Pernah punya pengalaman nyebokin lansia? Atau melihat orang meninggal berkali kali? Atau, lebih tepatnya, pernahkah kalian kepikiran kerja di panti jompo?
Selama kurang lebih 18 bulan saya pernah bekerja menjadi perawat di sebuah panti jompo di Jerman. Kali ini saya ingin berbagi sedikit pengalaman kepada kalian. Bisa dibilang ini adalah pengalaman yang luar biasa di hidup saya. Bagaimana tidak, tidak punya background pendidikan medis sama sekali malah nekat jadi perawat lansia, di Jerman pula.
Lewat program kerja sosial lah, saya menjajal bidang yang selama ini nggak pernah terpikirkan dalam kepala. Sebenarnya di Jerman sendiri memang sedang darurat perawat, apalagi untuk lansia. Banyaknya lansia yang membutuhkan perawatan tidak sebanding dengan jumlah personil yang tersedia. Oleh karena itu, saya mencoba peruntungan dengan modal kemampuan bahasa Jerman yang sudah saya punya.
Mereka yang ada di panti jompo adalah lansia dengan beragam umur dari 70-90-an. Kebayang kan, kalau mereka sudah bener-bener sepuh dan nggak bisa melakukan banyak aktivitas lagi. Belum ketambahan penyakit yang mereka derita. Tapi dari seluruh lansia di panti jompo tempat saya bekerja, tidak semuanya membutuhkan perawatan. Ada juga mereka yang masih mandiri walaupun usia sudah di angka 80.
Tugas perawat panti jompo di Jerman
Terus apa aja sih yang dilakuin? Namanya perawat tentu tugas utama kita adalah merawat dan juga bertanggung jawab untuk memastikan pasien mendapatkan perawatan yang tepat dan nyaman. Karena saya tidak ada pengalaman di dunia medis sama sekali, semua saya pelajari dari perawat-perawat senior mulai dari nol. Mereka pun akan dengan senang hati membantu dan sabar mengajari kita. Karena dengan adanya kita, beban pekerjaan mereka pun jadi lebih ringan.
Kegiatan saya sebagai perawat meliputi memberi obat, memeriksa kondisi pasien, memberikan perawatan medis seperti perawatan luka atau penyakit yang mereka derita, membantu mereka dalam aktivitas harian seperti mandi, berpakaian, makan, mengganti popok atau bahkan nyebokin pasien. Inilah tantangan dari pekerjaan ini, harus siap melihat kotoran manusia setiap hari juga membersihkannya. Pengalaman yang belum pernah ada dalam hidup saya.
Membersihkan kotoran dan nyebokin orang asing, membayangkannya saja, saya belum pernah. Untungnya saya bukan orang yang jijikan jadi hal tersebut tidak terlalu menjadi beban untuk saya.
Tantangan lainnya adalah mengahadapi lansia yang pikun atau sering lupa ditambah juga masalah pendengaran yang mereka punya. Hal itu membuat pekerjaan ini memang benar-benar melatih kesabaran saya. Ada lagi mereka yang keras kepala dan banyak kemauan ini itu layaknya mereka tinggal di hotel ingin dilayani. Selayaknya manusia biasa, tidak jarang saya merasa jengkel kepada mereka.
Tapi kadang saya punya pengertian bahwa mereka hanya manusia tua yang kembali menjadi anak kecil. Mereka perlu diperlakukan lemah lembut, tanpa emosional. Mereka orang-orang membutuhkan perhatian khusus.
Toh, mereka juga tidak akan lama lagi hidup di dunia. Apa salahnya menyenangkan mereka selama masih hidup.
Sisi-sisi menyenangkan
Bekerja dengan lansia, juga tentu punya sisi menyenangkan. Seringkali saya bertukar pengalaman dengan mereka dan berbagi kisah seperti layaknya berbicara kepada teman. Mereka juga terbuka untuk menceritakan keluarga, masa muda, atau bahkan masa kelam yang pernah mereka alami. Para lansia di sana sudah hidup lebih lama dari saya, tentu punya segudang cerita. Dari cerita dan pengalaman mereka, saya selalu mendapat sebuah pelajaran baru yang bisa diambil.
Selain itu, terkadang mereka berperilaku lucu dan membawa tawa dalam keseharian. Dan seringkali menghibur dan melepaskan rasa capek saya. Seperti misalnya memakai sepatu atau kaos kaki yang berbeda, memakai kacamata hitam padahal di dalam ruangan. Atau ada juga yang ingin tiba-tiba menelpon polisi karena merasa nyawanya terancam. Ada saja kelakuan orang-orang tua ini.
Para lansia di tempat saya, adalah orang-orang baik. Mereka selalu berterima kasih dengan tulus dan tersenyum lebar setelah terbantu bahkan dalam hal sekecil apa pun. Inilah yang membuat saya menyukai pekerjaan ini, melihat senyum orang lain dengan rasa besyukur karna bantuan kita. Tidak jarang mereka juga memberi permen atau coklat sebagai ucapan terima kasih. Saya pun pernah mendapatkan hasil lukisan dari seorang pasien yang ia lukis sendiri, karena kita memang punya kedekatan.
“Akrab” dengan kematian
Sebagai perawat lansia saya juga akrab dengan kematian yang datang setiap saat. Sering kali ada pasien yang saya rawat hari ini, besoknya sudah meninggal. Di saat begitu, saya kadang ikut merasa kehilangan, apalagi untuk beberapa lansia yang sudah dekat dengan saya. Bisa dibilang kita punya kedekatan seperti seperti oma/opa dan cucu. Melihat kematian seseorang pun sudah jadi hal biasa buat saya.
Selama 18 bulan di sini saya banyak belajar tentang manusia. Dan yang paling penting, saya belajar banyak tentang ilmu medis yang awalnya dari nol sekarang sudah banyak terisi. Saya mulai paham nama penyakit-penyakit khususnya yang biasa muncul pada orang tua juga cara penanganannya, cara merawat luka, saya juga akrab dengan nama-nama obat. Dari sini saya pun puya ketertarikan untuk mendalami ilmu ini lebih dalam.
Wajar rasanya jika kita takut menghadapi hal-hal yang sekiranya begitu asing untuk kita. Tapi, terkadang hal-hal itu harus dihadapi agar kita bisa tahu, bahwa hidup kerap memberikan hal-hal indah di balik hal-hal yang bikin kita bergidik.
Penulis: Aminatus Sholihah
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Menitipkan Orang Tua di Panti Jompo Bukan Berarti Durhaka