Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Pekalongan (Katanya) Bakal Tenggelam, tapi Pembangunan Digenjot Terus

Muhammad Arsyad oleh Muhammad Arsyad
11 Oktober 2021
A A
Panduan Membedakan Kota dan Kabupaten Pekalongan biar Nggak Salah Lagi! Terminal Mojok
Share on FacebookShare on Twitter

Belum lama ini, saya membaca berita kalau Pekalongan akan lebih dulu tenggelam sebelum Jakarta. Pekalongan juga diprediksi bakal menjadi daerah di Pantura yang akan tenggelam lebih dulu. Penyebabnya adalah penurunan muka tanah.

Dikutip situs Kompas.com, penurunan muka tanah di Jakarta tidak terlalu signifikan. Dari hasil penelitian penurunan muka tanah (land subsidence) di DKI Jakarta sepanjang 2015-2020, hanya 0,1-8 cm per tahun. Sedangkan untuk Pekalongan, penurunan muka tanah bisa mencapai 2,1 cm sampai 11 cm per tahun. Contoh lain, di Semarang penurunan muka tanah 0,9-6,0 cm per tahun. Melihat data tersebut, dari ketiga kota saja, Pekalongan memuncaki klasemen sebagai daerah paling rawan tenggelam di Pantura.

Kabar semacam itu memang sudah nggak ngagetin lagi. Hanya saja, saya ya tetep was-was, kalau-kalau Pekalongan betul tenggelam lebih dulu. Tentu saya takut bukan main. Apalagi, Ya Allah saya belum nikah, sudah mau tenggelam saja.

Kalau mau jujur-jujuran, mungkin bukan saya saja yang takut. Toh, beberapa orang yang saya temui merasa dirinya belum siap kalau tempat tinggalnya itu sudah mulai rata dengan air. Kami, sebagai warga Pekalongan sudah was-was sejak sekitar tahun 2010. Sebab, sejak itulah isu kota ini tenggelam begitu ngedap-edapi.

Namun, sekarang sudah 21 tahun, dan isu bakal tenggelam ini muncul lagi. Entah bagaimana saya dan boleh jadi warga lain masih pula takut kalau Pekalongan betul-betul. Tapi, kalau dipikir-pikir lucu juga sih. Isu Pekalongan itu sudah 11 tahun lalu, dan kalau memang isu tenggelam itu benar adanya, ya hari ini saya sudah hidup di rumah nanasnya Spongebob.

Meski begitu, saya masih takut kalau Pekalongan beneran tenggelam. Apalagi isu perubahan iklim di Indonesia makin nyata. Ancaman tenggelam itu juga terasa lebih nyata lagi. Sayangnya ketakutan saya ini sebatas ketakutan belaka. Saya nggak bisa berbuat banyak untuk mencegah atau paling tidak menghindari momentum Pekalongan tenggelam. Sudah nggak karuan lagi di otak saya membayangkan.

Saya terpaksa pasrah. Atau lebih tepatnya dipaksa pasrah. Beberapa warga yang saya temui juga memilih pasrah. Tetangga saya juga pasrah. Mereka hanya bisa mengandalkan pemerintah.

Pemerintah nggak diem saja sih. Soal ancaman tenggelam di Pantura ini sedang coba ditangani pemda-pemda setempat, termasuk di Pekalongan. Hal yang bikin saya percaya kalau Pemda gerak adalah adanya dana sampai triliun, ya rencana-rencana penanggulangannya juga banyak banget.

Baca Juga:

Gerbang Tol Kota Pekalongan, Tempat Nongkrong Favorit Anak Muda Pekalongan

Pekalongan Tak Hanya Kota Batik dan Kota Santri, tapi Juga Kota Darurat Sampah

Tapi, entah kenapa saya rasa kok nggak cukup membuat ketakutan di dada saya menciut. Penanggulangan supaya nggak tenggelam sih tetep ada. Cuma ya itu, kok pembangunan wisata malah ikut digenjot? Saya jadi bingung ini. Otak saya nggak nyampe ke sana.

Pembangunan wisata sih nggak salah, sah-sah saja kok, dilindungi oligarki pula. Maksud saya, momentumnya nggak pas gitu lho. Mbok ya kalau mau menangani perubahan iklim, mencegah rob, dan menanggulangi supaya nggak kelelep, pembangunan direm dikit bisa kan?

Logikanya gini, kalau pembangunan adalah salah satu penyebab kota ini tenggelam, harusnya direm kan?

Sebetulnya tuh pemerintah tahu nggak sih penurunan muka tanah di Pekalongan sampai 11 cm per tahun? Saya curiga di satu sisi percaya, tapi di sisi lain denial dan menganggap semuanya bisa berjalan. Wisata jalan, penanganan bencana jalan, dan proyek juga harus jalan.

Duh padahal kalau terus dibangun, itu si tanah kasihan. Doi sudah kayak anak pertama, nanggung beban. Kalau terlalu berat beban di atasnya, itu tanah bakal ambles. Dan penurunan muka tanah bisa lebih cepat. Astaghfirullah… sebentar lagi saya lulus nih, jangan tenggelam dulu ngapa.

Selain pasrah, warga Pekalongan sudah tahu apa yang mesti mereka lakukan. Minimal supaya rumahnya nggak tenggelam. Berkali-kali, kami warga Pekalongan meninggikan rumah, yang terjadi justru sebaliknya. Maksud hati meninggikan rumah, justru bukan rumahnya yang tinggi, tapi malah makin pendek karena pondasi dan atap berciuman gara-gara ambles. Udah kayak rumah kurcaci.

Selain itu, saya dan/atau kami hanya bisa pasrah. Percaya pada pemerintah saja, meskipun itu hanya pepesan kosong. Mudah-mudahan pemerintah serius, iya serius menangani banjir, mencegah tenggelam, dan mengatasi perubahan iklim. Bukan serius genjot wisata terus.

Sumber Gambar: javatravel.net

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 11 Oktober 2021 oleh

Tags: pekalonganpembangunan wisatapenurunan tanah
Muhammad Arsyad

Muhammad Arsyad

Warga Pekalongan. Bisa disapa lewat IG @moeharsyadd

ArtikelTerkait

Petungkriyono, Surga Wisata di Pekalongan

Petungkriyono, Surga Wisata di Pekalongan

9 Februari 2022
Monumen Perahu di Pekalongan, Simbol Siaga Hadapi Banjir?

Monumen Perahu di Pekalongan: Simbol Siaga Hadapi Banjir?

12 April 2023
Pekalongan Tak Hanya Kota Batik dan Kota Santri, tapi Juga Kota Darurat Sampah

Pekalongan Tak Hanya Kota Batik dan Kota Santri, tapi Juga Kota Darurat Sampah

2 Agustus 2025
Dosa Warga Pekalongan Bikin Bahaya Tenggelam Makin Dekat (Unsplash)

Dosa Warga Pekalongan Bikin Bahaya Tenggelam Makin Dekat

7 Februari 2023
Merepotkan Sekali Mencari Buku di Pekalongan

Merepotkan Sekali Mencari Buku di Pekalongan

15 Januari 2020
Jalan Imam Bonjol Pekalongan Memaksa Saya Ganti Motor: Baru Ganti Motor Sebulan Udah Masuk Bengkel

Jalan Imam Bonjol Pekalongan Memaksa Saya Ganti Motor: Baru Ganti Motor Sebulan Udah Masuk Bengkel

2 Juni 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Pengajar Curhat Oversharing ke Murid Itu Bikin Muak (Unsplash)

Tolong, Jadi Pengajar Jangan Curhat Oversharing ke Murid atau Mahasiswa, Kami Cuma Mau Belajar

30 November 2025
Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

2 Desember 2025
QRIS Dianggap sebagai Puncak Peradaban Kaum Mager, tapi Sukses Bikin Pedagang Kecil Bingung

Surat untuk Pedagang yang Masih Minta Biaya Admin QRIS, Bertobatlah Kalian, Cari Untung Nggak Gini-gini Amat!

5 Desember 2025
Rekomendasi 8 Drama Korea yang Wajib Ditonton sebelum 2025 Berakhir

Rekomendasi 8 Drama Korea yang Wajib Ditonton sebelum 2025 Berakhir

2 Desember 2025
Nasi Goreng Palembang Nggak Cocok di Lidah Orang Jogja: Hambar!

Nasi Goreng Palembang Nggak Cocok di Lidah Orang Jogja: Hambar!

1 Desember 2025
Menanti Gojek Tembus ke Desa Kami yang Sangat Pelosok (Unsplash)

“Gojek, Mengapa Tak Menyapa Jumantono? Apakah Kami Terlalu Pelosok untuk Dijangkau?” Begitulah Jeritan Perut Warga Jumantono

29 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana
  • Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.