Ancaman di Balik Keindahan Pantai Parangtritis Jogja yang Nggak Disadari Banyak Pelancong, Waspadalah!

Pantai Parangtritis, Primadona Wisata Jogja yang Mengancam Nyawa Mojok.co

Pantai Parangtritis, Primadona Wisata Jogja yang Mengancam Nyawa (unsplash.com)

Sebanyak apapun tempat wisata baru bermunculan di Jogja, Pantai Parangtritis tetap nggak kehilangan popularitasnya. Pantai yang berjarak 30 km di sebelah selatan Kota Jogja ini konsisten menjadi pilihan destinasi wisata oleh para pelancong. Hampir setiap hari, bus-bus besar, mobil-mobil pribadi berplat non-AB, hingga travel milik DAMRI berdatangan. Mereka mengangkut rombongan wisatawan yang terpikat dengan daya tarik Pantai Parangtritis Jogja. 

Kalau dilihat sekilas, Pantai Parangtritis tampak nggak ada bedanya dari pantai-pantai lain. Namun, kalau dilihat dengan sesama, pantai ini istimewa karena seluruh areanya berpasir tanpa karang. Hampir nggak ada perahu nelayan yang tertambat di Pantai Parangtritis. Wisatawan pun memanfaatkan kondisi ini untuk bermain sebebas-bebasnya. 

Terseret ombak karena melanggar kepercayaan di pantai selatan?

Main air di pantai memang menyenangkan, waktu seakan-akan berlalu dengan cepat. Keadaan Pantai Parangtritis Jogja yang selalu ramai tapi bebas dari karang dan perahu nelayan membuat pengunjungnya jadi terlena. Sampai-sampai mereka nggak sadar bahwa sisi menyeramkan dari pantai fenomenal itu sedang mengintai.

Beredar kepercayaan bahwa Pantai Parangtritis selalu memakan korban. Pekan kemarin hampir saja jatuh korban jiwa di Pantai Parangtritis, yang beruntungnya masih bisa diselamatkan. Bahkan menurut data, sepanjang 2023 sudah ada 25 korban yang meninggal tergulung ombak di pantai selatan.

Banyaknya korban jiwa di Pantai Parangtritis membuat pantai ini makin sering dikaitkan dengan fenomena mistis. Nama Nyi Roro Kidul langsung disebut tiap kali tersiar berita ada korban hanyut terbawa ombak. Ada yang menyebut korban terseret ombak karena pakai baju warna hijau, menjadi korban kemarahan ombak laut, atau dipilih oleh Nyi Roro Kidul untuk masuk ke alamnya.

Pantai Parangtritis dikenal lekat dengan mitos-mitos yang mengerikan. Terlepas dari betul atau nggaknya mitos tersebut, sebenarnya kejadian-kejadian yang memperlihatkan betapa berbahayanya Pantai Parangtritis bisa dijelaskan dengan sains.

Ombak tenang dan nihilnya perahu nelayan justru pertanda

Ombak yang ada di Pantai Parangtritis cenderung lebih tenang. Tapi kalau ombaknya tenang, kenapa ya nggak ada nelayan yang pergi maupun pulang melaut dari pantai ini? Mari kita kembali ke pelajaran geografi.

Pantai Parangtritis merupakan pantai yang ada di titik tumbukan antara lempeng Eurasia dan lempeng Indo-Australia. Posisi ini membuat Pantai Parangtritis sangat berbahaya. Potensi bahayanya antara lain arus pantai, gempa bumi, dan tsunami. Tapi selain ketiga potensi bahaya tersebut, dampak dari tumbukan lempeng yang paling mengancam keselamatan manusia adalah keberadaan palung laut.

Palung laut adalah cekungan atau jurang sempit di dasar samudera yang kedalamannya bisa mencapai 3-4 km di bawah permukaan laut. Palung laut inilah yang sangat ditakuti oleh nelayan sehingga jarang banget ada nelayan yang melaut dari Pantai Parangtritis.

Seramnya, jumlah palung di Pantai Parangtritis nggak menentu alias berubah-ubah. Titiknya juga kerap bergeser. Kita sebagai pengunjung pantai nggak bisa menentukan secara pasti di mana keberadaan palung-palung itu.

Baca halaman selanjutnya: Gerbang menuju …

Gerbang menuju palung laut Pantai Parangtritis

Waktu SD kita pasti pernah belajar peribahasa. Salah satu peribahasa berbunyi “air tenang menghanyutkan.” Peribahasa ini bisa dipakai makna literalnya untuk menebak dan menghindari palung di Pantai Parangtritis Jogja.

Gelombang di atas palung laut di Pantai Parangtritis punya karakteristik tenang. Kalau ada gelombang yang relatif lebih tenang padahal gelombang-gelombang lainnya tinggi, hati-hati. Gelombang yang disebut rip current, arus pecah, atau lebeng ini sangat mematikan karena bisa menghanyutkanmu sampai ke tengah samudera.

Secara umum, rip current ditandai dengan beberapa karakter. Pertama, gelombangnya tampak lebih tenang dibandingkan gelombang-gelombang lain. Kedua, warna gelombangnya kadang-kadang lebih keruh daripada gelombang lain. Ketiga, gelombangnya nggak berbuih atau terlihat ada celah di antara gelombang.

Rip current ini arusnya sangat kuat dan bergerak menjauhi pantai. Rip current yang ada di Pantai Parangtritis ini pula yang sering disebut sebagai ombak laut yang marah. Soalnya, arusnya yang sangat kuat akan langsung menarik siapapun yang lengah sampai ke tengah. Atlet renang pun belum tentu bisa melawan kuatnya rip current.

Banyak pelancong Pantai Parangtritis terlena tenangnya arus laut

Sayangnya, banyak wisatawan yang terbuai dengan ketenangan gelombang di Pantai Parangtritis. Mereka yang belum tahu soal rip current bakal merasa yakin akan baik-baik saja kalau main air atau mandi di gelombang yang tenang. Padahal, aneh kan kalau ada air yang tenangnya kayak kolam renang tapi ada di pantai? Nah, justru arus yang tenang inilah yang merupakan gerbang menuju palung laut.

Main air dan mandi di pantai memang menyenangkan. Tapi jangan buat momen mengasyikkan itu menjadi peristiwa duka. Tetap waspada pada pantai yang kelihatannya setenang dan seaman apapun.

Saat ini di Pantai Parangtritis sudah ada papan peringatan untuk nggak mandi di pantai. Tim Search and Rescue (SAR) dan Direktur Polisi Air dan Udara (Polairud) DIY juga sempat memasang bendera-bendera merah di titik-titik yang ada palung lautnya. Saya ingatkan sekali lagi bagi para wisatawan agar taat sama peringatan yang sudah dipasang.

Pantai Parangtritis Jogja punya banyak sekali palung laut yang lokasinya berubah-ubah dan nggak bisa diprediksi. Kalau kamu ada rencana main ke Pantai Parangtritis, hafalkan tanda-tanda rip current dan jauhi lokasi-lokasi yang berbahaya.

Penulis: Noor Annisa Falachul Firdausi
Editor: Kenia Intan

BACA JUGA KKN di Kota Jogja Nggak Mudah, Nggak Semua Mahasiswa Mampu. Mending Pikir Ulang Sebelum Terjun ke Sana 

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version