Kalau kamu lagi merasa terlalu sabar, terlalu tenang, dan terlalu zen kayak biksu di Himalaya, cobalah sesekali lewat palang kereta di dekat Stasiun Ceper Klaten. Saya jamin, dalam waktu 15 menit saja kamu akan naik level, dari manusia biasa jadi calon Hulk. Percayalah ini bukan lebay, melainkan kenyataan pahit yang harus ditelan mentah-mentah oleh para pengendara yang lewat setiap hari.
Sebagai orang yang beruntung (baca: terpaksa) harus melintasi jalur ini hampir setiap hari, saya merasa berhak menyuarakan isi hati yang selama ini tertahan. Sebab apa? Sebab rasanya udah kayak dicegat nasib, bukan cuma dicegat kereta. Ini bukan palang kereta biasa, tapi palang kereta sakral tempat mental diuji, kesabaran digerus, dan akal sehat mulai goyah.
Daftar Isi
- Pengendara berjejer bak saf tarawih, tapi di jalan raya
- Palang kereta dekat Stasiun Ceper Klaten udah turun, keretanya masih di Jogja
- Bonusnya kereta sering putar balik, tapi pengendara yang terjebak nggak dikasih info
- Siasat bertahan hidup di perlintasan Stasiun Ceper Klaten
- Malaikat mungkin bisa marah lewat sini…
Pengendara berjejer bak saf tarawih, tapi di jalan raya
Begitu palang kereta dekat Stasiun Ceper Klaten mulai turun, pengendara mulai merapat. Tapi bukan merapat ke Tuhan, melainkan ke sisi kanan jalan. Seperti barisan salat tarawih malam ke-27 Ramadan, semua rapi jali, tapi di tempat yang salah. Yang tadinya dua jalur kendaraan, dalam 5 menit bisa berubah jadi pasar malam.
Macetnya? Naudzubillah! Begitu palang naik, yang terjadi bukan kelancaran, melainkan kekacauan. Kendaraan dari dua arah saling tatap-tatapan, saling bingung siapa duluan yang lewat. Kalau saja kendaraan bisa ngomong, mereka pasti udah saling adu mulut.
Bus dan truk? Ah, mereka itu kayak bos besar di film action. Kalau sudah datang, semua harus minggir. Nggak ada ampun.
Palang kereta dekat Stasiun Ceper Klaten udah turun, keretanya masih di Jogja
Yang bikin tambah menggelegak darah ini adalah waktu tunggu tiap melintasi palang kereta dekat Stasiun Ceper ini. Palang bisa turun ketika kereta masih entah di mana. Kalau dari arah selatan, mungkin keretanya masih jajan cilok di Prambanan. Dari utara? Bisa jadi baru bangun tidur di Stasiun Purwosari. Tetapi palangnya udah bilang, “Tunggu ya, Sayang.”
Apa ini teknologi yang terlalu canggih atau terlalu malas? Entahlah. Tapi yang pasti, waktu hidup saya habis begitu saja di palang ini. Saya sudah hafal pohon mana yang teduh buat berteduh, mana yang bisa buat rebahan motor sambil ngelus dada.
Bonusnya kereta sering putar balik, tapi pengendara yang terjebak nggak dikasih info
Palang kereta yang dekat Stasiun Ceper Klaten ini punya fungsi lain selain mencegat pengendara saat kereta melintas. Saat kereta ganti jalur, mundur, putar balik, dll., palang juga bakal turun. Tetapi cegatannya jauh lebih lama. Lebih lama dari hubungan yang belum move on malah.
Sialnya, kadang pengendara sudah 15 menit menunggu di depan palang, eh ternyata keretanya malah balik arah. Lha, dikira ini episode sinetron?
Saya pernah menunggu hampir setengah jam di depan palang kereta Stasiun Ceper Klaten ini. Dalam waktu itu, kamu bisa menyelesaikan satu episode anime, atau bikin Indomie rebus dan nonton review-nya di YouTube. Tapi saya? Cuma bisa melotot ke palang sambil berharap semesta cepat berganti babak.
Siasat bertahan hidup di perlintasan Stasiun Ceper Klaten
Agar kamu nggak menjadi korban selanjutnya, saya bagikan siasat bertahan hidup menghadapi palang kereta Stasiun Ceper Klaten yang menguji kesabaran itu.
Pertama, unduh aplikasi KAI atau Access by KAI. Jangan cuma mengandalkan feeling atau ramalan cuaca, mengetahui jadwal kereta itu penting, lho, supaya kamu bisa mengatur kapan harus berangkat. Jangan sampai kamu berangkat jam 7 dari rumah tapi sampai tempat tujuan jadi jam 08.30 WIB gara-gara terjebak palang kereta Stasiun Ceper Klaten.
Kedua, jadilah manusia tertiba. Kalau kamu datang dari arah barat, jangan nyempil ke kanan, kasihan pengendara yang datang dari timur. Mereka juga manusia, bukan NPC. Lagian kalau lalu lintas lancar, kamu bisa segera keluar dari ruwetnya palang kereta di sana.
Ketiga, khusus buat pemerintah, tolong kami! Kami butuh solusi nyata, bukan janji manis kampanye. Taruhlah road barrier, atau kalau mau keren dan revolusioner: bangunlah fly over. Biar para pengendara bisa melewati Stasiun Ceper Klaten tanpa harus ikut audisi sabar nasional setiap hari.
Malaikat mungkin bisa marah lewat sini…
Saya percaya, palang kereta di Stasiun Ceper Klaten ini adalah ujian dari Tuhan. Tetapi Tuhan juga mengajarkan usaha, kan. Kalau masyarakatnya udah usaha sabar, pihak berwenang juga tolong berusaha memperbaiki.
Saya nggak tahu apakah pengendara lain juga merasa seperti saya. Tapi satu hal pasti: tiap kali lewat sana, saya merasa hidup saya dipermainkan. Tapi ya gimana? Mau lewat mana lagi? Jalan alternatif cuma mitos. Mau nggak mau, harus lewat situ. Malaikat saja bakal marah kali kalau lewat sini.
Jadi, kalau kamu merasa hidupmu terlalu damai, silakan coba lewat Stasiun Ceper Klaten. Siap-siap kesabaranmu akan dipreteli pelan-pelan…
Penulis: Sidiq Rahmadi
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA 9 Hal Menarik yang Bisa Dilakukan di Klaten Timur Minimal Sekali Seumur Hidup.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.