Punya mata uang sendiri
Berbeda dengan pasar lain, mata uang Rupiah nggak berlaku di Pasar Barongan Jombang. Sebentar, jangan salah paham dulu, sebab konsepnya memang dibuat seperti itu. Sebelum bertransaksi, kalian wajib menukarkan rupiah dengan kepingan bambu di sekitar pintu masuk. Setiap keping bambu bernilai Rp2.000. Nah, kepingan bambu ini yang digunakan sebagai alat tukar.
Setelah saya tanyakan ke pengelola pasar, penggunaan kepingan bambu sebagai alat tukar berguna untuk mengetahui omset yang didapatkan dari Pasar Barongan. Selain itu, hal ini diharapkan dapat semakin menguatkan nuansa masa lalu ketika sistem barter masih berlaku. Biar afdal dengan konsep tempo dulu yang diusung.
Hasil kolaborasi masyarakat dan mahasiswa
Berdasarkan informasi yang saya dapat, ternyata keberadaan Pasar Barongan merupakan hasil kolaborasi antara pemerintah desa, masyarakat sekitar, mahasiswa, dan dosen Universitas Kristen Petra Surabaya. Hebatnya lagi, mereka nggak cuma setor ide, tapi juga turut andil mulai dari persiapan lahan sampai pembuatan ornamen-ornamen.
Jadi, alih-alih cuma bikin plang nama jalan di setiap sudut desa, mereka justru membuat pasar yang bisa memberdayakan masyarakat sekitar sekaligus mendorong potensi pariwisata. Saya kira beginilah bentuk pengabdian masyarakat yang sesungguhnya. Manfaatnya jelas. Bukan cuma sekadar gimmick dan jadi beban warga sekitar.
Oh, iya, berkunjunglah ke Pasar Barongan jika kalian sempat. Selain bisa merasakan kuliner tradisional dan belanja produk lokal, suasana di sini itu masih asri dan khas pedesaan banget. Cocok buat menepi dari hiruk pikuk perkotaan. Kalian bisa buktikan sendiri, Lur.
Penulis: Dito Yudhistira Iksandy
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA 5 Pasar di Jogja yang Sudah Ada Sebelum Indonesia Merdeka
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.