Rekomendasi YouTube konon salah satu misteri terbesar umat manusia. Seperti belum lama ini beranda tiba-tiba menyarankan Yerin Baek saat meng-cover Champagne Supernova-nya Oasis.
Untuk Oasis, okelah, meski sebenarnya saya sudah berbulan-bulan tidak nonton mereka di YouTube. Tapi Yerin? Siapa dia?
Hasil browsing kilat menunjukkan bahwa perempuan kelahiran Daejeon, 26 Juni 1997 ini adalah anak asuh JYP Entertainment. Setelah berlatih selama 5 tahun, pada 2012 dia dipasangkan dengan Park Jimin dalam duo 15&.
15& hanya mengeluarkan satu album dan beberapa single sebelum hiatus (vakum) pada 2015. Empat tahun setelahnya kontrak Yerin dan Jimin dengan JYP habis, sehingga keduanya bisa memulai karier solo.
Oke. Sebagai orang yang awam saya cuma bisa manggut-manggut.
Fokus saya kemudian tertuju pada karya dan penampilan solonya di panggung yang membuyarkan imajinasi tentang industri musik Korea (selatan, yang utara lain lagi).
Jika K-pop didominasi RnB, Yerin Baek bermain di area pop yang agak funky serta jazzy. Penampilan live-nya makin segar saat dua tahun lalu ia mendirikan The Volunteers. Personelnya dari band rock indie Bye Bye Bad Man.
Kebanyakan lagunya menggunakan lirik bahasa Inggris karena ia lama berlatih di Amerika Serikat. FYI, ia dulu dipanggil “gadis jenius” karena talenta vokal dan kemampuannya main piano.
Keputusan Yerin untuk tidak terikat label besar tentu ditujukan agar ia bisa berkarya sesuai passion. Tapi siapa yang menyangka kalau ia sampai mendirikan label rekaman sendiri dengan nama Blue Vinyl? Kurang indie gimana coba?!
Yerin Baek tidak memakai dandanan atau make-up yang serba glamor, feminim, juga tidak membawakan joget-joget “cute”. Tampilannya oleh dibilang berseberangan dengan standar girlband pada umumnya, juga personanya selama di 15&.
Misalnya saat mengcover Oasis, Yerin mengenakan celana panjang, tanktop model korset, dan cardigan over-size. Senyumnya lebar, kadang ada momen malu-malu-nervous, kegembiraannya terlihat tidak dibuat-buat.
Di lain waktu ia memakai jeans yang bolong di bagian dengkul. Atau kombinasi kaos dan sepatu Converse. Atau terusan lengan pendek yang memperlihatkan tato kembang di sekujur tangannya.
Betul, tato kembang. Dan tidak cuma satu. Tapi banyak. Jadi maklum ya kalo dia kelihatan seperti Danilla versi Korea.
Atau barangkali ia meniru Amy Winehouse?
Yerin Baek memang dikenal terpengaruh gaya sang musisi asal Britania Raya. EP perdananya, Frank, dinamai persis seperti nama album pertama Amy. Ia berniat menjadikannya sebagai tribute.
Problemnya, jika genre musik kembali ke selera, soal tato ini lebih memancing kontroversi. Polemik ini sekaligus mengingatkan saya pada betapa kejamnya industri musik Korsel.
Industri secara tidak langsung menetapkan standar “gadis baik-baik” di mana Yerin dianggap kurang atau tidak memenuhinya.
Bukan hanya soal penampilan, tapi juga loyalitas. Mengutip satu artikel Wow Keren, saat Yerin memutuskan berkarier solo, sebagian netijen menilai kepribadiannya tidak bagus.
Yerin dipandang berkhianat pada rumah yang telah membesarkan namanya. Yerin dianggap pantas untuk dibuang JYP karena menato tubuh, sok ngartis, juga karena memilih untuk berteman dengan sasaeng-nya (penggemar obsesif).
Lah??
Orang pada gak ngerti apa tekanan yang dihadapi seniman kalo “dipenjara” label gede? Apa hubungannya tato dan performa nyanyi? Dan bukannya berteman sama penggemar itu biasa saja serta justru tanda dia engga sok ngartis???
Polemik favorit saya justru saat Yerin masih bernaung di JYP (sumber: KoreaBoo).
Sekitar pertengahan Maret 2017 Yerin menggelar siaran langsung di Instagram. Ada beragam komentar, termasuk beberapa di antaranya yang bernada negatif.
Yerin barangkali sudah terbiasa. Tapi kali itu ia ingin memberi pelajaran pada seseorang yang berulang kali mengirim komentar kurang ajar.
Pada menit ke-8:46 ia melabrak ketabuan yang selama ini dijunjung para idol dengan berkata, “Fuck you too, bitch!”
Hahaha!
Yang lebih mengagetkan, respons sejenis ia ulang lagi di menit ke-15:40. Kali ini ia tujukan kepada seorang komentator yang ia klaim sebagai peretas.
“Don’t hack my account! I’m gonna track you down, and I’m gonna kill you!”
Plok, plok, plok, plok….
Saya ikut bertepuk tangan.
Dan saya yakin sejak detik itu apresiasi orang kepada Yerin akan semakin terbelah: antara cinta, atau benci. Either you love it, or hate it.
Keceplas-ceplosan itu tentu tidak berangkat dari ruang hampa. Pertama-tama Yerin mesti jujur dengan dirinya sendiri, bahwa JYP bukan rumah yang terbaik untuk berkarya serta berkarier.
Jika sudah yakin, memaki di ruang publik pun bisa ia lakukan tanpa beban. Demikian juga berkarier solo di ranah yang non-mainstream, mendirikan rumah rekaman sendiri, mentato tangan, dan lain sebagainya, dan lain sebagainya.
Yerin menjemput kemerdekaan dengan mengacungkan jari tengah pada kultur yang beracun, patriarkis, juga pada para fans yang tidak tahu diri.
Ia berusaha untuk menjadi dirinya sendiri. Sebuah keputusan yang sangat boleh diteladani oleh idol K-pop lainnya.
BACA JUGA Beberapa Kegiatan Aneh yang Dilakukan Siswa di Perpustakaan Sekolah dan tulisan Awal Hasan lainnya. Follow Instagram Awal Hasan.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.