dikaitkan dengan kalau enggak berantem, ya seks. Saya pada dasarnya setuju dengan tulisan Mbak. Awalnya saya juga berpikir bahwa orang-orang yang tercemari toxic masculinity bisa dikategorikan orang-orang yang uneducated. Namun setelah saya amati, tidak sedikit juga paham toxic masculinity ini mencemari beberapa kalangan dari berbagai level pendidikan saat ini.

Tulisan Mbak Aminah membuat saya teringat akan pengalaman hidup saya dan suami. Bukan karena kami pernah tercemari paham ini, tapi justru karena kami bisa dikatakan menjadi korban mereka. Untuk selanjutnya saya sebut saja mereka sebagai penganut paham toxic masculinity.

Sudah lebih dari 10 tahun pernikahan kami belum dikaruniai keturunan. Bukannya kami menunda atau tidak menginginkan anak, tapi memang karena belum dikasih kesempatan oleh Tuhan. Segala usaha sudah kami coba sampai akhirnya kami pasrah saja, tidak mau terlalu stres memikirkan hal itu. Cuma “usaha perbaikan mental” kami justru seringnya tergoyahkan oleh orang-orang terdekat kami, yang secara jelas kami tahu level pendidikannya. Bude, pakde, atau guru ngaji tetangga rumah. Belum lagi orang tua yang walaupun secara verbal tidak pernah menanyakan secara langsung, namun umumnya mereka hanya diam dan ikut kepo menanti jawaban kami, jika pertanyaan ajaib itu keluar di pertemuan keluarga.

Kapan punya anak? Kok belum punya anak juga sampai sekarang?

Dua pertanyaan itu membuat saya yakin bahwa sebenarnya paham ini justru sudah meracuni pikiran dan jiwa manusia sejak lama. Saya yakin mereka tidak ada maksud untuk menyinggung perasaan kami. Namun pertanyaan-pertanyaan itu muncul dari hasil reaksi cepat kerja otak yang mencerna hipotesis setelah melihat kami (lagi-lagi) cuma berdua datang ke pertemuan keluarga.

Saya yakin kalau mereka mencerna lebih dalam dan berpikir agak sedikit lama, pertanyaan tersebut tidak akan keluar. Karena dengan membiarkan otak berpikir sedikit lebih lama, akan masuk hal-hal yang perlu dipertimbangkan misalnya apakah pertanyaan tersebut bisa menyakiti hati sang pasutri, atau adakah pertanyaan basa basi lainnya yang lebih baik diutarakan?

Saya mengamati bahwa umumnya pertanyaan-pertanyaan itu muncul secara spontan. Kenapa? Karena nggak usah dimungkiri, tanpa sadar otak kita memang sudah lama dicekoki dengan image seperti ini. Saya melihat ada kesamaan antara kasus ini dengan kasus pembangunan karakter cewek cantik itu harus kurus, atau seorang istri yang baik itu harus bisa masak. Dari iklan-iklan komersial maupun penerangan masyarakat, selalu digambarkan keluarga adalah bapak, ibu, dan anak. Bahkan definisi keluarga menurut KBBI adalah ibu dan bapak beserta anak-anaknya.

Jadi kalau hanya pasutri yang belum punya anak, tidak bisa dikategorikan sebagai sebuah keluarga? Atau bahasa ngeles yang mungkin dipakai penganut paham ini adalah, belum menjadi sebuah keluarga secara utuh. Duh, kasian amat para pasutri seantero Nusantara yang belum punya anak…. Udahlah minum ini itu, usaha ini itu, belum lagi stres nungguin hamil, bukannya dihibur malah disindir.

Tapi untungnya penganut paham ini belum diakui secara hukum. Terbukti saya bisa memiliki Kartu Keluarga yang isinya hanya 2 orang, saya dan suami. Secarik kertas yang bisa menjadikan tanda “pengukuhan” kami sebagai keluarga, tanpa perlu embel-embel nggak maskulin.

Jadi plis deh, stop berpikir bahwa tidak (belum) punya anak itu dikategorikan sebagai sebuah kesalahan, dengan tertuduh utamanya adalah suami yang dianggap gagal dan tidak jantan karena belum berhasil menghamili istrinya. Jangan menghakimi orang lain tanpa tahu bagaimana keadaan yang sebenarnya. Hal ini yang sering terjadi. Jadi sebelum menyudutkan orang, bayangin dulu deh seandainya berada di posisi sang pasutri. Pertanyaan kapan punya anak itu sama menyakitkannya dengan pertanyaan kapan menikah yang dialami para jomblo-ers.

Oya, perkara caption Al di IG yang menyinggung hal tersebut, konon kabarnya sudah dihapus oleh yang bersangkutan. Nggak tahu juga apakah Al jadi sadar setelah membaca tulisan Mbak Aminah itu. Ya mudah-mudahan sajalah.

BACA JUGA McD Sarinah Emang Tempat Kongkow Legend Bagi ABG Jakarta Tahun 90-an dan tulisan Dessy Liestiyani lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 15 Mei 2020 oleh

Tags: Keluargasuami istritoxic masculinity

Ikuti untuk mendapatkan artikel terbaru dari Terminal Mojok

Unsubscribe

Dessy Liestiyani

Dessy Liestiyani

Wiraswasta, mantan kru televisi, penikmat musik dan film.

ArtikelTerkait

Enggan Jadi Keluarga Fasis: Kumpulan Surat dari Seorang Ayah untuk Anaknya

Enggan Jadi Keluarga Fasis: Kumpulan Surat dari Seorang Ayah untuk Anaknya

30 Januari 2023
Belajar dari Kasus Peremasan Alat Vital Dikta, Korban Pelecehan Seksual Bukan Cuma Perempuan Terminal Mojok

Belajar dari Kasus Peremasan Alat Vital Dikta, Korban Pelecehan Seksual Bukan Cuma Perempuan

27 Januari 2023
Dari Kasus Charles & Keith Mbak Zoe Kita Belajar Harta yang Paling Berharga Memang Keluarga Terminal Mojok

Dari Kasus Tas Charles & Keith Mbak Zoe Kita Belajar, Harta yang Paling Berharga Memang Keluarga

19 Januari 2023
Figur Publik Juga Manusia, Apa Salahnya Melindungi Privasi Keluarga?

Figur Publik Juga Manusia, Apa Salahnya Melindungi Privasi Keluarga?

15 Januari 2023
6 Hal yang Bikin Tinggal di Basecamp Ormawa Itu Menyenangkan

Ormawa Itu Memang Bukan Keluarga, Ngapain Ngebet Dibikin kayak Keluarga sih?

18 Desember 2022
Gagal Lihat Komodo Akibat Kebijakan Tarif Mahal

Gagal Lihat Komodo Akibat Kebijakan Tarif Mahal

30 Juli 2022
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
Buku RPUL Adalah Google Zaman Old yang Dirindukan terminal mojok.co

Dari Pengalaman Saya, 5 Cara Ini Beneran Bisa Bikin Skripsi Selesai

the world of the married episode 10 sinopsis review spoiler komentar mojok (1)

The World of the Married Episode 10: Sinopsis dan Komentar

the world of the married episode 11 sinopsis review spoiler komentar mojok

The World of the Married Episode 11: Sinopsis dan Komentar



Terpopuler Sepekan

Surat Terbuka untuk Yuli Sumpil dari Fans Persis Solo yang Pernah Mengagumi Arema (Unsplash)
Pojok Tubir

Surat Terbuka untuk Yuli Sumpil dari Fans Persis Solo yang Pernah Mengagumi Arema

oleh Joko Yuliyanto
3 Februari 2023

Hati nurani dan akal sehatmu, di mana Yuli Sumpil tuwekan aneh?

Baca selengkapnya
4 Alasan Wajib Pakai Telkomsel meski Cuma Kartu Cadangan Terminal Mojok Farzand01 Shutterstock

Telkomsel, Provider Seluler yang Diskriminatif

4 Februari 2023
Dosa Penjual Es Kelapa Muda dan Amalan untuk Menghindarinya

Dosa Penjual Es Kelapa Muda dan Amalan untuk Menghindarinya

2 Februari 2023
Warnet Bokep di Jogja yang Pernah Jaya Bersama Pornhub (Unsplash)

Warnet Bokep di Jogja yang Pernah Jaya Bersama Pornhub

1 Februari 2023
9 Rekomendasi Kuliner di Pasar Gede Solo yang Sayang untuk Dilewatkan

9 Rekomendasi Kuliner di Pasar Gede Solo yang Sayang untuk Dilewatkan

3 Februari 2023

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=FyQArYSNffI&t=47s

Subscribe Newsletter

* indicates required

  • Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
DMCA.com Protection Status

© 2023 Mojok.co - All Rights Reserved .

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Gaya Hidup
    • Cerita Cinta
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Hewani
    • Kecantikan
    • Nabati
    • Olahraga
    • Otomotif
    • Personality
  • Pojok Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Hiburan
    • Acara TV
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Tiktok
  • Politik
  • Kesehatan
  • Mau Kirim Tulisan?
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2023 Mojok.co - All Rights Reserved .