Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Orang Jember Terlalu Madura untuk Disebut Jawa, dan Terlalu Jawa untuk Disebut Madura

Adhitiya Prasta Pratama oleh Adhitiya Prasta Pratama
16 Januari 2024
A A
Jember di Mata Orang Bangkalan Madura: Bikin Minder dan Ingin Pindah Domisili Mojok.co

Jember di Mata Orang Bangkalan Madura: Bikin Minder dan Ingin Pindah Domisili  (unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Tulisan Nurhanifah soal dilema orang Cirebon yang katanya Sunda tapi terlalu Jawa, dan sebaliknya, menggugah keresahan saya sebagai warga Jember yang bernasib hampir sama. Pasalnya, inti tulisan Nurhanifah sebenarnya berkaitan dengan apa yang saya alami, khususnya dari sudut pandang orang Jember asli. Sebab, orang Jember pun juga bingung, dibilang Jawa tapi kok Maduranya kenthel, dibilang Madura tapi kok ya ada di Jawa.

Tulisan saya di Terminal Mojok soal anggapan salah kaprah kalau orang Jember pasti Madura membuktikan kalau orang Jember pada dasarnya bingung soal identitas mereka. Paling banter, mereka sering mengidentitaskan diri mereka sebagai masyarakat Pandhalungan. Jangan salah, eksistensi populasi masyarakat Pandhalungan di Jawa Timur terhitung banyak, yakni tersebar dari ujung Pasuruan, Probolinggo, ke timur hingga Bondowoso dan Jember. Akan tetapi, disinyalir sangat kuat kalau masyarakat Pandhalungan paling banyak ditemukan di Jember.

Orang Jember bukan Jawa juga bukan Madura, tapi Pandhalungan

Buku M. Ilham Zoebazary, salah satu Dosen Universitas Jember, yang berjudul “Orang Pendalungan” mengatakan bahwa istilah/eksonim yang cocok untuk menggambarkan masyarakat yang terhibridisasi antara Jawa dan Madura adalah Pendalungan/Pandhalungan. Istilah Pandhalungan berasal dari kata “Dhalung” yang berarti periuk besar. Penggunaan istilah ini merupakan metafora yang menggambarkan wilayah yang diisi oleh etnis yang beragam.

Berangkat dari situ, orang Jember memang nggak sepenuhnya orang Madura atau Jawa. Akan tetapi, sudah bercampur. Entah dari bahasanya, busananya, makanannya, keseniannya, dsb. Maka dari itu, dengan menggunakan terminologi Pandhalungan atau Dhalung itu, Kabupaten Jember merupakan kawasan yang bisa disebut sebagai kawasan Pandhalungan, yakni bersatunya orang Jawa dan Madura menjadi identitas budaya baru.

Masyarakat yang religius

Kita tahu, orang Madura pada dasarnya cenderung religius. Ini bisa dibuktikan dari format penamaan mereka. 10 dari 10 teman saya yang berasal dari Pulau Madura semuanya memiliki nama yang berunsur Islam. Sebut saja Abdur Rohman, Mahfud Ali, Syaiful Bahri, Ahmad Jaiz, Dul Qosim, Mad Faisal, Nur Aini, Zubairi, Taufiqurrahman, dan Fatimatuzzahra.

Bahkan, unsur Islam tersebut nggak hanya dipakai untuk nama mereka, tetapi juga nama usaha. Misal, Sate Ayam Madura Al-Barokah, Bebek Goreng Rizqy, Toko Madura Al-Ikhlas dan semacamnya. Format seperti ini juga saya temukan di kota kelahiran saya, Jember. Teman-teman saya yang lahir dari keluarga Madura di Jember juga menggunakan format ini. Dan, kebanyakan adalah santri.

Bahkan, ketika saya tanyai kenapa orang Madura itu religius, katanya memang dari orang tua sudah mendidik begitu. Mereka juga bilang percuma pintar sundul langit, tapi kalau nggak bisa ngaji nggak ada gunanya. Itulah mengapa, penelitian soal Jember menyimpulkan kalau masyarakat Jember yang basisnya Madura sering punya pondok pesantren. Data dari Kementerian Agama RI menunjukkan bahwa Kabupaten Jember merupakan kabupaten yang paling banyak memiliki pondok pesantren di Jawa Timur. Total, kabupaten ini memiliki 611 pondok pesantren yang tersebar.

Terlalu Jawa karena budayanya

Meskipun identik dengan masyarakat Madura, tapi orang Jember terlalu Jawa untuk budayanya. Saya bisa bilang begitu karena di kecamatan yang saya tinggali, yakni Ambulu dan sekitarnya, justru budaya Jawa sangat kental. Meskipun dalam sejarah, kata Ambulu memang berasal dari kosa kata Madura, yakni “Ambu Gelu” yang berarti berhenti sejenak. Contoh budaya yang ada di kecamatan saya adalah tradisi Pethik Laut atau larung sesaji di laut.

Baca Juga:

Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

Banyuwangi: Ditinggal Ngangeni, Ditunggui Bikin Sakit Hati

Perlu diketahui, persembahan kepada alam semesta atau wujud syukur untuk alam dari dulu memang dikenalkan oleh masyarakat Jawa. Kalau kita lihat masyarakat yang beraliran Kejawen, hal-hal seperti itu memang sangat identik. Namun, di pesisir Kecamatan Ambulu, tepatnya di Dusun Watu Ulo, Desa Sumberejo, setiap bulan Muharram (Suro) rutin dilaksanakan tradisi Pethik Laut. Dan, mayoritas warga yang tinggal di pesisir Kecamatan Ambulu adalah orang Madura.

Masih di Kecamatan Ambulu juga, kesenian unggulan yang sangat populer adalah Reog. Tepatnya di Desa Pontang, Reog menjadi kesenian unggulan di sana. Reog asal Desa Pontang ini sudah tanggapan ke mana-mana dan sering ikut festival Reog Nusantara. Bahkan, di beberapa SMA di Ambulu juga didapati ekstrakurikuler Reog sebagai muatan lokal. Bagaimana? Jember terlalu Jawa, kan?

Saya meyakini, kalau orang Jember memang 80 persen diisi oleh orang Madura. Akan tetapi, ketika Jember disebut Madura tok, maka itu terlalu Jawa dari segi budayanya. Dan, kalau disebut Jawa, mayoritas masyarakatnya adalah orang Madura. Jadi, bagi saya orang Jember, identitas orang Jember adalah orang Jember sendiri. Yah, lebih pasnya Pandhalungan, lah.

Penulis: Adhitiya Prasta Pratama
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Julukan Jember Kota Tembakau Sudah Tidak Pantas, Sebaiknya Diganti Aja

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 16 Januari 2024 oleh

Tags: Budayajembermadurapulau jawa
Adhitiya Prasta Pratama

Adhitiya Prasta Pratama

Seorang mahasiswa yang hobi baca apa aja di depannya.

ArtikelTerkait

Beberapa Budaya yang Mematahkan Persepsi Kalau Laki-laki Nggak Wajar Pakai Rok Terminal Mojok

Beberapa Budaya yang Mematahkan Persepsi Kalau Laki-laki Nggak Wajar Pakai Rok

7 Desember 2020
Persaingan Semakin Ketat, Penjaga Warung Madura di Perantauan Alami Kejadian Aneh: Mulai dari Perut Tiba-tiba Kembung hingga Serangan Ulat Bulu

Persaingan Semakin Ketat, Penjaga Warung Madura di Perantauan Alami Kejadian Aneh: Mulai dari Perut Tiba-tiba Kembung hingga Serangan Ulat Bulu

16 Januari 2024
Alasan Tellasan Topak di Madura Lebih Spesial dan Dinanti-nanti daripada Idulfitri  Mojok.co

Alasan Tellasan Topak di Madura Lebih Spesial dan Dinanti-nanti daripada Idulfitri 

7 April 2025
Bagi Saya, Budaya Yok-Ayok di Madura Saat Melayat Orang Meninggal Sangat Meresahkan, Mending Dihilangkan karena Sudah Kebablasan

Bagi Saya, Budaya “Yok-Ayok” di Madura Saat Melayat Orang Meninggal Sangat Meresahkan. Mending Dihilangkan karena Sudah Kebablasan

11 Juli 2024
Bangkalan Madura Adalah Pilihan Paling Tidak Rasional untuk Menempuh Pendidikan Tinggi, Bukannya Belajar Malah Jadi Kader Partai UTM

Bangkalan Madura Adalah Pilihan Paling Tidak Rasional untuk Menempuh Pendidikan Tinggi, Bukannya Belajar Malah Jadi Kader Partai

28 Januari 2024
Kabupaten Jember Harusnya Belajar dari Surabaya Soal Transportasi Umum, Bisa Jadi Solusi Kemacetan dan Promosi Pariwisata

Kabupaten Jember Harusnya Belajar dari Surabaya Soal Transportasi Umum, Bisa Jadi Solusi Kemacetan dan Promosi Pariwisata

17 Desember 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Keluh Kesah Mobil Warna Hitam. Si Cakep yang Ternyata Ribet

Keluh Kesah Mobil Warna Hitam. Si Cakep yang Ternyata Ribet

19 Desember 2025
Harga Nuthuk di Jogja Saat Liburan Bukan Hanya Milik Wisatawan, Warga Lokal pun Kena Getahnya

Harga Nuthuk di Jogja Saat Liburan Bukan Hanya Milik Wisatawan, Warga Lokal pun Kena Getahnya

21 Desember 2025
Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

25 Desember 2025
Bukan Mojokerto, tapi Lumajang yang Layak Menjadi Tempat Slow Living Terbaik di Jawa Timur

Bukan Mojokerto, tapi Lumajang yang Layak Menjadi Tempat Slow Living Terbaik di Jawa Timur

18 Desember 2025
Nestapa Tinggal di Kendal: Saat Kemarau Kepanasan, Saat Hujan Kebanjiran

Nestapa Tinggal di Kendal: Saat Kemarau Kepanasan, Saat Hujan Kebanjiran

22 Desember 2025
Linux Menyelamatkan Laptop Murah Saya dari Windows 11, OS Paling Menyebalkan

Linux Menyelamatkan Laptop Murah Saya dari Windows 11, OS Paling Menyebalkan

24 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Pantai Bama Baluran Situbondo: Indah tapi Waswas Gangguan Monyet Nakal, Itu karena Ulah Wisatawan Sendiri
  • Talent Connect Dibimbing.id: Saat Networking Tidak Lagi Sekadar Basa-basi Karier
  • Ironi Perayaan Hari Ibu di Tengah Bencana Aceh dan Sumatra, Perempuan Makin Terabaikan dan Tak Berdaya
  • Kisah Kelam Pasar Beringharjo Jogja di Masa Lalu yang Tak Banyak Orang Tahu
  • Melacak Gerak Sayap Predator Terlangka di Jawa Lewat Genggaman Ponsel
  • Regenerasi Atlet Panahan Terancam Mandek di Ajang Internasional, Legenda “3 Srikandi” Yakin Masih Ada Harapan

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.