Organisasi Mahasiswa di Bangkalan Madura Tak Mungkin Melawan Oligarki, Mereka Sudah Sibuk Melawan Teman Sendiri

Organisasi Mahasiswa di Bangkalan Madura Tak Mungkin Melawan Oligarki, Mereka Sudah Sibuk Melawan Teman Sendiri

Organisasi Mahasiswa di Bangkalan Madura Tak Mungkin Melawan Oligarki, Mereka Sudah Sibuk Melawan Teman Sendiri (Pixabay.com)

Saya termasuk orang yang sangat muak melihat perkembangan organisasi eksternal di Bangkalan Madura. Alih-alih menunjukkan prestasi, mereka malah hanya sibuk bagi-bagi dan rebut-rebutan posisi. Maka tidak heran jika jumlah maba yang minat untuk berorganisasi semakin sedikit. Siapa juga yang mau ikut organisasi yang problematik.

Saya akan contohkan dua ormek terbesar yang ada di Bangkalan Madura, yakni PMII dan HMI. Sebagai ormek terbesar di Bangkalan, keduanya tidak cocok dijadikan organisasi ideal bagi mahasiswa. Kenapa saya bilang begitu? Sebab, bukannya membentuk oposisi untuk melawan pemerintah, mereka lebih suka melawan teman sendiri demi jabatan dan posisi. Hadeh!

Saya tak asal bicara mengenai masalah ini. Buktinya sudah dan sedang terjadi di lingkungan ormek di Bangkalan Madura.

Ada dua orang yang sama-sama mengaku ketua di Bangkalan

Jujur, saya penasaran dengan niat hati mereka mengikuti organisasi mahasiswa. Entah memang ingin membawa perubahan, atau karena tergiur oleh jabatan. Saya pribadi curiga pada alasan yang kedua. Buktinya, dua ormek di Bangkalan Madura ini kini punya dua orang yang sama-sama mengaku sebagai ketua. Alasannya, ya karena tidak ada yang mau mengalah.

Pertama, PMII Bangkalan. Sebelumnya, sudah satu tahun lebih PMII Bangkalan terpecah menjadi dua kubu. Masing-masing kubu memiliki ketua yang berbeda. Entah karena kesepakatan politik apa, baru saja dua orang yang sama-sama mengaku ketua tersebut berfoto sambil berjabat tangan. Dapat proyek baru kah?

Kedua, HMI Bangkalan sepertinya juga akan mengikuti jejak PMII Bangkalan. Hasil konferancab minggu lalu menghasilkan dua orang yang sama-sama mengaku sebagai ketua. Ya, tidak jauh berbeda dengan PMII Bangkalan.

Baca halaman selanjutnya: Nggak usah sok-sokan ingin merobohkan oligarki…

Nggak usah sok-sokan ingin merobohkan oligarki

Menjadi oposisi bagi pemerintah yang nggak becus adalah khittah gerakan mahasiswa. Tapi, kalau gerakan mahasiswanya kaya di Bangkalan Madura nggak usah sok-sokan mau jadi oposisi. Saya yakin 100 persen, kalian akan gagal menjadi oposisi yang baik bagi pemerintah.

Ya, coba saja kalian bayangkan. Kalian mau menyerang oligarki 15 partai politik yang sedang bersatu, tapi timmu sendiri lebih memilih pecah dan saling senggol. Belum lagi, situ juga nggak mau bersatu dengan tim tetangga karena masalah gengsi.

Saya tahu kalian merasakan sendiri. Sebab, setiap kali ada demonstrasi di Bangkalan Madura, selalu saja aksinya kubu-kubuan. Makanya, saya tidak ragu untuk mengatakan bahwa oposisi kalian gagal total!

Oligarki ketawa melihat ormek seperti ini

Ketika organisasi mahasiswa pecah tak ada yang diuntungkan kecuali para pejabat. Mereka lebih merasa aman, sebab oposisi yang paling ditakuti mereka, yakni mahasiswa, sudah rusak. Sebaliknya, ormek-ormek ini lebih besar kemungkinan untuk njilat-njilat kepada mereka. Alasannya, karena mereka mengejar pengakuan diri, kubu/ketua mana yang diakui oleh pejabat.

Yang tadinya ormek dibentuk untuk melawan pemerintah, eh di Bangkalan Madura malah jadi penyembah.

Saya yakin pejabat pemerintah hanya ketawa-ketawa di kantor mereka. Sebab, kondisi seperti ini memang diharapkan oleh mereka. Dengan pecahnya gerakan mahasiswa, beban oposisi pemerintah lebih ringan. Karena mahasiswanya sudah sibuk bikin taktik politik untuk melawan antar pengurus daripada mengkaji kebijakan pemerintah yang nggak becus. Dungu dungu!

Solusinya adalah bubarkan, nggak usah ada organisasi kayak gitu di Bangkalan

Saya rasa tidak ada harapan lagi ormek di Bangkalan Madura akan menjadi lebih baik. Jalan satu-satunya yang bisa diambil adalah bubarkan semua ormek. Ormek sudah kusut dan tidak relevan lagi dijadikan sebagai gerakan mahasiswa. Kita butuh ide gerakan baru yang benar-benar menjadi pengawal kenierja pemerintah.

Saya sangat serius dengan argumen ini. Sebab, permasalahan yang ada di ormek sudah terstruktur kokoh. Gaya pengkaderan, pelatihan, agenda perkopian, hubungan senior-junior, dan semua dimensinya telah menstruktur demikian. Sangat sulit untuk menjadi lebih baik. Makanya saya bilang solusinya adalah bubarkan.

Saya tidak menyangkal bahwa awal kehadiran HMI dan PMII di Indonesia memang sangat dibutuhkan awalnya. Tapi, gerakan tersebut saat ini, terlebih jika melihat apa yang terjadi di Bangkalan, sudah sangat tidak relevan. Gerakannya bukan lagi kembali pada rakyat, tapi sibuk menjilat pada pejabat. Fenomena ini pula yang membuat perkembangan bangsa kita sangat susah, sebab tidak ada kelompok oposisi yang serius melawan pemerintah. Sekian!

Penulis: Abdur Rohman
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Musuh Terbesar Organisasi Ekstra Kampus Adalah Kadernya Sendiri

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Exit mobile version