Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Pojok Tubir

Memangnya Kenapa kalau Orang Tajir Menerima Beasiswa Bidikmisi? Ya Salah lah, Pake Nanya, Moralnya di Mana?

Rizky Prasetya oleh Rizky Prasetya
24 Desember 2023
A A
Memangnya Kenapa kalau Orang Tajir Menerima Beasiswa Bidikmisi? Ya Salah lah, Pake Nanya, Moralnya di Mana?

Memangnya Kenapa kalau Orang Tajir Menerima Beasiswa Bidikmisi? Ya Salah lah, Pake Nanya, Moralnya di Mana? (Pixabay.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Saat membaca artikel Memangnya Kenapa kalau Orang Tajir Menerima Beasiswa Bidikmisi?, kepala saya langsung berdenyut kesakitan. Akrobat logika tak jelas bikin mata berair, dan bikin saya berpikir keras, bagaimana bisa ada orang beropini seperti ini tanpa merasa bersalah.

Yang membedakan manusia dengan kuah soto adalah moral dan kemampuan berpikir. Nah, artikel yang saya sebutkan di atas, tidak mencerminkan moral dan kemampuan berpikir sama sekali. Betul bahwa Bidikmisi masih cacat sana-sini, tapi bukan berarti loop yang ada bisa dimanfaatkan tanpa perlu merasa bersalah. Anda tak bisa begitu saja berbuat kejahatan meski itu tak salah. Wong manusia bisa berpikir dan memutuskan kok, tanpa hukum sekalipun.

Bagi saya, ya, manusia itu tak harus ditakuti dengan aturan hukum dan agama untuk tidak berbuat jahat. Lumrahnya manusia ya, tidak melakukan kejahatan. Sesederhana itu.

Saya tahu, Bidikmisi ini penuh problematika. Banyak orang yang seharusnya dapat, tapi malah diserobot haknya oleh orang-orang tak bermoral. Tapi bukan berarti beasiswa ini jadi bebas untuk disikat kaum mana pun. Hal yang tak boleh dimungkiri adalah, tetap banyak orang tak mampu yang pendidikannya dijamin oleh beasiswa ini. Meski tak sempurna, tapi masih bisa melakukan tugasnya.

Artinya, moncong senapan tetaplah harus dibidik ke penyelenggara, bukan malah menyuruh orang berbuat seenaknya saja. Imbauan yang amat bodoh.

Permasalahan Bidikmisi sudah tepat, tapi imbauannya yang amat nggak tepat

Sebenarnya permasalahan Bidikmisi sudah dijelaskan dengan baik oleh penulis. Memang dari pihak penyelenggaralah masalahnya. Masalahnya selalu sama, dan nggak pernah bisa diselesaikan entah kenapa. Bagi saya, jelas ini perkara will dari penyelenggara yang amat kurang. Aturan yang ada pun masih belum bisa ditegakkan dengan jelas. Saya setuju, memang merekalah masalahnya.

Tapi, bukan berarti, gara-gara sistem kacau, semua orang bisa mendaftar seenaknya. Saya beri satu test case yang jelas nggak sama, tapi secara esensi bisa menggambarkan maksud saya.

Kita tahu betul, penegakan hukum korupsi di negara ini nggak bisa dibilang memuaskan. Koruptor dapat hukuman yang kelewat ringan. Ada yang hidupnya nyaman di penjara, beberapa malah seakan tak malu melakukannya. Korupsi, hingga kini, penyakit yang tak bisa disembuhkan, bahkan diminimalisir pun masuk sebagai klaim kelewat besar.

Baca Juga:

Joki Tugas: Penjokinya Tak Bermoral, yang Dijoki Sudah Bodoh, Tak Bermoral Pula

Selama Masih Ada Mahasiswa Mampu yang Mencuri Jatah Beasiswa KIPK, Korupsi Nggak Akan Pernah Hilang di Negara Ini

Tapi, bukan berarti orang njuk bebas korupsi kan? Apakah dengan penegakan yang bermasalah ini, orang dimaafkan untuk korupsi? Jelas tidak.

Nah, harusnya dari titik ini, kalian langsung paham bahwa tidak semua orang boleh mendaftar Bidikmisi. Sumpah, iki ki logika paling basic, kok yo ra paham.

Meludahi perjuangan

Memberikan encouragement agar orang pede aja daftar Bidikmisi ini sebenarnya meludahi perjuangan orang-orang yang mengusahakan agar beasiswa ini tepat sasaran. Dan jangan kira orang-orang, terutama mahasiswa, tak berupaya apa-apa lho ya. Soalnya saya sendiri adalah salah satu pengkritik penyaluran beasiswa ini sejak mahasiswa.

Saya sendiri pernah mengusulkan pada BEM untuk membentuk tim pembantu dekanat untuk memberi daftar mahasiswa yang butuh Bidikmisi dan beasiswa sejenis. Usul tersebut tak bisa terwujud karena memang masalahnya kompleks. Tapi disambut baik, dan jadi concern orang dekanat juga. Jangan salah, masalah kayak gini tuh nggak cuman jadi santapan mahasiswa kritis, ini isu bersama. Dosen sekali pun ya peduli isu ini. Aku nggak tahu sirkel si penulis ya, jadi nggak mau menghakimi.

Tapi, perlu saya beri tahu, bahwa banyak orang yang peduli. Dengan bilang bahwa sah-sah saja semua orang mendaftar Bidikmisi, ya artinya justru meludahi kepedulian orang-orang yang ingin keadilan ditegakkan.

Oportunis itu nggak masalah, tapi mbok ya moralnya dipakai!

Sebagai manusia, kita tidak boleh sekali pun membenarkan kesalahan meski memang tak ada hukumannya. Manusia, bisa memilih, bisa berpikir. Yang seharusnya tidak boleh dilakukan, ya nggak usah dilakukan. Meski tak ada hukuman, ya jangan dilakukan. Kan, makhluk berpikir. Atau memang dasarnya menganggap manusia itu mirip dengan pecahan keramik, yang jelas tak bisa berpikir?

Saya kira, justru layer pertama perlindungan pada Bidikmisi adalah mengimbau manusia yang cukup beruntung agar tidak mendaftar. Biarkan mereka-mereka yang hidupnya dikutuk kemiskinan agar mendapat kesempatan. Sebagai orang yang tahu betul rasanya hidup miskin, serta berkawan dengan banyak orang tak beruntung, rasanya murka dan sedih melihat ada argumen seperti itu muncul.

Ada kata bidik dalam Bidikmisi, yang artinya, jelas beasiswa ini eksklusif untuk kalangan tertentu. Melemparkan argumen semua boleh daftar sama saja meludahi niat-niat baik, serta melegitimasi kejahatan. Bagi saya sih, argumen kayak gitu legitimasi kemalasan berpikir saja.

Bidikmisi, hanyalah untuk orang yang tak mampu secara ekonomi. Sistemnya boleh gagal total, tapi tak bisa dijadikan legitimasi untuk kalian yang mampu untuk daftar. Kalian itu manusia, berpolahlah sebagaimana mestinya manusia berpolah.

Oportunis tuh nggak apa-apa, serius. Tapi bukan berarti kalian jadi bengis. Gini aja masak nggak paham?

Penulis: Rizky Prasetya
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Nggak Semua Penerima Beasiswa Bidikmisi Itu Tukang Hedon dan Foya-Foya

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 24 Desember 2023 oleh

Tags: bidikmisimasalah sistemmoralpenerima
Rizky Prasetya

Rizky Prasetya

Redaktur Mojok. Founder Kelas Menulis Bahagia. Penulis di Como Indonesia.

ArtikelTerkait

Minta Es Batu di Kedai Kopi Itu Sesekali Nggak Apa-apa, kalau Tiap Hari Nah Baru Bagusnya Dilempar Batu

Minta Es Batu di Kedai Kopi Itu Sesekali Nggak Apa-apa, kalau Tiap Hari Nah Baru Bagusnya Dilempar Batu

29 November 2023
Nggak Habis Pikir Sama Orang yang Tidak Menghabiskan Makanan Hajatan terminal mojok.co

Pertanyaan Makan sebagai Penanda Kelas Ekonomi dan Kadar Moral Seseorang

2 Mei 2020
Jual Pulsa Adalah Bisnis Sampingan Terbaik Dekade Ini terminal mojok.co

Sebagai Mahasiswa Bidikmisi, Kami Emang Nggak Pantas Punya HP Iphone

18 Maret 2020
Lifestyle Mahasiswa Bidikmisi agar Tidak Jadi Bahan Rasan-rasan terminal mojok.co

Lifestyle Mahasiswa Bidikmisi agar Tidak Jadi Bahan Rasan-rasan

28 Desember 2020
Memangnya Kenapa kalau Orang Tajir Ikut Daftar Beasiswa Bidikmisi?  Mojok.co

Memangnya Kenapa kalau Orang Tajir Menerima Beasiswa Bidikmisi? 

22 Desember 2023
Selama Masih Ada Mahasiswa Mampu yang Mencuri Jatah Beasiswa KIPK, Korupsi Nggak Akan Pernah Hilang di Negara Ini

Selama Masih Ada Mahasiswa Mampu yang Mencuri Jatah Beasiswa KIPK, Korupsi Nggak Akan Pernah Hilang di Negara Ini

15 Oktober 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Universitas Terbuka (UT): Kampus yang Nggak Ribet, tapi Berani Tampil Beda

Universitas Terbuka (UT): Kampus yang Nggak Ribet, tapi Berani Tampil Beda

26 Desember 2025
Jepara Adalah Kota Ukir, Kota yang Ahli Memahat Indah kecuali Masa Depan Warganya

Jepara Adalah Kota Ukir, Kota yang Ahli Memahat Indah kecuali Masa Depan Warganya

26 Desember 2025
Nestapa Tinggal di Kendal: Saat Kemarau Kepanasan, Saat Hujan Kebanjiran

Nestapa Tinggal di Kendal: Saat Kemarau Kepanasan, Saat Hujan Kebanjiran

22 Desember 2025
Kuliah Bukan Perlombaan Lulus Tepat Waktu, Universitas Terbuka (UT) Justru Mengajarkan Saya Lulus Tepat Tujuan

Kuliah Bukan Perlombaan Lulus Tepat Waktu, Universitas Terbuka (UT) Justru Mengajarkan Saya Lulus Tepat Tujuan

24 Desember 2025
Garut Bukan Cuma Dodol, tapi Juga Tempat Pelarian Hati dan Ruang Terbaik untuk Menyendiri

Garut Itu Luas, Malu Sama Julukan Swiss Van Java kalau Hotel Cuma Numpuk di Cipanas

23 Desember 2025
Perpustakaan Harusnya Jadi Contoh Baik, Bukan Mendukung Buku Bajakan

Perpustakaan di Indonesia Memang Nggak Bisa Buka Sampai Malam, apalagi Sampai 24 Jam

26 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Kala Sang Garuda Diburu, Dimasukkan Paralon, Dijual Demi Investasi dan Klenik
  • Pemuja Hujan di Bulan Desember Penuh Omong Kosong, Mereka Musuh Utama Pengguna Beat dan Honda Vario
  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.