Kalian pencinta drakor? Sama, saya juga. Tapi beberapa waktu belakangan ini, saya belum menemukan lagi drama Korea yang cocok di hati, yang bisa membuat saya bergadang sampai jam dua pagi. Ya Lord, iya saya tahu saya salah. Tapi gimana, daripada bergadang jaga lilin, kan, lebih baik nonton drakor. Gemes, tahu! Apalagi kalau genrenya detektif atau thriller ala-ala psikopat. Mantap! Sambil cari-cari info drakor apa yang sekiranya bagus, saya sempat berpikir untuk meluaskan pandang dengan menonton drama dari negeri Asia lainnya, yaitu Thailand.
Kalau saya perhatikan, judul drama Thailand juga pernah beberapa kali bercokol di trending topic Twitter. Setidaknya, itu bisa jadi salah satu parameter bahwa drama tersebut banyak penontonnya. Banyak penontonnya loh, ya. Bukan berarti bagus. Tolong catat pakai huruf kapital: DRAMA YANG TRENDING DI TWITTER BELUM TENTU BAGUS!
Tapi, karena saya buta perihal drama Thailand, saya coba untuk mengulik informasi ke salah satu teman yang saya yakini termasuk dalam pencinta drama dari benua Asia. Sebut saja namanya Yani. Awalnya, saya tanya apakah dia menonton drama Thailand. Terrnyata dia memang menonton. Lebih tepatnya, pernah menonton. Lalu berhenti karena kapok.
“Aku direkomendasikan drama Thailand sama teman. Terus aku tonton, eh ternyata ceritanya soal homo!” cerita Yani kesal.
Saya sontak ngakak. “Terus, kamu tonton sampai kelar nggak?”
“Ogahlah! Kapok nonton drama Thailand!” kata dia cepat.
Wah, ngeri juga kalau nanti tiba-tiba saya juga terjebak ke serial yang cintanya belok seperti itu, batin saya.
Hilih. Lebay amat. Sebelum nonton baca sinopsisnya dulu, kan, bisa! Jadi nggak bakal terjebak.
Gini, gini, gini. Kalau nama pemeran yang dicantumkan dalam sinopsis adalah nama yang familier, saya mungkin bisa menebak gendernya. Misal dalam sinopsis disebutkan bahwa drama ini menceritakan kisah cinta Joko dan Siti. Saya pasti langsung ngeh kalau Joko itu laki-laki dan Siti itu perempuan. Jadi aman. Tapi, bayangkan jika di sinopsis disebutkan bahwa tokoh utamanya adalah Punn dan Weir. Memangnya saya tahu kalau dua nama itu adalah nama laki-laki? Saya yang polos ini, kan, mengiranya Punn itu bisa saja Punniwati, yang berarti dia perempuan~
Oh ya, sebetulnya ada alasan satu lagi kenapa sampai sekarang saya masih maju mundur nonton drama Thailand. Maaf ya, tapi saya nggak sreg sama bahasanya e. Nganu, bahasanya agak susah diterima oleh telinga saya yang ndeso ini. Beda dengan bahasa Korea, Turki, atau bahasanya si Maria Mercedes sekalipun, yang bisa melenggang dengan mudah melewati gendang telinga saya. Nggak tahu nih telinga, sok selektif amat. Hih.
Mungkin, kalau drama Thailand itu sudah melalui proses dubbing ke bahasa Indonesia dan nggak ada cinta berbelok di dalamnya—tentu saja, bisa jadi saya akan tertarik untuk nonton tayangan dari negeri Gajah Putih itu. Toh, dulu pun pernah ada drama Thailand yang disulihsuarakan dan ditayangkan di televisi kita. Saya nonton sampai tamat waktu itu. Judulnya Lady of The Poor atau Badai Asmara. Bahkan, soundtrack-nya saja masih hafal sampai sekarang.
Kusimpan rindu di hati
Gelisah ku tak mengerti
Berawal dari kita berjumpa
Oh tak pernah kuduga~
Hah? Kamu nggak tahu Lady of The Poor? Am I that old?
BACA JUGA Film Thailand Itu Lebih Menarik dari Film Korea, Ini Alasannya dan artikel Dyan Arfiana Ayu Puspita lainnya.