Diakui atau tidak memiliki title atau gelar akademik merupakan sebuah kebanggan bagi sebagian orang. Pasalnya untuk mendapatkan gelar akademik itu prosesnya tidaklah mudah, perlu pengorbanan beberapa tahun lamanya untuk mendapatkannya. Misalnya saja untuk mendapatkan gelar Ahli Madya (A.Md) kita harus menyelesaikannya dalam waktu paling cepat enam semester atau tiga tahun dan kadang-kadang bisa lebih dari tiga tahun juga, tergantung pada usaha kita sebagai seorang mahasiswa.
Begitu panjangnya proses untuk mendapatkan sebuah gelar akademik menurut saya sudah sepantasnya jika gelar akademik tersebut dicantumkan dibelakang nama kita. Misalnya dalam hal ini mencantumkan gelar akademik pada surat undangan pernikahan, tentu ini menjadi hal yang sangat wajar, setidaknya seseorang yang menerima undangan itu tahu bahwa kita telah menyelesaikan pendidikan diperguruan tinggi.
Tetapi kadang-kadang menurut sebagian orang tidak perlu mencantumkan gelar akademik pada udangan pernikahan, katanya kurang relevan dan terkesan mau pamer. Hehehe, ya maklum namanya juga orang banyak ada pro dan juga kontra itu suatu hal yang biasa.
Tapi mungkin nanti jika saya sudah punya rencana mau menikah tetap saya akan mencantumkan gelar akademik dibelakang nama saya, karena permintaan orang tua juga begitu.
Pun begitu menurut saya menikah itu merupakan hal yang sakral, seperti halnya gelar akademik itu juga sesuatu yang sakral karena cara mendapatkannya tidak mudah. Sebagian pembaca tulisan saya ini tentu juga pernah mengalami dan mencantumkan gelar akademik pada undangan pernikahan, namun juga ada yang sengaja tidak mau memasang dengan alasan mungkin tidak mau pamer atau mungkin ada alasan yang lain.
Saya sendiri punya teman satu tahun yang lalu dia menikah dan mengirimkan sebuah surat undangan ke saya, kemudian saya buka undangannya dia tidak mencantumkan gelar akademiknya di belakang namanya, sesaat kemudian saya buka itu undangan lalu saya telpon dia, saya tanya kenapa gelar akademikmu gak kamu pasang? Lalu dijawab bahwa dia malu mencantumkan gelar akademiknya, karena dia tidak menguasai bidang ilmu yang didapatkan di kampus.
Ya, menurut saya alasannya masuk akal juga, ketika dia menyandang gelar Sarjana Komputer (S.Kom) dia tidak menguasai bidang ilmu yang dia pelajari di kampus. Tapi anehnya dia kok bisa lulus ya, padahal dia tidak menguasai bidang ilmunya sesuai dengan pengakuanya. Hmm.
Okelah kalau begitu lupakan cerita teman saya tadi itu, saya coba mengulas lagi, kenapa gelar akademik perlu dicantumkan di undangan pernikahan. Saya lalu menemukan sebuah asumsi menarik soal mencatumkan gelar akademik yang ternyata bisa jadi membuka pintu rejeki bagi kita.
Betul, menuliskan gelar akademik di undangan bisa jadi membuka pintu rejeki.
Misalnya begini, kita menulis gelar yang kita punya sebagai Sarjana Ekonomi. Maka jika tamu membaca gelar kita dan ingin ajak kerja sama, mereka tidak sungkan menghubungi kita. Nah begitu pula dengan profesi yang lain. Semakin kita dikenal orang semakin mudah pintu rejeki terbuka untuk kita.
Lalu selanjutnya biar orang atau teman kita tahu soal bidang ilmu yang kita pelajari kampus.
Gelar akademik mempermudah seseorang untuk mengetahu keilmuan kita yang pernah kita pelajari di kampus. Contoh gelar akademik S.H., berarti orang jadi tahu bahwa waktu kita kuliah yang kita pelajari adalah ilmu hukum, begitu juga dengan gelar akademik yang lain misalnya S.Sn., orang jadi tahu bahwa kita Sarjana Seni dan yang kita pelajari di kampus soal bidang ilmu kesenian, begitu juga dengan bidang ilmu yang lain.
Artinya soal pencantuman gelar akademik atau title itu adalah untuk mempermudah seseorang mengetahui akan keilmuan yang pernah kita pelajari selama di bangku perkuliahan.
Jadi sekali lagi bagi kalian tetap percaya diri saja pasang gelar akademik di undangan pernikahan, soal pro dan kontra itu sudah menjadi hal yang biasa, apalagi kita hidup di Indonesia yang masyarakatnya hobi dalam berdebat dalam bidang apa pun.
Bagi yang masih menempuh kuliah saya do’akan semoga lulus tepat waktu, tapi ingat kalau sudah menyandang gelar sarjana harus punya kemampuan yang memadai, jangan sampai seperti teman yang saya cerirakan diatas, Sarjana Komputer (S.Kom) tidak bisa membuat aplikasi, hehehe miris sekali.
BACA JUGA Kekeliruan pada Kartu Undangan Pernikahan yang Tak Kita Sadari atau tulisan Saeun Muarif lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.