Pantai Papuma memang indah, tapi harga tiket masuknya itu lho, hora umum!
Jember memang terkenal dengan objek wisata alam yang banyak. Mulai dari air terjun, telaga, bukit, sungai, dan kebun pun bisa ditemukan dengan mudah. Apalagi pantainya, di Jember bagian selatan sangat banyak. Ada Pantai Cangaan, Nanggelan, Bandealit, Pancer, Paseban, Watu Ulo, dan Payangan.
Tapi, salah satu pantai yang paling terkenal di Jember dan sudah diakui keindahannya adalah Pantai Papuma. Ya, pantai yang berlokasi di kawasan Desa Lojejer, Kecamatan Wuluhan, Jember ini memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang liburan ke sana. Untuk waktu tempuhnya, kira-kira hanya 30 menit saja dari pusat Kecamatan Wuluhan. Maklum, meski berada di Wuluhan, untuk sampai ke sana harus nyebrang ke Kecamatan Ambulu dulu.
Kata Papuma sendiri merupakan kependekan dari Pasir Putih Malikan. Sementara kata Malikan merujuk kepada batu besar yang berdiri sekitar pantai. Sesuai namanya, pantai Papuma menawarkan keindahan pasir putihnya yang indah. Selain itu, ombak yang nggak begitu besar, juga dapat dinikmati wisatawan yang mau keceh di sana. Apalagi di sana disediakan fasilitas yang menarik, serta digunakan sebagai tempat sandaran kapal nelayan.
Namun, meski pantai Papuma merupakan pantai terindah di Jember dan bahkan masuk ke dalam rekomendasi wisata terindah di Jawa Timur, nyatanya juga menyimpan persoalan lain, yakni harga tiketnya yang hora umum tingginya. Jika biasa harga masuk pantai hanya Rp5 ribu hingga Rp10 ribu saja, di pantai Papuma bisa dua kali lipat lebih mahal, bisa sampai Rp25 ribu per kepala. Belum lagi tiket untuk wisata-wisata yang ada di kawasan Papuma sendiri, seperti Goa Lowo, Puncak Sitinggil, Villa, dan perkemahan.
Dari situlah muncul pertentangan masyarakat tentang mahalnya harga tiket wisata alam yang dikelola oleh pihak Perhutani ini. Tepatnya Kamis (10/03/22) pihak pengelola Pantai Papuma digugat karena hal itu. Mahalnya tiket wisata dirasa kurang wajar. Sehingga para wisatawan yang hendak menikmati keindahan pantai ini harus berpikir dua kali.
Gugatan tersebut diperkuat dengan tertulisnya dalil di dalam UU No. 1 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, lantaran sempadan pantai sejatinya disediakan untuk akses publik. Artinya, sempadan pantai tidak boleh dikomersialisasikan.
Hal ini bukan pertama kali keluhan tentang mahalnya tiket pantai Papuma yang meresahkan para wisatawan. Pada 2018, muncul unggahan di media sosial Facebook tentang mahalnya harga tiket masuk Pantai Papuma, yakni senilai Rp40 ribu. Jauh berkali-kali lipat dari tiket masuk pantai pada umumnya. Itupun hanya tiket masuk, bukan termasuk fasilitas-fasilitas yang ada di dalamnya. Beuuuhhh.
Jika kita bandingkan dengan pantai-pantai yang terkenal di Jawa Timur, akan muncul perbedaan jauh. Misalnya, Pantai Klayar di Pacitan; pantai Sendiki dan pantai Balekambang di Malang; serta Pantai Nepa di Madura yang tiket masuknya hanya Rp3—10 ribu saja. Jauh lebih ekonomis, bukan? Dengan begitu, mahalnya tiket masuk di Papuma tentu sangat tidak mengenakkan para wisatawan.
Gugatan yang dilakukan ke pengelola Pantai Papuma diwakili oleh Agus Mashudi, seorang warga Jember. Setelah berargumen dengan UU No, 1 th. 2014 tadi, Agus menggugat untuk menghapus harga tiket tersebut. Lantaran berdasarkan UU th. 2014 dan Perpres th. 2016, Pemda wajib menentukan garis sempadan pantai, tak terkecuali di pantai Papuma itu. Sebab, berdasarkan Perda No. 1 th. 2015 tentang RTRW pula, sempadan pantai mulai dari Kecamatan Tempurejo hingga masuk perbatasan Kabupaten Lumajang menjadi otoritas Pemkab Jember.
Saya, sebagai orang yang tinggal nggak jauh dari lokasi, merasa hal ini perlu dilakukan. Soalnya, berdasarkan yang saya amati, warga sekitar jarang sekali yang berkunjung ke sana. Bukan karena sudah waleh, tetapi harus pikir-pikir dulu kalau mau ke Papuma. Mereka lebih memilih pantai yang gratis atau yang bertiket murah, seperti Pantai Cangaan dan Payangan, atau syukur-syukur ke Teluk Love dan bukit-bukit di sekitar sana.
Memang, sebagaimana yang dijelaskan tadi, Pantai Papuma dikelola langsung oleh pihak Perhutani, lebih tepatnya oleh Kesatuan Bisnis Mandiri Ecotourism yang berkantor di Surabaya. Meski pengelola berdalih bahwa orientasi menaikkan tiket yang mahal adalah mencari keuntungan, karena Papuma merupakan objek pariwisata, tapi mbok ya yang wajar gitu, lho, harga tiketnya. Mesakke para pengunjung dari luar dan dari Jember.
Masalahnya, Kabupaten Jember wes nggak begitu disorot media, masa sekali disorot malah tentang hal yang nggak enak kayak gini pula? Ramashok!
Penulis: Adhitiya Prasta Pratama
Editor: Rizky Prasetya