Pandemi Covid-19 ini memang cukup banyak efeknya. Salah satunya adalah pola kerja. Hampir seluruh perusahaan kini menerapkan sistem work from home (WFH). Seluruh pekerjaan yang tadinya dilakukan di kantor seperti mengirim email, membuat laporan bulanan, komunikasi dengan pelanggan, bikin kopi dan rokokan tiap satu jam, Facebook-an & YouTube-an, sekarang semuanya dilakukan dari rumah. Tidak perlu pergi ke mana-mana, cukup duduk manis depan laptop. Terserah lokasi kerjanya di mana, bisa di depan kolam ikan (kalau punya), atau di taman belakang yang luas dengan hamparan rumput hijau sambil pamer foto sistem hidroponik dengan caption dahsyat “siap revolusi pangan mandiri” (kalau punya juga).
Otomatis biaya transportasi akan menurun drastis karena si karyawan tidak perlu pergi ngantor. Yang perlu diwaspadai adalah penggunaan kendaraan seperti mobil. Konsumsi bahan bakar (bensin) memang akan lebih hemat karena mobil jarang digunakan. Tapi ada beberapa hal yang perlu dilakukan terkait dengan perawatan mobil. Berikut saya jelaskan panduan merawat mobil yang jarang digunakan karena imbauan #dirumahaja.
Panduan merawat mobil selama pandemi #1 Rutin dipanasin
Yang utama adalah jaga kondisi mobil Anda tetap dalam kondisi aktif. Walaupun tidak digunakan untuk bepergian, nyalakan mesinnya minimal tiap 2-3 hari sekali. Apa pun jenis mobilnya; mobil bekas, mobil baru, mobil-mobil yang disebutkan oleh Nazan si petugas kebersihan dalam cerpen karya Selahattin Demirtas, politikus Turki yang sedang ditahan di Penjara Keamanan Tertinggi tipe F oleh rezim Erdogan dan dituntut dengan hukuman 183 tahun penjara (ya, Anda tidak salah baca. Seratus delapan puluh tiga tahun!), atau mobil yang digunakan youtuber begundal tukang nge-prank, semuanya harus dipanaskan kalau sudah lama tidak digunakan.
Catatan: Tidak perlu manasin mobil tiap hari karena tentu saja akan membuang bahan bakar. Meskipun saat ini harga minyak dunia nyungsep sampai negatif, bukan berarti Anda boleh boros bensin. Kecuali Anda anak sultan, bebas.
Dengan teknologi sekarang, mobil tidak perlu dipanaskan tiap hari. Tujuan dari memanaskan mesin salah satunya adalah supaya oli bersirkulasi dengan baik. Mobil tahun ’90-an ke atas biasanya sudah dilengkapi dengan valve adjuster sehingga oli dari atas tidak akan turun ke bak penampungan saat mesin dalam keadaan off.
Panduan merawat mobil selama pandemi #2 Sesekali buka kap mobil
Selain untuk periksa level oli, sebaiknya memang sesekali kita buka kap mesin. Tujuannya ya untuk memeriksa kondisi dalam kap mesin, apakah ada kebocoran oli yang terjadi, atau air radiator kurang, dan sebagainya. Termasuk juga untuk cek apakah bagian dalam kap mesin sudah jadi sarang makhluk tertentu. Banyak kasus ditemukan tikus bersarang dalam kap mesin. Rutin memanaskan mobil niscaya bisa mengusir hewan yang hanya terlihat lucu di film Ratatouille tersebut.
Ada hal lain yang perlu Anda lakukan ketika membuka kap mesin. Yakni memeriksa kondisi accu (aki). Kalau Anda menggunakan aki basah, pastikan kandungan airnya masih berada dalam batas normal. Selain itu pastikan aki Anda masih dalam rentang umur operasi yang aman. Umur aki basah biasanya sekitar 2 tahun, tergantung pemakaian. Jangan sampai kejadian seperti yang saya alami.
Saat PSBB resmi diterapkan di kota Bandung, mobil saya nongkrong di garasi selama hampir dua minggu. Selain itu, umur aki mobil saya sudah lewat dari 2 tahun. Apes. Ketika istri minta diantar pergi ke supermarket (untuk membeli sembako yang menipis, bukan untuk membuktikan kalau supermarket justru tambah ramai ketika PSBB diterapkan), mesin mobil tidak bisa di-start. Wajah saya pucat seketika. Bukan karena istri yang cemberut menunggu, tapi karena membayangkan bahwa saya harus merogoh kocek demi aki mobil baru ketika jatah THR masih belum jelas penampakan hilalnya.
Panduan merawat mobil selama pandemi #3 Ingat-ingat kapan terakhir nyervis AC
Hal yang penting lainnya adalah selalu ingat-ingat betul kapan terakhir Anda servis AC mobil. Kalau sirkulasi udara di dalam kabin sudah mulai kurang dingin, itu pertanda AC mobil Anda harus diperiksa.
Gejala kerusakan AC mobil Avanza kesayangan saya muncul nyaris bersamaan dengan munculnya pasien pertama positif terinfeksi corona di Indonesia. Bedanya, saya cemas, menanggapi serius gejala yang muncul tersebut dan tahu bahwa AC mobil saya tidak akan (((sembuh dengan sendirinya))).
Saat itu, saya tengah menempuh perjalanan pulang dari Jakarta menuju ke Bandung. Selepas istirahat di rest area KM 72, tiba-tiba AC mobil menghembuskan hawa panas. Padahal sebelumnya baik-baik saja. Setelah memastikan bahwa rest area tersebut bukan termasuk daerah mistis yang sering dibicarakan orang, saya langsung paham kalau AC saya rusak.
Esok harinya saya bawa mobil ke bengkel. Setelah dicek, kompresor AC divonis rusak dan harus diganti. Teknisi bengkel mengatakan kalau oli kompresor sudah mengering. Berbekal ijazah sarjana teknik mesin yang saya sandang, ditambah dengan nada suara yang dibuat berwibawa penuh prasangka, saya minta si teknisi untuk membongkar kompresor AC tersebut.
Benar saja, oli dalam kompresor terlihat mengering dan beberapa spot permukaannya sudah tergerus (aus). Apalagi ditambah sisa-sisa oli menunjukkan partikel-partikel kecil (geram) sebagai penanda keausan sudah cukup parah. Seketika perut saya mual. Saya cuma bisa terdiam. Sebagai informasi, pekerjaan saya saat ini salah satunya adalah menganalisis hasil pengujian pelumas mesin-mesin industri, mesin kapal, dan alat berat. Dalam laporan teknis, saya sering menulis, “Keausan logam sudah melewati batas normal, indikasi telah terjadi keausan pada komponen gear, bearing, shaft. Rekomendasi: periksa komponen yang terindikasi mengalami kerusakan.”
Saya shock. Saya tak menyangka kalau kasus yang sering saya analisis ternyata menimpa diri saya sendiri.
“Lamun AC mah, da emang kudu rutin dicek, Kang. Oh ya, ari si akang gawe di mana kitu?” (Kalau AC sih, memang harus rutin dicek, Mas. Oh ya, Mas-nya kerja di mana sih?) tanya si teknisi memecah keheningan.
“Oh … saya kerja di Jakarta, Kang, di Laboratorium. Laboratorium buat tes oli. Tapi oli mesin-mesin gede sih, bukan mesin mobil biasa,” jawab saya lirih. Saking lirihnya, mungkin kalah dengan deru suara jalanan depan bengkel.
Saat ini kondisi mobil saya dalam keadaan prima. Aki baru ganti, AC sudah diperbaiki. Sangat ideal untuk pulang kampung mudik. Sayangnya, hal itu tak mungkin diwujudkan dalam waktu dekat. Padahal, yang saya suka dari perjalanan mudik adalah merayakan kesunyian ketika seluruh anggota keluarga lelap tertidur, saat mobil memasuki perbatasan antarprovinsi di pagi hari, kemudian radio sedang memutar genre campursari sebagai penanda pergantian kode telepon antarwilayah. Lalu terdengar sayup-sayup suara vokal yang tak asing di telinga,
“Sewo kuto uwis tak liwati, sewu ati tak takoni….”
Ah, saya jadi sedih lagi…. 🙁
BACA JUGA All-New Nissan Terra: Lebih Murah dari Pajero Sport dan Fortuner, Fitur Tetap Lengkap dan Wah dan tulisan Rulli Rachman lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.