Buat calon mahasiswa baru UI Depok, sebelum memutuskan tinggal di kawasan Barel atau Kutek, baca dulu panduan memilih kos dekat kampus UI berikut ini sampai habis, ya.
Betapa senangnya saya ketika membuka pengumuman hasil UTBK (Ujian Tulis Berbasis Komputer) tahun lalu. Saya diterima di Universitas Indonesia (UI), kampus yang sudah lama saya mimpikan. Tapi, rasa haru saya ternyata hanya berlangsung selama 10 menit. Saya tiba-tiba menghadapi kenyataan bahwa mulai hari itu, saya akan dianggap orang dewasa yang harus lebih mandiri. Satu lagi: saya harus ngekos.
Di kampus UI Depok sendiri, ada dua “zona utama” untuk mahasiswa yang sedang mencari kos, yakni Kutek dan Barel. Kutek (Kukusan Teknik) terletak di bagian belakang kampus UI. Kutek berbatasan langsung dengan wilayah kampus Fakultas Teknik. Sementara itu, Barel (Belakang Rel; ada juga yang menyebut “Bawah Rel”) terletak di daerah Pondok Cina, dekat kampus Fakultas Hukum.
Hunting kos dekat kampus UI Depok ternyata cukup memusingkan. Memang ada aplikasi atau situs tertentu yang bisa membantu kita menemukan kos yang kita inginkan. Namun, untuk mencari tahu soal daerah yang akan kita tinggali supaya bisa merasa sreg itu sulit juga. Soalnya biasanya hal-hal seperti itu tidak bisa kita temukan di internet. Kita harus bertanya pada senior, teman, atau kenalan lain yang memang pernah merasakan tinggal di sana.
Oleh sebab itu, semoga artikel ini bisa dijadikan panduan buat calon mahasiswa baru kampus UI Depok, atau bahkan kalian mahasiswa lama yang ingin pindah kos dekat dengan kampus.
Daftar Isi
Kawasan kos dekat kampus UI Depok, Barel, lebih “rawan”
Dilihat dari segi keamanannya, banyak yang mengatakan bahwa kawasan Barel agak berbahaya dan rawan kecelakaan karena letaknya yang sangat dekat dengan perlintasan kereta Stasiun Pondok Cina. Malah kata seorang teman yang pernah tinggal di Barel, pada akhir pekan, tidak ada petugas yang berjaga di sekitar rel.
Tidak hanya itu, kereta yang sering lewat membuat lingkungan di Barel jadi lumayan berisik. Setiap hari, kalau ada kereta lewat, lantai kos terasa bergetar.
Sementara itu, kawasan Kutek letaknya jauh dari stasiun. Tidak perlu khawatir tentang kereta-kereta yang melintas. Dulu, sih, pernah ada rumor bahwa Kutek rawan begal motor, khususnya jam 8 malam ke atas. Namun, Kutek adalah daerah yang tidak pernah tidur, betul-betul New York atau Tokyo-nya Depok. Jadi, tengah malam pun masih ramai oleh orang yang berjalan atau nongkrong di luar sehingga ada sedikit rasa aman.
Akses dan transportasi
Selain dekat dengan kampus UI Depok, poin plus lain kos di kawasan Barel adalah dekat dengan Stasiun Pondok Cina. Selain itu, akses ke Margonda, “ibu kota” Depok, lumayan mudah.
Dari Stasiun Pondok Cina sendiri ada jalan yang langsung nembus ke Jalan Margonda Raya, tempat segala mal, kafe, apartemen, dan tempat nongkrong tumplek semua. Selama pembangunan di Depok masih Margonda-sentris, saya yakin tinggal di Barel merupakan pilihan yang strategis.
Barel juga dekat dengan halte bikun (bus kuning) Balairung. Bikun adalah bus gratis yang selalu siap mengantar dan menjemput mahasiswa. Bus ini berhenti di setiap fakultas dan fasilitas penting lain di UI Depok.
Sementara itu, Kutek jauh dari stasiun. Kalau boleh jujur, letaknya agak “pinggiran”, bahkan sinyal internet sering jelek, tidak sebagus di Barel. Namun poin plus kos di Kutek adalah dekat dengan akses masuk UI Depok melalui pintu di dekat kampus Fakultas Teknik. Di pintu ini, ada halte bikun (bus kuning) juga.
Baik Barel maupun Kutek lumayan ramah pejalan kaki. Keduanya juga ramai kendaraan bermotor, apalagi Kutek. Kalau di Kutek, justru biasanya disarankan berjalan kaki saja sebab jalannya lumayan sempit (biasanya ada pengendara mobil di jalan dekat pintu akses Fakultas Teknik dan ini merepotkan para pejalan kaki).
Fasilitas penunjang
Seperti yang sudah diulas di atas, Barel dekat dengan Margonda, tempat segala tempat nongkrong dan fasilitas umum. Namun, kata seorang teman yang pernah tinggal di sana, Barel itu “nggak ada apa-apaan”. Beberapa kos di Barel letaknya jauh dari warung makan. Namun, di Barel ada beberapa toko ATK (alat tulis kantor) dan toko buku bekas.
Sementara itu, di Kutek justru banyak kafe, tempat makan, dan toko ATK. Makanya kawasan ini dijuluki “pusat peradaban”.
Dengan segala fasilitas yang ada di Kutek, wajar saja kalau beberapa kos sewanya relatif lebih mahal daripada kos-kos di Barel. Namun, kedua kawasan ini sama-sama punya kos-kosan yang bagus, khususnya kos putri. Dan, ya… perihal biaya hidup, balik lagi, semuanya tergantung pola hidup dan pengelolaan finansial masing-masing.
Pilih kos dekat kampus UI Depok yang mana?
Pertanyaan “Barel versus Kutek” ini biasanya amat menghantui calon-calon mahasiswa baru UI Depok yang sedang dalam proses hunting kos dekat kampus. Barel yang lebih murah, lebih dekat ke Margonda, tapi berisik dan berbahaya karena banyak kereta melintas? Atau Kutek yang jadi pusat peradaban, semuanya serbaada, nyaman, tapi kadang sinyalnya macet dan jauh ke pusat Depok?
Banyak kos bagus yang tidak ada di internet atau aplikasi pencari kos, jadi sebaiknya langsung saja “turun lapangan” buat survei kos. Hitung-hitung sekalian mengakrabkan diri dengan lingkungan di Kutek atau Barel.
Satu lagi saran penting: cocokkan dengan letak fakultas masing-masing. Mahasiswa yang kuliah di fakultas yang lebih dekat dengan Pondok Cina atau bagian depan kampus UI, seperti Fakultas Hukum, biasanya lebih memilih ngekos di Barel. Sementara itu, mahasiswa yang berkuliah di fakultas yang agak di belakang kampus UI Depok, seperti Fakultas Teknik atau Fakultas Ekonomi dan Bisnis, biasanya memilih kos di Kutek.
Kedua kawasan kos dekat kampus UI Depok ini memang memiliki aspek positif dan negatif masing-masing. Namun, saya percaya pada pepatah Jawa lama, “witing tresna jalaran saka kulina”, bahwa cinta lama-lama akan hadir jika terbiasa. Semakin lama tinggal di sana, biasanya semakin betah, semakin kerasan.
Penulis: Dinar Maharani Hasnadi
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Mahasiswa UI Wajib Tahu, Ini 10 Istilah Tempat yang Cuma Ada di UI!
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.