Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Featured

Pare, Kota yang Dianggap Sebagai Destinasi Pelarian

Muhamad Iqbal Haqiqi oleh Muhamad Iqbal Haqiqi
24 Maret 2020
A A
Pare, Kota yang Dianggap Sebagai Destinasi Pelarian
Share on FacebookShare on Twitter

Satu malam di Kota Pare. Gerimis mengiringi setiap sendok nasi goreng yang ditelan malam itu. Di sebuah gubuk sederhana, saya dan beberapa teman menikmati nasi goreng 6000-an, sambil sesekali melihat orang berlalu lalang menggunakan sepeda mini dengan khas keranjang di depannya.

Para akhwat yang bersepeda tampak begitu anggun dengan tas slempangan yang kebanyakan bertuliskan “love in pare” . Tas itu menjadi ciri khas Kota Pare. Beramai-ramai mereka berkelompok menyusuri tepian jalan Pare yang basah karena gerimis.

Gerimis tidak mematikan keramaian di kota ini. Masih banyak pejalan kaki pulang dari tempat kursus. Sesekali tidak jarang suara-suara berseliweran beraksen Inggris mengiringi sepanjang jalan. Meski ramai, Pare menawarkan ketenangan. Orang-orang yang ramah, dikombinasi dengan harga makanan yang begitu murah. Meski sangat jarang menemukan angkringan, kafe-kafe semi klasik hadir tanpa membuat khawatir kantong terkuras.

Nasi goreng di piring telah mencapai sendok terakhir, ditutup dengan setengguk teh manis, maka ritual makan malam ini pun berakhir. Itulah kondisi saat malam hari di Kota Pare. Kota yang juga sering disebut sebagai Kampung Inggris ini.

Pare, sebuah kota kecil di utara Kota Kediri. Kota memiliki lebih dari 250 lembaga kursus berbahasa Inggris yang tersebar di desa Tulungrejo dan Palem. Lantaran dua desa tersebut letaknya di Kecamatan Pare, lantar muncullah predikat Pare sebagai Kampung Inggris.

Meski secara administrasi Pare bukanlah kota, tapi bagi saya ia telah terdefinisikan sebagai kota. Di sini banyak pendatang dari berbagai daerah sehingga begitu heterogen dengan berbagai latar belakangnya. Bahkan ada sekitar 5000 orang berganti setiap bulannya. Jelas, ini menjadikannya sebagai kota kecil yang berada di dalam dua desa.

Mereka yang datang ada yang ingin mengadu nasib, me-refresh niat, dan menjadikan Pare sebagai sarana untuk mencapai bermacam-macam cita-cita. Bukankah kota biasanya selalu demikian? Menjadi tujuan bagi mereka yang ingin mengubah nasib dan mengejar cita-cita?

Bahkan sebelum saya sampai di sini, ada pula yang menyebut kota ini sebagai tempat bagi para “pelarian”. Bagi saya, justifikasi ini terlihat sedikit kejam. Pasalnya, dalam benak saya kota pelarian adalah tempat yang berisi orang gagal dan lari dari kenyataan. Apalagi dengan melihat kondisi zaman yang rentan membuat depresi, menjadikan stereotip kota ini sebagai kota pelarian malah memicu perasaan was-was.

Baca Juga:

Tanpa Les, Tanpa Bimbel: Cerita Mahasiswa yang Selalu Dapet Skor TOEFL 500-an Berbekal Nonton Film dan Main Video Game

5 Rekomendasi Tempat Kursus Bahasa Inggris di Kampung Inggris Pare: Info Penting dari Orang Dalam

Namun, setelah dua bulan berada di kota ini, stereotip tersebut justru semakin kuat. Bedanya, anggapan itu tidak dibarengi dengan definisi awal saya. Sehingga kekhawatiran dan keparnoan saya malah berubah menjadi semangat positif.

Sebab kenyataannya, Pare memang destinasi pelarian. Pelarian bagi mereka yang kebingungan, pelarian bagi mereka yang ingin menggapai cita -cita, pelarian bagi mereka yang sedang me-refresh kehidupannya yang sebelumnya sungguh padat. Bahkan Pare juga pelarian bagi mereka yang ingin mencari jodoh.

Terlepas dari itu, urgensi utama Pare jadi kota pelarian adalah karena bahasa Inggris telah bertransformasi jadi kebutuhan utama dalam dunia pendidikan maupun pekerjaan.

Pasalnya, tidak sedikit orang yang kebingungan setelah lulus kuliah dan akhirnya melipir ke Pare. Dengan skill pas-pasan dan fakta bahwa saat kuliah tidak pernah serius membuat mereka belum siap dilepas ke dunia kerja atau tahapan pendidikan selanjutkan. Kondisi ini membuat mereka memilih Pare sebagai pelampiasan. Setidaknya bagi mereka, dengan menguasai bahasa Inggris dapat menambal kekosongan skill mereka di tahapan hidup selanjutnya.

Oleh karena itu, di Pare semua terlihat saling belajar. Di kafe, warung-warung makan, di balkon kos-kosan atau camp. Tidak ada pembahasan lain selain berdiskusi seputar rumitnya materi grammar, sulitnya belajar pronunciation, atau memahami kata demi kata pada kelas speaking. Semua itu menjadikan Pare memiliki kultur belajar yang tinggi, sehingga membuat orang-orang yang ke sana dituntut untuk serius belajar.

Oleh karena itu, menjadi wajar bila Kota Pare dianggap sebagai kota pelarian. Ia bukan sekadar kampung yang berisi banyak tempat kursus. Lebih dari itu, ia berhasil membuat sistem yang membuat orang-orang yang berada di dalamnya lebih serius dalam mempersiapkan hidup.

BACA JUGA Do’s and Don’ts Ketika Belajar Bahasa Inggris atau tulisan Muhamad Iqbal Haqiqi lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 25 Maret 2020 oleh

Tags: kampung inggriskota pelarianPare
Muhamad Iqbal Haqiqi

Muhamad Iqbal Haqiqi

Mahasiswa Magister Sains Ekonomi Islam UNAIR, suka ngomongin ekonomi, daerah, dan makanan.

ArtikelTerkait

Kelakuan Ajaib para Pesepeda di Kampung Inggris Pare yang Meresahkan

Kelakuan “Ajaib” para Pesepeda di Kampung Inggris Pare yang Meresahkan

8 April 2025
Gelar Kampung Inggris yang Membebani Warga Pare

Gelar Kampung Inggris yang Membebani Warga Pare

30 Januari 2022
Betapa Meruginya Orang-orang yang Nggak Menyertakan Pare dalam Seporsi Siomay

Betapa Meruginya Orang-orang yang Nggak Menyertakan Pare dalam Seporsi Siomay

2 Februari 2025
Cara Mahasiswa dapat TOEFL 500-an Tanpa Les atau Bimbel (Unsplash)

Tanpa Les, Tanpa Bimbel: Cerita Mahasiswa yang Selalu Dapet Skor TOEFL 500-an Berbekal Nonton Film dan Main Video Game

26 Oktober 2025
Kampung Inggris dan Stigma Pare Jahat yang Disematkan Padanya

Kampung Inggris dan Stigma Pare Jahat yang Disematkan Padanya

14 April 2023
3 Dosa Tempat Kursus Bahasa Inggris di Kampung Inggris Pare Kediri yang Bikin Kecewa

3 Dosa Tempat Kursus Bahasa Inggris di Kampung Inggris Pare yang Bikin Kecewa

20 Maret 2023
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Kuliah Bukan Perlombaan Lulus Tepat Waktu, Universitas Terbuka (UT) Justru Mengajarkan Saya Lulus Tepat Tujuan

Kuliah Bukan Perlombaan Lulus Tepat Waktu, Universitas Terbuka (UT) Justru Mengajarkan Saya Lulus Tepat Tujuan

24 Desember 2025
Jepara Adalah Kota Ukir, Kota yang Ahli Memahat Indah kecuali Masa Depan Warganya

Jepara Adalah Kota Ukir, Kota yang Ahli Memahat Indah kecuali Masa Depan Warganya

26 Desember 2025
Tradisi Aneh Kondangan di Daerah Jepara yang Sudah Saatnya Dihilangkan: Nyumbang Rokok Slop yang Dianggap Utang

Tradisi Aneh Kondangan di Daerah Jepara yang Sudah Saatnya Dihilangkan: Nyumbang Rokok Slop yang Dianggap Utang

27 Desember 2025
5 Rekomendasi Kuliner Babi Surabaya untuk Kalian yang Menghabiskan Cuti Natal di Kota Pahlawan

5 Rekomendasi Kuliner Babi Surabaya untuk Kalian yang Menghabiskan Cuti Natal di Kota Pahlawan

22 Desember 2025
Alasan Posong Temanggung Cocok Dikunjungi Orang-orang yang Lelah Liburan ke Jogja

Alasan Posong Temanggung Cocok Dikunjungi Orang-orang yang Lelah Liburan ke Jogja

27 Desember 2025
Daihatsu Gran Max, Si "Alphard Jawa" yang Nggak Ganteng, tapi Paling Bisa Diandalkan Mojok.co

Daihatsu Gran Max, Si “Alphard Jawa” yang Nggak Ganteng, tapi Paling Bisa Diandalkan

25 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Kala Sang Garuda Diburu, Dimasukkan Paralon, Dijual Demi Investasi dan Klenik
  • Pemuja Hujan di Bulan Desember Penuh Omong Kosong, Mereka Musuh Utama Pengguna Beat dan Honda Vario
  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.