Berita penusukan Menkopolhukam baru-baru ini masih terbincang ramai. Pak Wiranto yang menjadi salah satu target pembunuhan sejak tiga bulan lalu akhirnya menjadi korban penusukan. Kamis, 10 Oktober 2019 kunjungannnya di Pandeglang, Banten untuk menghadiri peresmian salah satu gedung universitas. Usai turun dari mobil untuk berjabat salam beliau langsung tersungkur dan tak berdaya. Setidaknya itulah yang tampak pada video yang beredar di saat peristiwa ini terjadi.
Setelah penelusuran lebih lanjut, polisi pun sigap menangkap pelaku. Pelaku berjumlah dua orang yaitu sepasang suami istri. Syahrial Alamsyah atau Abu Rara dan istrinya Fitri Andriana mereka diduga merupakan jaringan jamaah Ansharut Daulah (JAD). Motif pelaku menurut Polri ialah terpapar paham radikalisme ISIS. Nah loh teroris lagi. Menilik beberapa bulan lalu memang beberapa pejabat seperti Budi Gunawan, Jendral Tito, dan Wiranto merupakan target pembunuhan oleh teroris.
Sudah nggak asing lagi kalau lagi-lagi ulah JAD. Sebenarnya, dari pergerakan Abu Rara sendiri telah dipantau sejak tiga bulan lalu—walau masih kecolongan—tapi belum terlihat tanda-tanda soal bom sehingga di waktu tidak terduga ternyata senjata yang digunakan adalah berupa pisau sebagai alat penusukan Pak Menteri satu ini. Tak hanya beliau, ajudan dan polisi yang mengawal pun juga terkena.
Momen pelantikan Presiden yang akan digelar dalam jangka waktu dekat ini merupakan kewaspadaan sendiri bagi aparat demi menjaga keamanan. Salah satunya kasus terorisme yang masih selalu diusut tuntas. Dengan kata lain agama selalu dijadikan kambing hitam para kelompok teroris ini untuk memecah belah masyarakat yang seakan dibuat adu domba terkait kasus terorisme Indonesia.
Sekali lagi, kasus penusukan ini bukanlah dari pihak pribadi yang memiliki dendam khusus pada Pak Wiranto lo, tapi murni karena terorisme yang di mana sejak tiga bulan lalu sudah terpantau bahwa beberapa pejabat dijadikan target pembunuhan.
Walaupun kasus penusukan ini terdengar disayangkan karena dirasa aparat kecolongan menangani kasus penusukan Pak Wiranto yang sudah dipantau sejak tiga bulan lalu, tapi nyantanya beberapa respon netijen tentang kasus ini lebih menarik bagi saya. Sebagian besar merasa kegeramannya pada Menkopolhukam ini terbayarkan. Walaupun kurang suka dengan seseorang bukan berarti kita dibenarkan tertawa di atas penderitannya yhaaa~
Berawal dari bangun tidur siang tadi saya biasa langsung membuka gawai dan benar sambutan pun berada di timeline media sosial saya. Hampir semua dibanjiri breaking news Wiranto ditusuk. Berita pun dibanjiri dengan komentar-komentar yang dirasa kurang sedap dan kadang nyinyir yah namanya netijen +62 kadang sering geram juga saya pun termasuk. Tahu sendiri lah beberapa tanggapan masyarakat tentang bapak ‘pejabat abadi’ ini sedari dulu.
Kejadian penusukan ini pun beberapa kali diplesetkan para komentar netijen pada film yang sedang booming saat ini dengan quote film yang populer saat ini orang jahat terlahir dari orang baik yang tersakiti secara nggak langsung, si penusuk diplesetkan sebagai Joker. Agaknya lumayan sesuai walau tetap dengan bumbu cocoklogi sana sini.
Sebagai manusia yang juga muak terlalu sering mendengar isu-isu maupun permasalahan Pak Wiranto dari jaman era baheula hingga saat ini saya pun manusia yang sempat biasa saja bahkan tidak peduli mendengar berita ini. Beberapa komentar “drama apalagi” memenuhi kolom komentar-komentar di laman berita online yang mengira ada “drama” yang dibuat-buat. Kadang agak jahat dan nggak tahu sikon emang netijen. Mungkin masih pada kesel gara-gara belakangan ini mendengar pendapat beliau tentang pelaksanaan demo RUU KUHP yang katanya sudah tidak relevan. Pantesan ya semuanya pada mangkel. hehe
Di sisi lain, terlepas dari muaknya seringnya mendengar tanggapan dan kontroversi beliau yang namanya rasa kemanusiaan selalu tetap ada. Setelah menilik dari kasus ini, sebenarnya dapat kita ambil hikmah tersendiri. Sebenci apapun kamu dengan seseorang jangan sampai kalap tak terkendali dengan emosi sekejap. Walaupun dari kasus ini merupakan murni tindakan terorisme tapi tidak mustahil juga seseorang dengan dendam pribadinya dapat melakukan tindak kriminal yang sama.
Begitulah, memang tak ada yang abadi. Ataukah ini mungkin pertanda bahwa sudah saatnya bapak duduk nyantai di rumah menikmati damai nan indahnya keluarga.
Tapi yang terpenting, semoga lekas sembuh, Pak Wiranto! (*)
BACA JUGA Memang Cuma Yang Terhormat Arteria Dahlan CS yang Tahu, Lainnya Tempe atau tulisan Soffya Ranti lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.