Sekitar sebulan lalu, karena rasa penasaran ketimbang mewujudkan impian jadi kaya dalam sekejap selain lewat pesugihan, saya akhirnya mencoba bermain Binomo. Tentu saja saya tak langsung nyemplung begitu saja. Saya melakukan riset lumayan serius, mulai dari membaca artikel-artikel soal itu hingga melihat videonya di beberapa channel YouTube.
Seperti yang sudah kita ketahui, Binomo adalah aplikasi trading yang menawarkan kemudahan. Oleh teman saya aplikasi ini dianggap sebagai tebak-tebakan berhadiah. Iklan-iklannya yang seringkali mengganggu berseliweran ketika kita sedang asyik menikmati konten di YouTube, kerap menjanjikan kesuksesan dalam sekejap juga kebangkrutan sebenarnya. Menghasilkan uang dari ponsel, bukankah itu menarik?
Namun satu persatu kabar buruk mulai mengiringinya. Kekayaan yang dijanjikan tak pernah datang bagi sebagian besar orang. Justru sebaliknya mereka malah dibikin buntung. Bahkan ada yang bilang kalau penarikan dana di Binomo sangat sulit dan ribet. Belum lagi kabar tentang terkuaknya identitas asli dari Budi Setiawan, bintang iklan Binomo saat kali pertama muncul di Indonesia.
Semua kabar buruk itu sempat menciutkan nyali saya untuk mencoba. Hingga tahu-tahu saja saya mulai menginstal aplikasi tersebut lebih karena aplikasi tersebut memberikan akun demo yang bisa saya pakai untuk berlatih sebelum terjun dengan uang betulan. Saya pikir tidak ada salahnya sedikit bermain-main.
Memang sangat mudah memainkannya. Saya diberikan saldo fiktif yang dapat saya pakai buat open position dan menebak apakah sebaiknya memasang buy (hijau) atau sell (merah).
Dari channel-channel YouTube yang saya tonton, saya mendapat langkah-langkah awal yang bisa saya terapkan. Misalnya, pertama saya memilih tipe grafik berupa candle (berupa batang-batang berwarna hijau dan merah) ketimbang mountain (garis-garis naik dan turun) atau yang lainnya. Kedua, saya memilih indikator yang paling banyak dipakai yaitu CCI, untuk menampilkan pergerakan grafik secara garis besar. Lalu, langkah terakhir adalah memasang time frame untuk waktu satu menit, yang berguna untuk menunjukkan perubahan candle tiap semenit sekali.
Sesudah semua persiapan itu, saya siap bermain.
Di akun demo, fokus saya lebih ke menentukan strategi yang pas. Beberapa strategi saya adaptasi dari channel-channel YouTube yang lebih seperti asumsi belaka ketimbang sebuah hitung-hitungan pasti. Meski begitu, setidaknya jumlah kemenangan (profit) saya lebih banyak ketimbang jumlah kekalahan (loss).
Setelah semingguan berlatih, saya merasa siap bermain dengan uang betulan. Beruntung—setidaknya begitu menurut saya—minimal jumlah saldo awal yang hanya 140.000 rupiah. Hidup adalah soal memilih risiko yang sanggup kita tanggung, bukan? Saat itu, saya pikir, kalau saya kalah dan uang itu tak kembali, maka saya akan mengikhlaskannya. Setidaknya, rasa penasaran saya terbayarkan—begitulah saya mencoba membesarkan hati.
Bermain dengan saldo fiktif ternyata jauh berbeda dengan saldo betulan. Saya mendapati jempol saya lebih sering menggantung di atas layar ponsel, ketimbang melakukan open position. Meski di awal saya meyakinkan diri untuk ikhlas jika bangkrut, nyatanya saya tidak serela itu. Hingga kemudian, berbekal strategi yang saya latih dan kenekatan, akhirnya saya melakukan open position dengan mempertaruhkan uang saya sebesar 14.000 rupiah.
Strategi yang saya pakai sederhana belaka. Saya menunggu grafik di CCI berada di posisi teratas dan menunggu kecenderungan harga pasar untuk turun, begitu pula sebaliknya. Saya menebak untuk candle kelima dari open position saya di awal (candle pertama dari lima candle yang bakal muncul berikutnya). Saat saya melakukan open position, grafik sedang berada di puncaknya dan saya menebaknya bakal turun (saya menekan sell/merah) dalam lima menit ke depan. Tebakan saya benar. Dan saya mendapat untung sebesar 82 persen dari harga yang saya pertaruhkan.
Kemenangan dan kekalahan datang silih berganti. Ketika saya kalah sebesar 14 ribu rupiah, di open position berikutnya saya bertaruh sebesar 35.000 rupiah. Pilihan ini sangat berisiko, tapi juga wajar. Jika saya berhasil menebak dengan benar, saya bisa menebus kekalahan saya sebelumnya sekaligus meraih profit.
Tiga hari bermain, saldo betulan saya sudah bertambah menjadi sekitar 290 ribu rupiah. Saya tak buru-buru lanjut bermain. Lebih dulu, saya menarik dana sejumlah 150 ribu untuk memastikan seberapa sportif pihak Binomo. Tidak sulit ternyata, hanya butuh sejam saja, dana itu masuk ke rekening saya.
Saldo di aplikasi saya tinggal 140 ribu rupiah sehabis penarikan dana. Saya lanjut bermain dan selama dua hari, saya berhasil membuat saldo saya bertambah menjadi sekitar 220 ribu rupiah. Pikir saya, esok saya harus bisa profit hingga saldo saya bertambah menjadi 300 ribu rupiah dan menarik dananya kembali.
Namun petaka datang. Hari itu adalah Minggu yang cerah padahal, tapi hari itu menjadi Minggu yang kelam bagi saya. Saya tetap mengandalkan strategi yang sama, namun hasilnya jauh dari harapan saya. Grafik naik dan turun dengan sangat cepat dalam dua sampai tiga menit. Strategi saya sama sekali keteteran. Saldo saya dengan cepat menyusut dari 220 ribu menjadi di kisaran 64 ribu rupiah. Bukan berarti saya tak mendapat kemenangan, namun jumlah kekalahan saya jauh lebih banyak.
Saya berhenti bermain pada hari itu, berpikir esok mungkin saya lebih beruntung. Namun hari itu kekalahan-kekalahan itu membayangi saya terus. Bahkan pada malam harinya, candle-candle itu mampir di mimpi saya.
Saat saya bangun pada Senin pagi, saya bertekad untuk membalas kekalahan-kekalahan saya kemarin. Pada awalnya saya berhasil mendapat dua kemenangan beruntun, namun lama-kelamaan, kekalahan itu berdatangan hingga saldo saya menyusut menjadi sekitar 30.000 rupiah.
Tidak punya pilihan lain, didera frustasi, saya mempertaruhkan semuanya, menggunakan strategi yang sama. Saya open position di saat grafik berada di puncak—setidaknya itu perkiraan saya—dan menebaknya akan turun dalam lima menit ke depan. Candle pertama hingga ketiga berpihak kepada saya, meski turun dengan tipis. Harapan saya muncul kembali saat itu.
Namun pengkhianatan itu mulai terlihat di candle keempat dan sialnya naiknya begitu drastis, melampaui tiga candle sebelumnya sekaligus. Lalu tibalah candle kelima. Awalnya terlihat keberuntungan masih berpihak kepada saya, namun di detik-detik terakhir ia pun mengkhianati saya. Saldo saya pun hanya bersisa 4 rupiah.
Menit-menit selanjutnya, saya hanya sibuk membesarkan hati, merelakan, menghibur diri sendiri dengan berkata, “Setidaknya sudah balik modal.” Saya sempat tergoda untuk mengisi saldo Binomo dan bermain kembali. Namun setelah memikirkan tekanan psikisnya, saya memutuskan untuk menghapus aplikasi itu. Jika saya mau bermain kembali, itu tidak dalam waktu dekat ini. Saya butuh tidur nyenyak lebih dari apa pun saat ini.
BACA JUGA Empati Warkop Pitulikur dan Fenomena Siswa Belajar Online di Warkop, yang Prihatin Seharusnya Pemerintah atau tulisan-tulisan lainnya di Terminal Mojok.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.