Mulai dari “November Rain” sampai “Ojo Dibandingke” pernah saya dengar jadi lagu pernikahan. Kenapa sih masyarakat kita kalau pilih lagu pernikahan cenderung nggak nyambung sama konsepnya?
Jujur saja, memutuskan bekerja di sebuah wedding venue setelah dinyatakan lulus dari fakultas hukum cukup membuat saya mengalami culture shock. Saya sering dibuat takjub oleh beragam kejadian yang saya alami selama bekerja. Kebanyakan jenaka, dan sebagian lainnya juga sering bikin sakit kepala. Namun kali ini kita mulai dari kasus sederhana dulu, yakni soal lagu pernikahan.
Serba-serbi memilih lagu pernikahan
Pemilihan lagu untuk mengiringi berlangsungnya acara pernikahan memang sering dianggap tak penting. Berdasarkan pengalaman saya, lagu pernikahan tak jarang baru dipikirkan hanya tiga hari sebelum acara dimulai. Tak sedikit pula calon pengantin yang menyerahkan langsung tugas ini pada pihak wedding organizer (WO).
“Wis, Mas/Mbak, tulung pilihno sisan,” kurang lebih begitu kalimat andalan para calon pengantin yang sering saya dengar. Meski begitu, dalam beberapa kasus, ada juga calon pengantin yang saking fokusnya memilih lagu pernikahan sampai lupa harus mengurus konsep dekorasi hingga pilihan menu katering.
Banyaknya lagu pernikahan memang tak jarang bikin sepasang calon pengantin kerepotan sampai akhirnya tak sedikit yang pasrah dan let it go saja asal semua tamu senang, kenyang, dan acara berjalan lancar. Masalahnya, orang-orang yang pasrah ini kadang tak menyadari bahwa alih-alih bermakna cinta sejati, kesetiaan, dan kesan romantis, lagu yang diputar di acara pernikahan mereka justru bersifat sebaliknya. Belum lagi fenomena teman atau saudara yang naik ke atas panggung untuk ikutan nyumbang lagu di acara pernikahan. Bisa jadi sak-sake, sing penting nyanyi.
Contohnya saja beberapa lagu berikut yang sebenarnya nggak cocok-cocok amat untuk mengiringi pernikahan, tapi malah pernah dan bahkan sering saya dengar mengiringi acara pernikahan.
#1 “November Rain”
“November Rain” sering masuk dalam list request atau sumbangan lagu untuk pernikahan yang berlangsung di bulan November. Ditulis oleh Axl Rose dan dirilis dalam album Use Your Illusion, “November Rain” merupakan sebuah lagu ballad yang sangat terkenal di tahun 1990-an.
Memang sih video klipnya menayangkan beberapa adegan pernikahan, namun dalam sebuah wawancara, Axl Rose jelas menegaskan bahwa lagu ini tentang, “… a failing love affair,” alias tentang kisah cinta yang gagal atau bertepuk sebelah tangan.
Konon, adegan pernikahan dalam video klip itu sendiri merupakan versi fiksi dari kisah cinta Axl Rose yang sempat gagal menikah dengan seorang model bernama Erin Everly. Serius, lagu ini sebenarnya sangat nggak layak diputar di tengah acara pernikahan, jadi silakan dipertimbangkan kalau kalian mau nyumbang atau request lagu ini.
#2 “Ojo Dibandingke” dan “Mendung Tanpo Udan”
Sopo wonge sing ra loro ati wes ngancani tekan semene
Nanging kabeh ora ono artine, raono ajine
Jelas saya mengernyitkan dahi ketika pertama kali mendengar lirik tersebut pada hari pertama saya bekerja di wedding venue. Siapa yang menyangka lagu patah hati karya Abah Lala, seniman asal Boyolali, lulus kurasi lagu pernikahan yang biasanya identik dengan lagu romantis.
“Ojo Dibandingke” memang jadi greatest hits untuk mengiringi sesi flash-mob di akhir acara pernikahan. Fenomena ini ternyata nggak hanya terjadi di tempat saya bekerja, tapi juga di gedung pernikahan lain hingga acara nikahan di rumah, bersaing dengan lagu berjudul “Mendung Tanpo Udan” yang dinyanyikan oleh Ndarboy Genk.
Secara personal sih kedua lagu tersebut memang cukup nyambung dengan kisah cinta saya yang boleh dibilang agak miris. Tapi, kalau untuk jadi lagu yang mengiringi acara pernikahan kayaknya harus dipertimbangkan lebih jauh, deh.
#3 “Ibu Pertiwi”
Serius, deh. Orang yang nyumbang lagu di pernikahan itu banyak macamnya, mulai dari nyumbang lagu dangdut sampai pop, dari karya top Celine Dion sampai Happy Asmara. Jadi jangan heran kalau ada yang nyumbang lagu bertema patriotik, salah satunya “Ibu Pertiwi” yang ditulis Ismail Marzuki.
Alih-alih heran atau kaget, saya sendiri justru mengapresiasi sikap nasionalis yang bahkan dibawa sampai ke pelaminan ini. Sungguh, apa pun menu kateringnya, kita tak boleh lupa terhadap rasa cinta tanah air. Walau tetap ra mashok juga, sih…
#4 “Hotaru No Hikari”
Lho, kok kaget begitu? Beneran, kalian nggak salah membaca judul tersebut. “Hotaru No Hikari” atau dalam bahasa Inggris “Light of The Fireflies” termasuk dalam daftar ini. Dinyanyikan oleh grup band asal Jepang, Ikimonogakari, lagu ini menjadi opening soundtrack serial Naruto: Shippuden.
Setelah bertanya pada teman saya yang memang suka nonton Naruto dan dengan senang hati menjelaskan maksud liriknya pada saya, sebenarnya lagu ini nggak aneh-aneh amat untuk mengiringi sebuah pernikahan. Saya saja yang kurang referensi. Rasa takjub dalam diri saya sebenarnya muncul ketika pada suatu waktu, lagu ini pernah dipakai untuk mengiringi sesi wedding entrance dengan konsep Jawa klasik di tempat saya bekerja.
Fenomena lagu pernikahan yang nggak nyambung dari sudut pandang WO
Didorong rasa penasaran, saya mencoba bertanya kepada beberapa staff WO terkait fenomena ini. Kok bisa sih lagu-lagu sedih atau bahkan nggak nyambung dengan konsep pernikahan, bisa lolos kurasi wedding songs?
“Kalau saya sih asal manten senang, saya ikut senang,” jawab Hani (bukan nama sesungguhnya), ketika sedang jam santai menunggu pengantin retouch riasan sebelum memasuki sesi resepsi. Jawaban Hani mendominasi berbagai pendapat yang saya dengar ketika pertanyaan ini diajukan kepada beberapa staff WO yang berbeda. Walau ada juga di antara mereka yang mengatakan, “Kadang saya sendiri juga nggak paham, kenapa ya memilih lagu kayak sembarangan gitu? Padahal kan acara sakral.” Atau, ada juga yang menjawab, “Lha wong mbayar, yo kene ming manut, Mbak.”
Buat saya yang pada akhirnya memahami kultur bidang pekerjaan ini, pemilihan lagu pernikahan memang sebaiknya jadi urusan personal klien. Kadang, saya juga masih kerap mengernyitkan dahi kalau dengar lagu-lagu tertentu diputar di pernikahan, sih. Padahal tak jarang, lagu pernikahan jadi bahan rasan-rasan tamu yang sibuk ngambil sop matahari, “Wong lagu sedih kok dinggo ngiringi manten!” Tetapi, kalau mengingat betapa ruwetnya mengurus pernikahan, saya jadi paham posisi para calon pengantin, persoalan daftar lagu pernikahan sebaiknya nggak usah tambah bikin pusing. Pengantin jelas hanya mengharapkan doa dan restu dari tamu undangan, bukan komentar ina-inu.
Satu lagi, saya punya satu saran bijak untuk kalian yang paling nggak tahan lihat mic dan mas-mas organ tunggal nganggur di acara pernikahan–termasuk saya sendiri, yaitu—tak lain dan tak bukan—jadilah bijak, terutama soal memilih lagu. Taruhan sama saya, para pengantin di pelaminan bakal senyum lebar kalau kalian nyanyi “Anugerah Terindah yang Pernah Kumiliki” di hari bahagia mereka.
Penulis: Maria Lalita
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA 10 Lagu Bahasa Inggris yang Cocok untuk Pernikahan.