Papan jadwal kedatangan seharusnya menolong orang memperkirakan jadwal. Namun di halte Transjakarta, papan itu lebih sering jadi aksesori saja. Penumpang yang lagi buru-buru akan merasa lebih emosi kalau melihat papan jadwal Transjakarta. Bagaimana tidak? Sudah sering PHP soalnya. Di layar tertulis kalau estimasi kedatangan bus nggak lebih dari satu menit, tapi begitu saya hitung nyatanya bisa lebih dari satu menit.
Lebih parahnya lagi, jadwalnya hilang dengan nggak ada bus Transjakarta yang datang. Kalau masuk halte dan melihat calon penumpang membludak, sudah pasti bisa diambil kesimpulan kalau busnya lama nggak hadir. Nggak enaknya adalah kita sudah telanjur antre.
Mau cari alternatif transportasi lain khawatir nasib memainkan kita. Sudah capek-capek naik turun tangga halte, eh, tiba-tiba bus datang. Sedih banget itu pasti. Sudah rugi uang, rugi waktu, rugi emosi pula. Tapi kalau tetap menunggu nggak tahu sampai kapan perlu menunggu.
Memang, sih, ditulisnya ETA (Estimated Time Arrival). Artinya estimasi. Tapi, kalau estimasinya jauh dari real time-nya bukan estimasi lagi itu. Saya suka bertanya-tanya, sebenarnya apa sih yang salah dari papan jadwal itu? Bus Transjakartanya yang kena macet, sinyal internet, atau sensornya yang bermasalah? Kok bisa sering nggak pas.
Nggak ada upaya perbaikan papan jadwal Transjakarta
Saya merasa nggak ada upaya perbaikan untuk papan jadwal itu. Sudah lama seperti itu-itu saja. Memang banyak halte yang dirapikan sekarang. Dibuat lebih besar dan terlihat lebih modern. Namun, kepastian jadwal kedatangan perlu dipikirkan lagi cara yang efektifnya.
Saya pernah juga mengalami bus Transjakarta datang tanpa terdeteksi papan jadwal, jadinya papannya kosong sama sekali. Kalau begitu kita sebagai calon penumpang jadi bingung. Ada bus atau nggak sebenarnya.
Sebenarnya ada juga aplikasi untuk live tracking Transjakarta. Di situ sedikit lebih akurat, tapi masa harus buka aplikasi dulu. Padahal sudah jelas ada papan jadwal yang terpasang di halte.
Memang sudah paling benar bukan lihat papan jadwal. Paling benar melihat ke arah kedatangan bus. Kalau dari jauh bus sudah kelihatan, berarti nggak lama lagi kita siap diangkut.
Selain itu bertanya kepada petugas adalah solusi terbaik. Kalau ketemu petugas Transjakarta yang ramah tuh rasanya di hati cesss. Seperti minum es jeruk di tengah macetnya Jakarta. Pernah saya bertanya dan dia memberi tahu kalau akan lama menunggu busnya. Kalau seperti itu saya jadi enak. Lebih dapat kepastian dan dapat memikirkan alternatif transportasi.
Sering dikecewakan tapi nggak ada pilihan lain
Saya tahu betapa seringnya saya dikecewakan oleh papan estimasi kedatangan, tapi saya membutuhkannya. Toh saya suka menatap papan itu sambil berdoa semoga kali ini dia nggak memberikan harapan palsu. Saya pikir ada baiknya meniru papan jadwal kedatangan KRL.
Jadi yang ditampilkan itu adalah jumlah halte yang perlu dilalui untuk mencapai halte tempat kita menunggu. Sudah gitu perlu diumumkan bus baru saja melalui halte apa. Dengan begitu calon penumpang akan lebih mendapatkan kepastian.
Satu lagi yang saya bingungkan, papan jadwal kedatangan berada di dalam halte Transjakarta. Jadi kita harus masuk gerbang halte dulu untuk mengetahui jadwal. Saldo kita perlu terpotong dulu untuk tahu estimasi kedatangan bus. Kalau sudah sampai dalam, kita hanya bisa menerima situasi yang ada.
Kalau papan itu ada di luar, kita bisa mengantisipasi situasi. Kita bisa memikirkan alternatif transportasi seperti ojek online jika sedang terburu-buru.
Tapi sepertinya memang orang di Jakarta sudah pasti tahu kalau mau pergi buru-buru mesti mengandalkan ojek online. Armada dan kedatangannya lebih mudah kita prediksi ketimbang Transjakarta.
Penulis: Antonius Ernest
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Jangan Naik Transjakarta Saat Hujan Lebat kalau Nggak Mau Terjebak Selamanya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.