Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Pengalaman Jadi Anak Pindahan dan Hal Sepele Aja Dipermasalahkan

Fadlir Nyarmi Rahman oleh Fadlir Nyarmi Rahman
5 Desember 2020
A A
Pengalaman Jadi Anak Pindahan dan Hal Sepele Aja Dipermasalahkan terminal mojok.co

Pengalaman Jadi Anak Pindahan dan Hal Sepele Aja Dipermasalahkan terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Cik Prima Sulistya, sang Pemred Mojok kesayangan kita, di podcast Putcast, menceritakan pengalaman saat ia menjadi anak pindahan dari daerah Kalimantan ke Jawa, tepatnya ke Cilongok, Banyumas.

Perpindahan tersebut baginya menjadi pengalaman traumatis, sebab ia mengalami apa yang  disebutnya sebagai gegar budaya dan membuatnya kemudian diejek. Seperti masalah bahasa dan penampilan fisik.

Saat mendengarkan bagian tersebut, saya merasa relate karena ya saya juga pernah menjadi anak pindahan seperti Cik Prima. Sebenarnya, saya masih mendingan karena pindah di umur yang lebih belia (tujuh tahun) dan masih sama-sama dari Pulau Jawa, lebih tepatnya dari Parung Panjang, Bogor.

Akan tetapi, hal-hal traumatis seperti ejekan karena berbeda bahasa dan kebiasaan tetap saja saya alami. Saya juga yakin, hampir setiap anak pindahan di tempat barunya mengalami hal serupa. Kadang-kadang, yang menjadi bahan ejekan merupakan hal yang sepele.

Seperti bahasa, misalnya, saya yang waktu itu hanya bisa berbahasa Indonesia dikatain sok-sokan karena tidak menggunakan bahasa Jawa. Saat itu, ya saya heran dong, masa baru beberapa waktu pindah sudah harus bisa berbahasa seperti mereka. Barangkali, mereka berpikir semua bahasa di belahan bumi mana pun sama kali ya, yaitu pakai bahasa Jawa?

Bayangkan saat itu saya pakai bahasa Sunda, tentu mereka akan heran dan menganggap saya lebih aneh lagi.

Selain masalah itu, saya juga dianggap sok karena menggunakan panggilan “ayah” kepada bapak saya. Sampai sekarang pun, panggilan tersebut masih dianggap gimana gitu oleh teman-teman. Mereka bilang, saya tidak pantas menggunakan panggilan itu.

Lah, wong namanya panggilan ke orang tua kan karena dibiasakan dari kecil, toh. Nggak ada anehnya sama sekali, sebenarnya. “Tapi, yauda gpp~” kalau kata Mas Dony Iswara.

Baca Juga:

Selama Kasus Baru Ditangani kalau Viral, Jangan Harap Imbauan untuk Tidak Share Video Bullying Akan Digubris Orang-orang

Pengin Tahu Cara Orang Problematik Bekerja? Lihat Saja Kasus PPDS dan Jet Pribadi

Tidak berhenti di bahasa, ada lagi hal sepele yang dipermasalahkan oleh lingkungan baru itu, yaitu pemakaian kaus dalam atau singlet. Iya, pake kaus dalam menurut mereka itu aneh, entah kenapa. Tapi, sungguh, diledek karena memakai kaus dalam dan sejenisnya seperti pakaian u-can-see, benar-benar saya alami pada saat itu. Sepele kan?

Keheranan mereka, saya duga muncul karena berangkat dari kebiasaan yang hanya pakai baju atau seragam langsung dan tanpa pakaian dalam, atau menjadikan kaus sebagai dalamannya. Selain itu, mungkin karena saat itu kami masih anak-anak sehingga tak bisa memahami esensi masalah pakaian dalam.

Tapi, anehnya ejekan tersebut memengaruhi saya. Beberapa waktu setelahnya, saya sempat nggak mau lagi pakai kaus dalam jika berangkat ke sekolah. Atau kalau mau main, saya selalu pakai kaus saja alih-alih pakaian u-can-see seperti biasa. Kedua hal ini sekalipun sudah dilarang oleh Ibu, saya tetap ngeyel. Padahal menurut beliau, saya dipakaikan kaus dalam itu supaya nggak panuan atau terkena penyakit kulit lain karena keringat terserap olehnya.

Entah itu diniatkan untuk semacam bentuk penghiburan saja atau memang betulan, saya juga mendulang manfaatnya, sih. Saya memang nggak pernah panuan atau gatal-gatal kemerahan begitu, di saat anak-anak seusia saya banyak yang terkena biang keringat—untuk nggak menyebut seperti teman-teman pada waktu itu.

Sebenarnya, masih ada banyak lagi yang dipermasalahkan. Misalnya, saya yang nggak bisa renang saat diajak mandi di sungai. Perbedaan jenis permainan juga muncul seperti petak-umpet atau yang lainnya, nggak bisa naik sepeda, masih ngompol, dan lain sebagainya.

Dan, di antara semua itu, yang paling membekas bagi saya adalah ketidakmampuan saya melafalkan huruf “r” alias cadel pada saat itu. Di tempat saya tinggal sebelumnya, saya tak pernah sama sekali diejek karena cadel. Tapi, di kampung saya sekarang tinggal ini, cadel hampir semacam aib.

Bahkan ada julukan tersendiri untuk orang yang cadel. Nah, sekarang kalian lihat nama tengah saya di profil Terminal Mojok ini yang sebenarnya bukan nama lengkap saya. Ya, “nyarmi”, adalah nama ledekan karena cadel yang melekat sejak kelas 3 SD walaupun sekarang saya sudah nggak cadel lagi.

Entah ilham dari mana dan sejak kapan kampung ini memiliki “budaya” seperti itu. Namun, yang jelas, hingga sekarang di seluruh kampung terdapat tiga orang yang dijuluki “nyarmi”. Menilik fakta bahwa yang memiliki julukan ini ada yang seumuran ibu saya (50 tahunan), membuktikan bahwa julukan ini sudah menjadi kebiasaan sejak dulu kemudian diturunkan.

Terlepas dari semua itu, gegar budaya dan ejekan-ejekan yang mengikutinya seperti yang dialami Cik Prima, saya, atau siapa pun yang pernah jadi anak pindahan, nyatanya mampu meninggalkan bekas dan kesan, entah itu baik atau buruk.

Tapi, jika hal tersebut bisa dikategorikan sebagai bullying karena mampu meninggalkan trauma, tentu peran orang tua atau orang dewasa untuk memberi pengertian bahwa si anak tersebut baru pindah dengan segala perbedaan yang dibawanya, tidak usah terlalu dipermasalahkan bahkan dijadikan ejekan. Justru, diberi pengertian juga untuk terbuka dan menerima anak itu supaya nggak takut dengan lingkungan barunya itu.

BACA JUGA Beberapa Hal Menyenangkan yang Saya Dapati Saat Banjir di Cilacap dan tulisan Fadlir Rahman lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 3 Desember 2020 oleh

Tags: bullyingMasa Sekolah
Fadlir Nyarmi Rahman

Fadlir Nyarmi Rahman

Seorang radiografer yang sedikit menulis, lebih banyak menggulir lini masa medsosnya. Bisa ditemui di IG dan Twitter @fadlirnyarmir.

ArtikelTerkait

Nalar Cacat Kepala Sekolah yang Menganggap Enteng Bullying pada Siswa

Nalar Cacat Kepala Sekolah yang Menganggap Enteng Bullying pada Siswa

13 Januari 2024
cyberbullying, kasus bullying

Kasus Bullying Mudah Viral, tapi Selalu Dilupakan Setelah Korban Dapat Bantuan

21 Mei 2020
Menghargai Keberadaan Waria yang Ada di Sekitar Kita

Menghargai Keberadaan Waria yang Ada di Sekitar Kita

7 Desember 2019
Orang Pakai Batik kok Dibully, Harusnya Diapresiasi! Terminal Mojok

Orang Pakai Batik kok Dibully, Harusnya Diapresiasi!

11 Februari 2021
bullying perundungan sekolah mojok

Bullying Masih Subur karena Sekolah Lebih Fokus Ngurusin Rambut dan Kaos Kaki

8 Oktober 2022
3 Komik Korea yang Ceritakan Pengalaman Pahit Korban Bullying di Sekolah Terminal Mojok

3 Komik Korea yang Ceritakan Pengalaman Pahit Korban Bullying di Sekolah

5 Agustus 2022
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Apakah Menjadi Atlet Adalah Investasi Terburuk yang Pernah Ada? (Unsplash)

Apakah Menjadi Atlet Adalah Investasi Terburuk dalam Hidup Saya?

27 Desember 2025
Derita Jadi Pustakawan: Dianggap Bergaji Besar dan Kerjanya Menata Buku Aja

Derita Jadi Pustakawan: Dianggap Bergaji Besar dan Kerjanya Menata Buku Aja

23 Desember 2025
Eretan Wetan Indramayu, Venesia Jawa Barat yang Nggak Estetik Sama Sekali

Eretan Wetan Indramayu, Venesia Jawa Barat yang Nggak Estetik Sama Sekali

24 Desember 2025
Nggak Punya QRIS, Nenek Dituduh Nggak Mau Bayar Roti (Unsplash)

Rasanya Sangat Sedih ketika Nenek Saya Dituduh Nggak Mau Bayar Roti Terkenal karena Nggak Bisa Pakai QRIS

21 Desember 2025
Panduan Bertahan Hidup Warga Lokal Jogja agar Tetap Waras dari Invasi 7 Juta Wisatawan

Panduan Bertahan Hidup Warga Lokal Jogja agar Tetap Waras dari Invasi 7 Juta Wisatawan

27 Desember 2025
Alasan Posong Temanggung Cocok Dikunjungi Orang-orang yang Lelah Liburan ke Jogja

Alasan Posong Temanggung Cocok Dikunjungi Orang-orang yang Lelah Liburan ke Jogja

27 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Kala Sang Garuda Diburu, Dimasukkan Paralon, Dijual Demi Investasi dan Klenik
  • Pemuja Hujan di Bulan Desember Penuh Omong Kosong, Mereka Musuh Utama Pengguna Beat dan Honda Vario
  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.