Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Pekalongan vs Solo: Mana yang Lebih Layak Disebut Kota Batik?

Alifah Ayuthia Gondayu oleh Alifah Ayuthia Gondayu
24 Juni 2025
A A
Pekalongan vs Solo: Mana yang Lebih Layak Disebut Kota Batik?

Pekalongan vs Solo: Mana yang Lebih Layak Disebut Kota Batik? (unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Indonesia, negeri 17 ribu pulau, 1.300-an etnis, tapi ada dua tempat yang masih menjadi perbincangan. Antara Pekalongan dan Solo, mana yang lebih pantas disebut Kota Batik?

Mari kita mulai dengan Solo alias Surakarta. Batik Solo itu halus. Beneran halus. Motifnya klasik, warnanya teduh, dan filosofinya dalam. Batik Solo itu batiknya orang-orang keraton. Penuh tata krama, pakemnya ruwet, dan biasanya kalau sudah dijelasin filosofi motifnya, kita cuma bisa manggut-manggut sambil bilang, “Oooh…” padahal masih bingung.

Sementara Pekalongan, batiknya berani warna. Warna-warnanya cerah, motifnya campur sari. Arab ada, Tionghoa ada, Eropa pun masuk. Batik Pekalongan itu kosmopolit, multikultural, lebih fleksibel.

Terus, siapa yang lebih layak disebut Kota Batik? Jawabannya: dua-duanya… nggak mau ngalah.

Pekalongan, Kota Batik modern dengan ragam warna

Terletak di pesisir utara Jawa Tengah, Pekalongan sudah lama dikenal sebagai kota yang hidup dari industri batik. Tahun 2009 lalu, UNESCO secara resmi menetapkan Pekalongan sebagai bagian dari Creative Cities Network dalam bidang Craft and Folk Arts. Satu-satunya kota di Asia Tenggara yang mendapatkan pengakuan tersebut pada saat itu.

Ciri khas batik Pekalongan terletak pada motif yang cerah, bebas,dan dinamis. Gaya ini sering kali dipengaruhi oleh budaya luar seperti Cina, Arab, Belanda, hingga Jepang. Mencerminkan perjalanan panjang batik melalui jalur perdagangan yang kosmopolit. Warna-warna batiknya sangat beragam dan terang, menjadikan batik Pekalongan tampil lebih segar dan modern.

Dari sisi ekonomi, Pekalongan seperti kota startup untuk batik. UMKM di mana-mana, setiap gang bisa jadi pabrik kecil-kecilan. Mereka bukan cuma menjual batik ke pasar lokal, tapi juga sudah mengekspornya ke mancanegara. Memang jika dibandingkan Solo yang punya museum, pakem, dan filosofi njlimet, Pekalongan masih agak santai soal edukasi dan pelestarian nilai historis batik.

Solo, Kota Batik tradisional dengan nilai filosofis tinggi

Sebagai orang yang lahir di Kota Solo, saya melihat batik bukan sekadar sandang, tetapi lebih dari itu. Di kota ini, motif batik bisa lebih dalam dari puisi-puisi Sapardi, dan warna sogan (cokelat khas batik keraton) itu dianggap semacam warna suci.

Baca Juga:

Alasan Orang Surabaya Lebih Sering Healing Kilat ke Mojokerto daripada ke Malang

Ironi Pembangunan Kota Malang: Sukses Meniru Jakarta dalam Transportasi, tapi Gagal Menghindari Banjir

Motif batik Solo bukan sembarang motif. Motif parang misalnya, bukan cuma gambar miring-miring, tapi simbol kekuatan dan konsistensi. Penggunaannya pun nggak boleh sembarangan. Misalnya, nggak disarankan untuk digunakan dalam acara pernikahan karena dipercaya dapat membawa perselisihan dalam rumah tangga.

Lalu ada motif sidomukti yang katanya bikin hidup jadi lebih tentram dan sejahtera. Masih ada lagi motif kawung yang mirip irisan kolang-kaling. Tetapi ternyata melambangkan kesucian dan keadilan. Serius, bahkan kolang-kaling saja bisa menjadi media penyampaian filosofi hidup kalau kamu lahir di Solo.

Warna-warnanya? Jangan harap menemukan warna mencolok. Batik Solo itu monokrom dalam cara yang sangat Jawa. Dominasi warna sogan, cokelat, hitam, dan krem, semua disusun dengan prinsip sluman-slumun slamet.

Akan tetapi jangan salah, di balik ketenangan itu, komunitas batik Solo sangat bergairah. Ada Kampung Batik Laweyan dan Kampung Batik Kauman yang sampai hari ini masih setia melestarikan teknik batik tulis dengan cara-cara leluhur.

Dibandingkan Pekalongan yang pabrik batiknya bejibun dan produksinya banyak, Solo memang kalah kuantitas. Tetapi dari sisi kualitas dan nilai filosofis, batik Solo mainnya di liga yang berbeda.

Pekalongan vs Solo

Batik Pekalongan dan batik Solo sama-sama indah. Keduanya punya sejarah masing-masing dan bisa bikin kamu tampil berkelas. Tetapi ternyata tetap ada perbedaan antara keduanya.

Mari kita buka dengan Pekalongan. Batik Pekalongan memang banyak dilihat dari segi kuantitas. Produksinya masif, dari rumahan sampai pabrik. Modelnya fleksibel, warnanya cerah, pasarnya pun luas.

Sementara itu Solo lebih kayak museum. Mereka serius soal pelestarian, punya kampung batik yang dijaga betul, ada komunitas, pelatihan sampai dokumentasi motif. Produksi batik Solo memang nggak segila Pekalongan, tetapi tiap helai batik Solo rasanya kayak menyentuh selembar sejarah yang hidup.

Soal pengakuan? Pekalongan sudah dapet badge dari UNESCO, lho. Masuk Creative Cities Network. Sementara Solo? Meskipun belum dikasih label-label keren internasional, mereka punya kartu truf, yakni keraton. Tempat batik itu nggak cuma dibuat, tapi dihidupi sebagai tradisi turun-temurun.

Masalahnya, orang sering memaksa Pekalongan dan Solo buat disandingkan dalam lomba yang sebetulnya nggak perlu ada. Ini bukan soal siapa yang lebih asli atau lebih keren. Batik bukan kompetisi, melainkan kekayaan kolektif yang bentuknya kebetulan beda-beda dikit.

Pada akhirnya, kedua kota ini memainkan peran yang saling melengkapi. Pekalongan sebagai penggerak modernisasi batik, dan Solo sebagai penjaga warisan leluhur. Mungkin ketimbang memilih salah satu, kita justru perlu merayakan keduanya sebagai ikon batik Indonesia dengan keunikan masing-masing.

Penulis: Alifah Ayuthia Gondayu
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Ironi Batik Pekalongan: Produk Asli yang Dibenci Masyarakat Pekalongan Sendiri.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 24 Juni 2025 oleh

Alifah Ayuthia Gondayu

Alifah Ayuthia Gondayu

Jika tidak ada tempat untuk mendengar, ceritakan lewat tulisan.

ArtikelTerkait

indikator syarat penerimaan kualifikasi ujian seleksi snmptn 2020 transparansi siapa yang menilai sma smk ptn pts mojok.co

SNMPTN Lolos Terus Ngerasa Jenius? Sombhong Amat, Kalian Cuma Beruntung

10 April 2020
Kecamatan Banjaran Diam-diam Jadi Penopang Perekonomian di Kabupaten Bandung

Kecamatan Banjaran Diam-diam Jadi Penopang Perekonomian di Kabupaten Bandung

6 September 2024
Kepribadian Orang Dilihat dari Cara Bawa Galon Pakai Motor Matic Terminal Mojok

Kepribadian Orang Dilihat dari Cara Bawa Galon Pakai Motor Matic

14 November 2022
komentar

Mengapa Banyak Sekali Orang Merasa Harus Berpendapat?

7 Mei 2019
Karanganyar Nggak Kalah dari Purwokerto Daerah Terbaik di Jawa Tengah (Unsplash)

Karanganyar Nggak Kalah dari Purwokerto: Daerah Terbaik di Jawa Tengah

26 Februari 2023
Keresahan yang Saya Rasakan Selama Tinggal di Kecamatan Bumiaji Kota Batu

Keresahan yang Saya Rasakan Selama Tinggal di Kecamatan Bumiaji Kota Batu

11 April 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

3 Sisi Lain Grobogan yang Nggak Banyak Orang Tahu

3 Sisi Lain Grobogan yang Nggak Banyak Orang Tahu

4 Desember 2025
Korupsi Masa Aktif Kuota Data Internet 28 Hari Benar-benar Merugikan Pelanggan, Provider Segera Tobat!

Korupsi Masa Aktif Kuota Data Internet 28 Hari Benar-benar Merugikan Pelanggan, Provider Segera Tobat!

3 Desember 2025
Nasi Goreng Palembang Nggak Cocok di Lidah Orang Jogja: Hambar!

Nasi Goreng Palembang Nggak Cocok di Lidah Orang Jogja: Hambar!

1 Desember 2025
Malang Nyaman untuk Hidup tapi Bikin Sesak Buat Bertahan Hidup (Unsplash)

Ironi Pembangunan Kota Malang: Sukses Meniru Jakarta dalam Transportasi, tapi Gagal Menghindari Banjir

5 Desember 2025
8 Alasan Kebumen Pantas Jadi Kiblat Slow Living di Jawa Tengah (Unsplash)

8 Alasan Kebumen Pantas Jadi Kiblat Slow Living di Jawa Tengah

3 Desember 2025
Pengajar Curhat Oversharing ke Murid Itu Bikin Muak (Unsplash)

Tolong, Jadi Pengajar Jangan Curhat Oversharing ke Murid atau Mahasiswa, Kami Cuma Mau Belajar

30 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana
  • Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.