Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Ondel-Ondel dan Riwayatnya Kini

Seto Wicaksono oleh Seto Wicaksono
12 September 2019
A A
ondel-ondel

ondel-ondel

Share on FacebookShare on Twitter

Sudah beberapa bulan terakhir, saya melihat ada banyak ondel-ondel yang berkeliling melewati beberapa jalan, entah di pemukiman warga atau jalan raya utama. Yang ikut berkeliling pun cukup banyak, sekira 4-5 orang dan semuanya anak-anak. Bahkan, tak jarang saya lihat yang ada di dalam ondel-ondelnya pun anak-anak. Wajar jika kemudian jalannya terlihat tidak seimbang akibat beban yang terlalu berat—bagi seorang anak.

Awalnya, saya sendiri bingung melihat banyaknya ondel-ondel yang seringkali melintas di beberapa sisi jalan. Ada yang bertugas di dalam ondel-ondel, mengaraknya ke sana ke mari, ada yang membawa radio tape kecil sambil memutar beberapa musik tradisional khas betawi sampai dengan modern, ada yang berkeliling sambil membawa kantong berisikan uang laiknya orang yang sedang mengamen.

Pemandangan tersebut secara langsung saya lihat di tiga titik, sekitaran Jakarta Selatan, Depok, bahkan Bogor—tempat di mana saya tinggal—dan seringkali saya lihat pada saat pulang bekerja di malam hari sekira jam 20.30 WIB.

Awalnya saya bingung, apa gerangan yang membuat ondel-ondel mulai banyak ditemui di sisi jalan. Apalagi kebanyakan dari mereka adalah anak-anak. Bahkan, saya sempat berpikir mungkin mereka sedang latihan untuk kebutuhan pentas dari suatu sanggar seni budaya. Nyatanya tidak. Setelah saya memerhatikan beberapa diantaranya, ondel-ondel ini justru digunakan untuk mengamen dengan bermodalkan musik yang diputar dari radio tape mini dengan suara yang terbilang besar.

Laiknya seseorang yang sedang mengamen, sambil mengarak ondel-ondel beberapa anggota lain yang ikut serta mengajukan kantong berisikan uang kepada orang di sekitarnya—sebagai tanda menerima uang jika ingin memberi.

Beberapa orang menganggap bahwa, ondel-ondel yang digunakan untuk mengamen ini cenderung mengeksploitasi anak sekaligus karena kebutuhan ekonomi, sebagian besar yang melakukannya pun masih di bawah umur. Seperti yang dikatakan Beky Mardani, Ketua Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB), pada Kompas, “investigasi kami, ondel-ondel ngamen lebih didasari ekonomi buat cari makan. Bahkan ada ‘bos’ yang modalin ondel-ondel. Si pengamen setor atau sewa ondel-ondel harian”.

Pada dasarnya—bagi saya pribadi—ondel-ondel dengan segala atraksi dan interaksinya dengan masyarakat terbilang menghibur. Mulai dari banyak orang yang menikati pertunjukkannya, anak kecil yang seringkali menangis karena tidak terbiasa melihat wujud dan bentuk ondel-ondel, bahkan saat tidak ada yang mengarak pun, kesenian ini memiliki nilai budaya sendiri—yang memang berasal dari budaya betawi.

Menyikapi soal ondel-ondel yang kini digunakan sebagai salah satu ornamen untuk mengamen di suatu tempat atau pinggir jalan, melansir dari Tirto, Embenk, salah satu seniman betawi, menjelaskan bahwa orang dulu bikin ondel-ondel untuk tolak bala. Dan menyoal ondel-ondel ngamen, Embenk menjelaskan tidak ada masalah kesenian ini keliling ngamen. Yang jadi masalah, ketika hasil ngamennya disalahgunakan. Untuk minum-minum, misalnya.

Baca Juga:

4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

Kerja Dekat Monas Jakarta Nggak Selalu Enak, Akses Mudah tapi Sering Ada Demo yang Bikin Lalu Lintas Kacau

Masih mengutip dari Tirto, bahkan sejarawan J. J. Rizal berkata, hakikatnya kesenian ini memang mengamen. Keluar masuk kampung karena fungsinya sebagai tolak bala. Sebetulnya, baik pro atau kontra, ondel-ondel keliling tetap menjadi hiburan tersendiri bagi sebagian orang. Seperti yang saya lihat saat sedang di stasiun Depok Baru, sesekali ondel-ondel yang digunakan untuk mengamen oleh para anak-anak melakukan atraksinya menari ke sana ke mari dengan gerakan khasnya sembari diiringi musik. Setelahnya, banyak yang memberi uang dari receh sampai puluh ribuan.

Memang, bagi sebagian yang lain, kesenian ini digunakan untuk mencari nafkah dan memenuhi kebutuhan ekonomi laiknya pekerja pada umumnya. Meski harus diakui, kadangkala jika sedang mengamen di pinggir jalan bisa sampai mengganggu arus lalu lintas—terlebih jika ruas jalan terbilang sempit. Ukuran ondel-ondel yang terbilang cukup besar, tentu bisa sampai menutupi sedikit jalannya kendaraan.

Apa pun fungsinya dan walau digunakan untuk pelbagai keperluan, semoga ondel-ondel tetap dilestarikan dan dikenal oleh banyak orang sebagai salah satu warisan budaya betawi yang dinikmati oleh anak-cucu di kemudian hari. Dan mereka yang mengarak kesenian ini untuk mengamen, semoga bisa diberi pembinaan. Sebab, bagaimana pun mereka tetap memiliki andil dalam memperkenalkan sekaligus melestarikan salah satu warisan budaya milik Indonesia—khususnya Betawi—meski dengan cara yang berbeda. (*)

BACA JUGA Cara Menangani Sohibul WhatsApp yang Suka Beralasan Pesan Tertimbun Padahal Memang Sengaja Mengabaikan atau tulisan Seto Wicaksono lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 11 September 2019 oleh

Tags: betawiJakartakebudayaankesenianondel-ondel
Seto Wicaksono

Seto Wicaksono

Kelahiran 20 Juli. Fans Liverpool FC. Lulusan Psikologi Universitas Gunadarma. Seorang Suami, Ayah, dan Recruiter di suatu perusahaan.

ArtikelTerkait

Punya Aksen Medok di Jakarta Itu Dosa Besar, Otomatis Dianggap Manusia Kasta Rendah

Punya Aksen Medok di Jakarta Itu Dosa Besar, Otomatis Dianggap Manusia Kasta Rendah

1 Maret 2024
Jika Drakor Reply 1988 Ber-setting Tempat di Jakarta terminal mojok.co

Jika Drakor ‘Reply 1988’ Ber-setting Tempat di Jakarta

2 Desember 2020
Mall di Jakarta Mendiskriminasi Pengguna Motor. Nggak Semua Menyediakan Parkiran Khusus Motor, Kalaupun Ada Letaknya Jauh dari Gedung Mall

Mall di Jakarta Mendiskriminasi Pengguna Motor. Nggak Semua Menyediakan Parkiran Khusus Motor, Kalaupun Ada Letaknya Jauh dari Gedung Mall

17 Juni 2024
Cara Bertahan Hidup di Jakarta Jika Gajimu di Bawah UMR Jakarta 2024 depok heru budi jogja

3 Stigma yang Salah tentang Jakarta bagi Anak Perantau, Sekarang Nggak Perlu Takut!

6 Juli 2024
Tidak Semua Setan Betah di Kota Jakarta, Tidak Semua Malaikat Nyaman di Jogja mojok.co/terminal

8 Karakter Orang Betawi yang Perlu Dipelajari kalau Tinggal di Jakarta

18 Januari 2021
Buaran Plaza, Mal Mungil di Jakarta Timur yang Jadi Andalan Warga Mojok.co

Buaran Plaza, Mal Mungil di Jakarta Timur yang Jadi Andalan Warga

10 November 2025
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

6 Rekomendasi Tontonan Netflix untuk Kamu yang Mager Keluar Rumah Saat Liburan Tahun Baru Mojok.co

6 Rekomendasi Tontonan Netflix untuk Kamu yang Mager Keluar Rumah Saat Liburan Tahun Baru

27 Desember 2025
Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi (Unsplash)

Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi: Menolong Ribuan Perantau, tapi Menyengsarakan Warga Sendiri

22 Desember 2025
Opel Blazer, Motuba Nyaman yang Bikin Penumpang Ketiduran di Jok Belakang

Opel Blazer, Motuba Nyaman yang Bikin Penumpang Ketiduran di Jok Belakang

23 Desember 2025
5 Kuliner Madura selain Sate yang Layak Dikenal Lebih Banyak Orang Mojok.co

5 Kuliner Madura selain Sate yang Layak Dikenal Lebih Banyak Orang

28 Desember 2025
Perpustakaan Harusnya Jadi Contoh Baik, Bukan Mendukung Buku Bajakan

Perpustakaan di Indonesia Memang Nggak Bisa Buka Sampai Malam, apalagi Sampai 24 Jam

26 Desember 2025
Daihatsu Gran Max, Si "Alphard Jawa" yang Nggak Ganteng, tapi Paling Bisa Diandalkan Mojok.co

Daihatsu Gran Max, Si “Alphard Jawa” yang Nggak Ganteng, tapi Paling Bisa Diandalkan

25 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Kala Sang Garuda Diburu, Dimasukkan Paralon, Dijual Demi Investasi dan Klenik
  • Pemuja Hujan di Bulan Desember Penuh Omong Kosong, Mereka Musuh Utama Pengguna Beat dan Honda Vario
  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.