Pernah membayangkan nggak sih taman hiburan yang ramai sekali, penuh dengan keceriaan anak-anak yang bermain, tiba-tiba menjadi sepi tanpa pengunjung? Bangunan yang terbengkalai, wahana yang ditumbuhi tanaman liar, dan suasana yang mencekam sungguh membuat bulu kuduk berdiri. Atau pasar yang dulunya ramai dengan aktivitas jual beli oleh para pedagang dan pembeli, tiba-tiba jadi terbengkalai lantaran banyak kios yang rusak dan sudah nggak dipakai lagi. Kesan horor sudah pasti didapati dari tempat-tempat seperti ini.
Di luar negeri, khususnya Jepang, ada beberapa tempat terbengkalai yang memancarkan aura seram. Saya sendiri bahkan pernah berkunjung ke tempat-tempat tersebut. Kebetulan lokasinya nggak jauh dari kosan saya dulu di Jepang. Berikut pengalaman saya mengunjungi beberapa tempat terbengkalai di Jepang yang bikin bulu kuduk merinding.
Nara Dreamland
Nara Dreamland adalah sebuah taman hiburan yang meniru Disneyland di California. Dibangun pada tahun 1961 di Nara, Jepang, taman hiburan ini sempat jaya pada masanya. Namun, sejak kehadiran Universal Studio Japan (USJ) pada tahun 2001, perlahan tapi pasti, Nara Dreamland semakin sepi pengunjung dan akhirnya bangkrut. Meski sudah tak beroperasi, reruntuhannya masih bisa dikunjungi, lho, asal nggak ketahuan petugasnya.
Kebetulan kos saya di Jepang dulu dekat dengan Nara Dreamland ini. Saya sempat berkali-kali lewat dan berfoto di depan jalan luarnya, sementara dalamnya sangat creepy dan angker. Di sekeliling reruntuhan banyak semak belukar dan sampah berserakan yang semakin menambahkan kesan kalau tempat itu tak pernah dikunjungi manusia lagi.
Beberapa bangunan masih kokoh berdiri meski retak di sana-sini. Roller coaster kayu kebanggaan Nara Dreamland juga sudah berkarat dan rapuh. Cangkir putar, kereta gantung, hingga kolam renang juga sudah ditumbuhi tanaman liar. Boneka badut dengan senyumnya justru malah membuat kesan tempat itu horor. Mirip taman berhantu, deh. Saya pernah masuk ke sana naik sepeda lewat jalanan di samping taman hiburan, tiba-tiba malah ada sirene berbunyi keras yang bikin saya langsung kabur.
Banyak lho wisatawan asing yang dengan sengaja datang ke tempat terbengkalai itu secara ilegal. Kemungkinan besar mereka masuk serombongan, lalu membuat konten atau berfoto di dalamnya. Sebenarnya kalau ketahuan petugas bakal diusir, sih. Meski sudah ditutup sejak tahun 2006, kalau terjadi apa-apa di dalamnya tetap saja jadi tanggung jawab pemiliknya, kan, makanya ada petugas yang berjaga.
Mungkin bagi sebagian orang berfoto di tempat terbengkalai seperti Nara Dreamland adalah hal yang menyenangkan lantaran menantang adrenalin. Namun, jujur saja, tiap kali membayangkan kalau tempat itu dulunya pernah ramai dan penuh dengan canda tawa pengunjungnya bikin saya agak merinding dan sedih. Saat bertanya pada teman-teman Jepang soal Nara Dreamland, kebanyakan mereka enggan bercerita banyak. Padahal teman-teman saya waktu kecil ya sering pergi ke sana untuk berenang.
Pada musim panas tahun 2018, sesaat sebelum saya kembali ke Indonesia, reruntuhan Nara Dreamland sudah benar-benar diruntuhkan. Kalau dilihat di Google Maps sekarang sudah benar-benar rata dengan tanah. Entah mau dibangun apa, yang jelas Nara Dreamland sudah tutup permanen. Have a nice dream, Nara Dreamland.
Pasar Tsubai (Tsubai-ichiba) Nara
Tempat lain yang terbengkalai dan tak kalah horor adalah Pasar Tsubai yang letaknya dekat pusat kota Nara. Bagi wisatawan yang tertarik dan penasaran dengan pasar mungkin bisa mencoba datang ke tempat ini. Namun, jangan kaget kalau ternyata pasarnya nggak ramai dan sesuai ekspektasi.
Pasar Tsubai sendiri sebenarnya hanya pasar kecil. Di sana mungkin hanya ada sekitar 15-20 pedagang. Sayangnya, dari 15-an pedagang itu, tinggal 5 yang masih berjualan, setidaknya sampai terakhir kali saya ke sana. Itupun yang kiosnya terletak dekat jalan masuk utama. Saya yakin dulu pasar ini sangat ramai, sebelum supermarket dan mini market menjamur.
Di bagian belakang pasar ini ada deretan kios kosong dengan rolling door tertutup. Ada juga kios dengan kaca yang nggak terawat sehingga kita bisa melihat bagian dalam kios yang sangat kotor dan kumuh. Tanaman liar pun dibiarkan tumbuh begitu saja. Kalau hujan turun, bau kayu lapuk dan lembap otomatis bakal tercium. Rasanya bikin merinding orang yang hendak berbelanja ke sana.
Di antara kios-kios kosong itu masih ada yang tinggal di sana, lho. Kalau melihat sudut kota seperti ini, kita jadi tahu realita kalau nggak semua orang Jepang itu kaya dan mampu. Masih banyak juga yang nggak mampu, terpaksa tinggal seadanya, dan bahkan di tempat yang tak layak sekalipun.
Dengar-dengar dari teman Jepang saya, di pintu masuk pasar itu sekarang ada izakaya (tempat minum-minum) yang dari luar terlihat cukup bagus, populer, dan buka sampai tengah malam. Depannya sih ramai, tapi belakangnya sepi dan gelap. Ya sama saja seremnya.
Penjara Nara
Selain taman hiburan dan pasar, ada satu tempat terkenal yang terbengkalai di Nara, yakni Penjara Nara. Coba cari saja “Hotel Penjara Nara” atau “奈良監獄”, pasti ketemu di internet. Tempat ini pernah jadi lokasi syuting film Rurouni Kenshin The Final (2021), lho. Coba diingat-ingat adegan yang mana.
Menurut sejarah, penjara ini termasuk salah satu dari lima penjara besar di Jepang saat zaman Meiji. Dibangun pada tahun 1908 oleh Keijiro Yamashita, tetapi terpaksa harus ditutup pada tahun 2016 lalu karena masalah ketahanan gempa. Sekarang Nara nggak punya penjara lagi. Padahal penjara ini dulu digunakan sebagai lembaga pemasyarakatan untuk anak-anak.
Sejak resmi ditutup, gedung bekas bangunan penjara itu sempat terbengkalai. Akan tetapi, karena bangunannya yang sangat eksotis, pemerintah Nara berencana merenovasinya menjadi hotel dan museum penjara. Meski sempat mengalami masalah kerjasama, dengar-dengar “hotel penjara” ini akan dibuka tahun 2022 mendatang.
Sebenarnya selain taman hiburan, pasar, dan penjara yang terbengkalai, ada juga rumah dan toko yang sudah nggak berpenghuni di sana. Membayangkan tempat-tempat tersebut pernah ramai dan dikunjungi banyak orang, lalu sepi dan bangunannya rusak sampai ditumbuhi tanaman liar memang bikin orang merinding. Mending nggak usah berkunjung ke tempat kayak gini, deh. Ketimbang nambah-nambahin pikiran.
Sumber Gambar: Unsplash
Editor: Intan Ekapratiwi
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.