Beberapa hari lalu, tepatnya Kamis 19 Juni 2025, genap sudah 100 hari Gus Fawait menjabat sebagai Bupati Kabupaten Jember. Namun tampaknya atensi untuk permasalahan paling sentimentil bagi warga tetap saja diabaikan. Masalah jalan berlubang dan rusak seakan menjadi monumen abadi yang tiap ganti bupati tetap selalu saja muncul.
Bahkan saya melihat ada lho jalan di Jember yang rusaknya sampai tujuh turunan, dan predikat itu layak disematkan pada Jalan Raya Puger–Rambipuji. Bukan tanpa alasan predikat itu diberikan, sebagai pengendara yang sering melintas di sana saya kadang heran. Pemerintah ini apa niat main-main nyawa pada masyarakatnya atau bagaimana sih. Jalur yang lubangnya di mana-mana kayak tidak ada tindakan serius untuk dilakukan perbaikan.
Padahal jalur ini jadi hilir mudik aktivitas PT. Semen Imasco Asiatic yang bermarkas di Desa Puger Wetan. Namun alih-alih memiliki kontur jalan yang baik, kondisinya malah justru sebaliknya, jalan rusak dengan lubang menganga. Sebab kendaraan tonase besar pengangkut semen jadi muasal perbaikan jalan di sana tidak pernah berumur panjang. Tidak terhitung sudah berapa insiden kecelakaan di jalur ini akibat kondisi infrastruktur jalan yang diabaikan.
Sejauh pengalaman saya melintasi di Jalan Raya Puger–Rambipuji, ada tiga hal yang menurut saya menjadi penyebab jalan itu tidak pernah awet kualitasnya, meski sudah berkali-kali diperbaiki.
Tonase truk yang melebihi ambang maksimal muatan
PT Semen Imasco Asiatic di Jember memang menjadi salah satu penyumbang pemasukan daerah yang cukup besar. Namun jangan salah, mereka juga turut menyumbang angka kerusakan jalan di akses jalan yang dilalui truk tonase besar. Truk ini, baik dump truk pengangkut bahan baku semen, atau truk tronton yang sudah mengangkut semen kemasan untuk dikirim ke berbagai daerah. Keduanya tampak kompak untuk merusak aspal jalanan yang dilalui ketika setiap pengiriman dilakukan karena muatannya sering melebihi ambang batas maksimal muatan
Padahal pada 2025 ini Dinas Pekerjaan Umum dan Bina Marga (DPUBM) Pemprov Jawa Timur kabarnya akan mengalokasikan anggaran guna perbaikan jalan poros di bawah Pemerintah Provinsi Jawa Timur dengan anggaran sebesar Rp52 miliar. Namun ternyata anggaran tersebut tidak hanya cukup untuk melakukan perbaikan menyeluruh. Sebab terbatasnya anggaran, Pemprov Jawa Timur kini hanya bisa melakukan perbaikan ringan dengan berupa penambalan jalan.
Jalan Puger-Rambipuji Jember yang, yah, begitulah
Memiliki pabrik semen dengan kapasitas yang besar, membuat banyak kendaraan tonase besar melintas di Jalan Raya Puger–Rambipuji. Tentu itu bukanlah hal yang baik bagi jalan tersebut, sebab ya, akibatnya jelas, jalannya akan rusak dalam jangka panjang.
Sebenarnya ada jalan alternatif di Desa Mojosari. Tapi jalan tersebut ditutup, karena warga sekitar menolak jalan di daerahnya dilewati truk tronton. Hal itu semakin menambah beban di Jalan Raya Puger–Rambipuji untuk dilalui kendaraan tonase besar.
Masalahnya lagi, karena jadi satu-satunya akses, kerusakan jalan makin menjadi. Sudahlah jalannya rusak, makin rusak karena ditimpa kendaraan bertonase besar. Apalagi di musim penghujan, makin-makin parah kerusakannya.
Idealnya sih ya, Pemkab Jember harus segera cari solusi untuk mengatasi hal ini. Idealnya lho ya. Tapi, realitas terkadang menyangkal hal-hal yang ideal.
Kerusakan jalan hanya ditambal ala Kadarnya
Saya selalu heran tiap melintasi Jalan Raya Puger–Rambipuji, sebab, perbaikannya tak pernah maksimal. Benar, ini mungkin karena efisiensi anggaran, tapi sistem tambal pada jalan yang kelewat rusak itu sama saja menggarami laut. Sebab, tak butuh waktu yang lama, jalannya akan kembali hancur, dan malah makin tak nyaman untuk dilewati. Inilah yang banyak menjadi keluhan di masyarakat, mulai dari wilayah Puger, Balung hingga Rambipuji.
Lihat saja perbaikan yang sudah dilakukan pada Januari 2025 lalu. Meski anggaran yang dikucurkan mencapai Rp 52 miliar, tetap saja masih muncul keluhan mengenai kondisi jalan ini. Paling sering dan banyak yang memberikan masukan salah satunya ialah beda ketinggian di jalur perbaikan. Padahal perbaikan jalan yang ada di Jalur Puger–Rambipuji perlu dipikirkan secara matang. Apalagi di Jember banyak akademisi, masak iya tidak dilibatkan untuk menemukan solusi baiknya gimana tambal sulam jalan itu bisa berumur panjang.
Gus Fawait memang baru merayakan 100 hari kerja. Umur yang kelewat pendek untuk sebuah kepemimpinan, tapi waktu yang lumayan panjang untuk menganalisis apa yang Jember perlukan. Jalan Raya Puger-Rambipuji memang bukan satu-satunya masalah. Tapi, tak berarti ia patut diabaikan atau ditunda penyelesaiannya. Sebab, selama ini, hanya bupati yang berganti, tapi kondisi Puger-Rambipuji ya selalu begini.
Penulis: Anik Sajawi
Editor: Rizky Prasetya
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.




















