Pengalaman Saya Naik ATR 72, Pesawat Baling-baling yang Katanya Berbahaya

Pengalaman Saya Naik ATR 72, Pesawat Baling-baling yang Katanya Berbahaya

Pengalaman Saya Naik ATR 72, Pesawat Baling-baling yang Katanya Berbahaya (ATR Aircraft via Wikimedia Commons)

Kuno, uzur, ketinggalan zaman, berbahaya, dan menakutkan adalah kata yang sering muncul dari orang lain ketika saya bercerita kepada mereka tentang pesawat ATR 72. Pesawat yang bentuknya kecil, memiliki baling-baling di kedua sayapnya, dan umumnya beroperasi di daerah perintis dengan rute dekat ini memang telanjur dianggap banyak orang sebagai pesawat yang menakutkan. Kabar jatuhnya pesawat ATR 72 di Nepal pada awal tahun 2023 membuat image ATR 72 sebagai “pesawat maut” seolah makin terlegitimasi.

Padahal ATR 72 sebenarnya bukanlah pesawat kuno. Meskipun kita bisa melihat baling-balingnya dari luar, ATR 72 menggunakan mesin turboprop dengan pembangkit turbin gas, bukan menggunakan penggerak piston (torak) seperti pertama kali pesawat ditemukan. Jadi, mari kita sudahi menganggap ATR 72 uzur hanya karena bentuk pesawatnya kecil dan memiliki baling-baling seperti Doraemon.

Kalian juga perlu tahu kalau ATR-72 menghasilkan 50% lebih sedikit CO2 sehingga sering disebut sebagai pesawat ramah lingkungan. Dan, di negara kepulauan seperti Indonesia, pesawat jenis ATR justru dibutuhkan untuk mencover daerah di pelosok dan juga kota kecil yang memiliki bandara tapi landasannya pendek.

Nah, bagi kalian yang belum pernah naik pesawat ATR 72 dan ingin mencobanya tapi masih takut, saya akan menceritakan pengalaman naik ATR 72. Siapa tahu setelah membaca tulisan ini kalian berubah pikiran. Fyi, saat ini pesawat ATR 72 nggak hanya beroperasi di wilayah Indonesia bagian timur atau di daerah terpencil saja, lho. Di Pulau Jawa seperti Jogja juga ada, kok. Maskapai yang sering saya lihat mengoperasikan pesawat baling-baling ini untuk rute pendek adalah Wings Air (Lion Group) dan Citilink.

#1 Naik langsung dari apron

Saat mau naik kabin pesawat Airbus/Boeing, umumnya penumpang melewati garbarata, kan? Jarang banget naik dari landasannya langsung. Nah, kalau naik pesawat ATR 72 berbeda. Penumpang ATR 72 nggak melewati garbarata saat mau naik ke kabin, melainkan langsung berjalan di pelataran (apron) pesawat. Penumpang juga naik dari pintu belakang pesawat. Sebenarnya ATR 72 memiliki dua pintu, akan tetapi yang depan biasanya digunakan untuk memasukkan barang. Di pintu pesawat juga tersedia tangga kecil agar penumpang bisa naik dengan mudah.

Oh iya, saran dari saya kalau kalian ingin naik pesawat baling-baling ini jangan membawa banyak barang atau koper besar, ya. Bikin ribet diri sendiri, Rek!

#2 Kabin sempit

Pesawat ATR 72 memiliki panjang 27,166 meter, lebar 27 meter, dan tinggi 7 meter, jauh lebih kecil dari ukuran pesawat Airbus A320 ataupun Boeing. Angka 72 menunjukkan jumlah kapasitas penumpangnya, ada juga ATR 42 yang berarti kapasitas angkutnya pun lebih sedikit.

Di dalam kabin ATR 72 kursinya disusun berjejer dua-dua. Jarak antar kursinya lebih sempit ketimbang kursi kabin pesawat LCC. Namun, untuk penerbangan jarak pendek masih okelah. Sama dengan pesawat LCC, kursi pesawat ATR 72 juga dilengkapi dengan sabuk pengaman dan tombol recline. Kabin pesawatnya juga menyediakan bagasi yang meskipun nggak luas tapi cukup untuk meletakkan ransel dan koper ukuran sedang. Lantaran kabinnya lebih kecil, kita jadi lebih mudah menjangkau posisi bagasi, nggak butuh bantuan pramugari lagi, deh.

Baca halaman selanjutnya

Hanya ada satu orang pramugari…
Di dalam pesawat ATR biasanya hanya ada satu pramugari, lho. Jadi, semua pekerjaan di dalam kabin mulai dari mempersilakan penumpang masuk, membantu penumpang di kabin, hingga memperagakan prosedur keselamatan dilakukan semuanya oleh satu orang. Makanya kurang-kurangin ngerepotin pramugarinya kalau naik pesawat ATR, ygy.

#3 Melihat pemandangan indah

Berbeda dengan Boeing atau Airbus yang ketinggian terbangnya 30.000 kaki, ATR 72 terbang lebih rendah di ketinggaian 15.000 kaki. Namun, justru ini yang istimewa. Dengan ketinggian rendah, penumpang bisa melihat pemandangan di bawah dengan lebih jelas. Kalau sedang melintas di daerah yang memiliki banyak puncak gunung dan pulau-pulau kecil, pemandangannya indah sekali. Rasanya seperti terbang melintasi pegunungan dan hutan dengan sapu terbangnya Harry Potter.

Biasanya sih posisi terbang pesawat baling-baling ini sedikit saja lebih tinggi di atas awan. Kalau kalian suka dengan suasana alam yang natural dan nggak takut ketinggian, naik pesawat ATR 72 bisa banget dibuat untuk healing.

#4 Berisik

Jika dibandingkan dengan pesawat Airbus/Boeing, pesawat ATR 72 memang lebih berisik, Rek. Suara putaran baling-balingnya terdengar keras apalagi saat take off. Namun, suara tersebut nggak sampai membuat gendang telinga sakit, kok.

Bodi pesawat ATR juga dibuat dari material yang mampu meredam suara. Yaaa, meskipun masih tetap saja terdengar suara rotasi baling-baling, tapi nggak sampai membuat kita susah tidur. Saya sering lho melihat penumpang ATR 72 dari Ternate menuju Labuha (Pulau Bacan) ketiduran di pesawat meskipun penerbangan Ternate-Labuha nggak sampai 50 menit. Kalau kalian terbiasa tidur dengan bunyi kipas angin, saya kira tidur di pesawat baling-baling ini bukan hal yang sulit.

#5 Landing terguncang

Sama dengan proses take off yang membuat penumpang agak dag dig dug der karena suara mesin ATR 72 yang berisik, saat landing pun demikian. Suara mesin pesawat baling-baling ini juga berisik dan proses landingnya nggak semulus saat naik Airbus atau Boeing. Ketika roda pesawat mulai menyentuh landasan, badan kita akan terasa bergoyang.

Meskipun ada sedikit guncangan saat landing, saya tetap merasa nyaman karena sudah terbiasa. Lagi pula guncangannya nggak heboh, kok. Rasanya seperti ketika kita berjalan lalu bersenggolan dengan orang lain. Menurut saya, landing ATR 72 sedikit menaikkan adrenalin, ada perasaan nderedeg tapi enak. Gimana ya menjelaskannya? Yah, seperti kalau kalian naik roller coster, ada perasaan takut tapi juga senang.

Jika membahas soal keamanan, pesawat ATR 72 sama dengan pesawat lainnya, Gaes, tetap aman. Memang sempat ada kecelakaan, tapi itu lebih bersifat musibah. Bukannya saya ingin menyepelekan kecelakaan, tetapi semua moda transportasi memang berisiko kecelakaan. Justru pesawat udara adalah mode transportasi paling aman ketimbang mode transportasi lain.

Jadi, gimana? Apakah kalian tertarik dan berani mencoba naik pesawat baling-baling ATR 72?

Penulis: Tiara Uci
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA 7 Kelebihan dan Kekurangan yang Saya Rasakan Saat Naik Pelita Air, Maskapai “Baru” Pertamina.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Exit mobile version