Saya adalah seorang sales yang sudah sekitar 1,5 tahun menggeluti profesi ini. Saya pikir kayaknya seru deh share pengalaman jadi sales dan suka dukanya di pekerjaan ini. Siapa tahu ada tips dan ilmu yang bisa kalian serap juga. Okay, let’s go!
Oh iya sebelumnya harus diluruskan dulu, dalam menyebut pekerjaan sales, biasanya orang-orang akan langsung berpikir kalau pekerjaan sales itu ada banyak namanya. Ada yang dibilangnya marketing lah, account manager lah, account executive lah, business development lah, dll dll. Sebenarnya, nama-nama yang saya sebutkan di atas itu beda dengan sales. Tapii, mereka punya tujuan utama yang serupa yaitu: jualan produk biar perusahaan untung (dan kita dapat komisi).
Sebelum lanjut lebih panjang, saya mau jelasin kalau akan ada tiga hal yang akan saya bahas tentang pengalaman jadi sales ini. Pertama, fakta bahwa hampir semua orang sebenarnya bisa jadi sales. Kedua, your skill doesn’t matter. Dan ketiga, kalau kamu mau jadi sales, throw away your pride!
Semua orang bisa menjadi sales
Yak, betul. Semua orang bisa jualan. Cuma pertanyaannya, jualan yang sukses itu kayak gimana? Mulai dari abang-abang di pasar dengan cuap-cuap saktinya, sampai sales traktor yang deal-dealan sama bos-bos kontraktor, semua kondisinya beda, tapi sangat bisa dilatih
Tanya ke hampir semua sales yang berpengalaman: jawabannya bakal banyak yang: Asal jago ngecap aja.
Mungkin ini yang bikin saya bilang kalau semua orang bisa jadi sales. Jurusan sosial bisa jualan software, sangat lintas jurusan. Asal ngomongnya bener
Sebenernya sih nggak cuman “asal jago ngecap” dan bisa langsung otomatis sukses jadi sales. Good sales itu banyak skill/attitude yang perlu dimiliki. Tapi orang yang udah berpengalaman sales bakal sering ngomong gini. Kenapa? Karena mungkin udah jadi muscle memorynya mereka. Jadi ya bagi mereka rasanya “ya asal bisa ngomong”
Pada kenyataannya, kalau search di google tentang “how to be a good sales” minimal dikasi berapa belas hal yang perlu dipelajari. Saya aja inget pas dulu training, minimal pelajari: pertama positive opening, kedua know your customer’s pain point, lalu bikin janji berikutnya. Dan tiap-tiap poin ini, ada poin-poin lainnya alias beranak pinak semua.
Tapi intinya adalah, untuk jadi sales, apalagi yang FG, gak perlu sesuai sama jurusannya. Yang penting tau produk dan tau pelanggan. Nah yang lainnya tinggal dilatih
Your skill doesn’t (always) matter
Gak selalu, tapi seringkali walau pun kita udah belajar berbagai poin yang diajarin pas pelatihan, baca buku dan pelajari produknya sebaik-baiknya, dll dll dll tetep aja gak profitable. Tapi di lain pihak, ada yang kelihatannya gitu-gitu aja, menuhin target ratusan persen. Yes, faktor X sering ada di sales. Buat saya yang di bidang konstruksi, apalagi ini. Degree of uncertainty nya tinggi banget.
Contoh yang pernah saya alami: customer udah mau PO banget nih. Udah mau beli produk ratusan juta, eh taunya budget proyeknya dia dipangkas gara-gara owner ada masalah. Di lain waktu, saya gak tau apa-apa, tiba-tiba ada yang minta pesen barang banyak banget. Target langsung terpenuhi padahal tadinya pesimis akhir bulan.
Throw away your pride
Ini yang paling paling paling penting apalagi buat yang baru aja jadi sales. Saya yakin, 6 bulan pertama jadi sales adalah: luntang-lantung sana sini, dimaki-maki orang, atau down karena ekspektasi gak sesuai kenyataan
Saya lulusan univ negeri yang (katanya) terbaik, jurusan teknik, lalu dapat beasiswa yang katanya bikin orang yang dapet beasiswa ini langsung dapat cap menantu idaman. Kurang bangga apa lagi saya sama diri saya?
Tapi begitu turun ke lapangan: ngetok pintu, nawarin produk, dimaki-maki saat salah ngimong tentang produk atau diskonnya kurang atau ngejabanin ngirim sampel ke mana-mana. Semua berakhir dengan: gak dibales WAnya atau gak diangkat telpnya, lalu beberapa hari kemudian dikabari: “pak kami pake produk lain”.
Berat? Iya berat. Tapi begitulah jadi sales.
Itu kan susah-susahnya jadi sales, kalau yang enak-enaknya ya banyak juga.
Waktu fleksibel
Di saat orang-orang kerjaannya hectic kayak orang manufactur yang jam 7 harus udah di pabrik, orang proyek yang jam 7 apel pagi buat safety, saya jam 9 baru mulai masuk kamar mandi siap-siap kerja. Ya mau gimana, emang janjiannya jam 10 hahaha.
Atau saat orang pada ngeluh jam 9 malem baru pulang kerja, atau bahkan ada yang sampe gak pulang berapa hari. Saya bisa lho jam 3 udah pulang. Well, gak tiap hari gitu sih. Tapi kira-kira itulah gambarakn kerjaannya.
Karena kerjaan kita based on appointment sama pelanggan (buat yang B2B ya) ya kita kerjanya menyesuaikan sama jadwal calon customer. Di luar jam itu ya biasanya ngurus tetekbengek kayak agreement, penawaran, dll. Dan tentu saja ngerjain itu juga nggak harus di kantor. Bisa di mana aja asal ada laptop!
Komisi
Kalau ini sih gak perlu dibahas banget yah. Pokoknya tiap mencapai target, sales itu pasti dapat komisi. Jadi sebenernya kalau ngitung incomnya sales, itu bisa 2x lipat gaji pokok mereka, bisa 3x malah. Itu sih tergantung perusahaannya.
Emang seberapa susah sih dapet komisi? Ya nggak susah-susah amat. Tapi tetep harus keep in mind kalau di sales itu banyak faktor X nya hhe hhe.
Ini sedikit gambaran keseharian seorang sales. Btw ini ga semuanya gini lho ya, bisa beda juga tergantung industrinya apa dan perusahaannya kayak gimana.
- Janjian ketemuan sama orang (bisa ke proyek konstruksi, atau ke kantor).
- Ketemuan sama orang, di sini “skill” yang kalo kalian googling ada daftar-daftarnya itu dipake. Di pertemuan ini isinya biasanya kenalan, follow up yang dulu pernah dibicarakan, perkenalan produk, demonstrasi, dll. Intinya adalah semacam memberikan konsultasi kalo produk kita adalah jawaban dari masalah si customernya (without being pushy).Kadang ada negosiasi juga atau ada juga troubleshooting produk yang kemarin dibeli, atau ada juga presentasi ke bos-bosnya. Ini jadi kelebihan lain di sales: exposure ke petinggi perusahaan lumayan dapet –> gak jarang lho temen sales saya ada yg nitip CV.
- Bilang terima kasih, lalu cabut ketemu orang berikutnya (let’s say ketemu 2-8 orang sehari).
- Follow up pertemuan tadi. Isinya: bilang makasih, kasih penawaran kalau tadi oke, atau follow up (misal janjian ke orang yang tadi direkomendasiin).
- Kadang ngurusin konflik internal semacam: stok barang taunya gaada, diskon ternyata kelebihan, atau rebutan sama sales lain.
Beberapa tips buat jadi sales yang sebenarnya nggak terlalu fancy sih tipsnya, malah ada yang nggak sesuai sama materi training dan artikel-artikel yang ada hehe, tapi saya yakin bisa sangat berguna, pakai tips ini rasio sukses target saya lumayan kok hehe.
1. Gak usah malu-malu
Kalau mau ketemu, ada rasa nervous, malu, atau apa, sikat aja. Jangan ragu. Kamu mungkin akan dimaki, diusir, ditolak, dimarahin, dll. Tapi yaudah sih. Gak akan pake kekerasan juga orangnya. Lama-lama juga kebiasa.
2. Research your customer
Minimal buat bahan omongan. Cari tau perusahaan si customer, atau kepoin LinkedIn si orang yang mau di-prospek.
3. Jangan kerja 100%
Ini terdengar Counterintuitive tapi selama belum kelihatan ada prospek besar yang bisa di-goalkan, kerja cukup kerja. Begitu ada prospek besar, langsung all out effort. Karena kalo kerja 100% dari awal, capek mental sendiri, pas ada prospek malah keburu capek
4. Jangan expect sekali ketemu jadi PO
Serius deh, yang ada malah kecewa. Expect jadi PO/pembelian di pertemuan ke 3-4.
5. Omongin hal yang lain
Mulai dari pendidikan anak, politik, makanan, dll. Selama masih ringan topiknya ya. Pokoknya jadikan customer sebagai teman.
6. Pura-pura bego
Saat ketemu customer, lalu membicarakan tentang bisnisnya, banyakin tanya. Walaupun udah tau, pura-pura gak tau aja. Bonus: kalau dia bicara tentang dirinya, dengerin dengan antusias. Guess what? Orang seneng kalau cerita: 1. tentang dirinya; 2. tentang sesuatu yg dia passionate/cintai; 3. Dengan cerita dia terlihat pintar. Bertanya ini jadi kesempatan pertama kamu ngenal customer dan nyari celah jualan juga. Tapi jangan bego beneran lalu ngasi diskon 99% ya LOL.
7 Niatin jadi temen sama customer
Jadi pas appointment juga jangan langsung “Pak saya mau nawarin produk ini”, jangan “Bu, beli ya produk kami”, customer juga manusia. Basa-basi dulu lah. Apa kek, nanya tadi macet ya, rumah di mana, atau gimana bisnis perusahaannya. Percayalah, jadi sales itu gak cuma jualan 1x aja ke orang tersebut. Kalau hubungannya gak baik, ya malesin juga lama-lama.
8. Know your product weakness
Yakin deh. Saat pertama-tama masuk dan dilatih, 90% ngasih tau betapa bagusnya produk yang mau kita jual. Dan sampe sekarang saya rasa masih lumayan banyak trainer/ bos sales yang seolah-olah nutup mata bahwa gak ada produk yang sempurna. Coba cari kekurangan produkmu. Mesin cepet panas? Program banyak bug? Lebih lemah dayanya daripada kompetitor? Mahal? dll
Dengan tau kelemahan, dan sedikit pengaturan kata-kata, kamu terlihat tau product knowledge dan bisa liat celah-celah juga saat dihadapkan sama kompetitor.
Saat pelanggan ternyata malah pilih kompetitor, yaudah biarin aja. Jangan baper. Malah, tetep deketin terus si pelanggannya. Datengin terus kantornya (tapi jangan bikin risih) kontak-kontakan aja terus. Kita gak tau kapan si kompetitor F*ucked up dan pelanggan memutuskan ganti pake produk kita. Nah makanya selalu pantau siap-siap terkam saat itu.
Goes without saying, Hati-hati juga saat pelanggan make produk kita. Jangan f*cked up juga biar gak diganti sama kompetitor. Nah itulah sedikit cerita tentang pengalaman jadi sales.
BACA JUGA Pengalaman Ikut MLM: Dapat Uang Sih, Tapi Sisanya Ketersiksaan atau tulisan Kurnia Bijaksana lainnya. Follow Twitter Kurnia Bijaksana.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.