Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Politik

Omong Kosong Soal Politik yang Tidak Ada Habisnya

Hanif Amin oleh Hanif Amin
21 Mei 2019
A A
debat politik

debat politik

Share on FacebookShare on Twitter

Akhir-akhir ini, meja makan keluarga saya jadi kurang menyenangkan karena bapak dan ibu saya yang kerjanya ngomongin politik terus sambil marah-marah, sesekali diselingi umpatan. Tentu topiknya soal Pilpres dan pengumuman Pemilu yang datang sebentar lagi.

Begitu dua digit nomor yang familiar di atas remote ditekan, maka terbukalah channel televisi swasta andalan untuk mendapatkan berita-berita yang amat empuk untuk dijadikan bahan kejengkelan.

Biasa, menghujat paslon yang satu sambil memuji paslon yang satu lagi. Beruntung kedua orang tua saya memiliki afiliasi politik yang sama. Jadi emosi mereka masih satu frekuensi, tertuju pada lawan yang entah ada di mana tempatnya. Yah, setidaknya tidak ada gesekan, cuma luapan kemarahan.

Hal lain yang juga patut disyukuri adalah orang tua saya masih bisa memfilter mana berita yang hoax dan tidak. Jadi telinga saya bebas dari mendengarkan argumen-argumen konyol dan menggelikan khas pendukung fanatik. Biar begitu, saya sebagai anak tetap saja terganggu. Saya sudah capek. Bosan mendengar omongan yang itu-itu saja selama berbulan-bulan. Pakai emosi lagi. Pusing, bung.

Saya yakin, kejadian diatas tidak hanya terjadi pada keluarga saya, melainkan juga banyak keluarga lain. Bahkan lebih parah.

Memang bangsat politik ini. Bulan Ramadan yang seharusnya membuat keadaan lebih selow malah jadi makin panas dari hari ke hari. Bila sudah begini, saya jadi sedikit berharap kalau acara-acara sampah berisi komedi slapstick bisa booming kembali supaya semua orang bisa duduk diam sambil tertawa ketimbang marah-marah tidak jelas.

Banyak pendukung dari kedua paslon Presiden-Wakil Presiden saat ini seolah berada pada gelembung mereka masing-masing. Mereka mengumpat pada kubu lain, tapi sebenarnya umpatannya tidak sampai ke mana-mana melainkan memantul pada gelembung mereka sendiri.

Kemudian mereka bergaul hanya dengan orang-orang yang punya dukungan sama. Tertawa sama-sama. Mengumpat sama-sama. Memuja-muja Paslon idaman mereka sama-sama. Pengetahuan dan perspektif mereka tidak bertambah, malah makin sempit dari hari ke hari.

Baca Juga:

5 Istilah di Jurusan Ilmu Politik yang Kerap Disalahpahami. Sepele sih, tapi Bikin Emosi

4 Salah Kaprah tentang Jurusan Ilmu Politik yang Sudah Terlanjur Dipercaya

Sialnya, semakin sempit pandangan seseorang, semakin mereka merasa kalau diri mereka benar. Bagaimana tidak, wong yang mereka lihat dan baca cuma yang mereka senangi saja, kok.

Jadinya ya seperti orang gila. Ketawa-ketawa sendiri. Senang-senang sendiri. Marah-marah sendiri. Meski sebenarnya tidak kemana-mana.

Giliran berhadapan dengan pendukung yang berseberangan, bukannya diskusi atau adu gagasan, malah adu mengumpat dan menjelek-jelekkan.

Padahal, bukankah politik adalah adu strategi? Penuh kalkulasi, dingin dan dijalankan dengan tidak emosional. Kalau akhirnya orang-orang jadi emosional, ya itu siasat si politikus saja untuk mengumpulkan dukungan. Padahal, sudah berapa kali sih kita melihat elit-elit politik gonta-ganti kawan dan lawan? Sering, bukan?

Sungguh mengesalkan ketika para elit dengan enaknya bertukar kawan sambil ketawa-ketawa begitu bertemu lawan politiknya, sementara di kalangan rakyat biasa ada yang sampai berkelahi dengan saudara sendiri karena perbedaan pilihan politik.

Kalau sudah terlalu membenci dan memuja, akal sehat jadi hilang. Dan ketika yang mendorong kita dalam berafiliasi secara politik cuma emosi semata, harga kita sebagai manusia hanya sebatas bidak-bidak yang bisa digerakkan dengan seenak jidat oleh para elit politik.

Justru pada titik ketika fanatisme itu memuncaklah peran kita jadi tereduksi begitu kecil.

Yah, intinya, cepatlah berakhir pemilu dan segala ekses-eksesnya. Semoga semua selesai dengan damai dan tidak berlarut-larut.

Bayangkan, berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun masyarakat kita terbelah dua. Jadi hitam dan putih. Banyak dari masing-masing pendukung yang menganggap junjungannya adalah satria piningit dan lawannya iblis. Seolah-olah pada junjungannya tidak ada yang dapat dikritisi. Tanpa cela. Sementara semua yang dilakukan lawannya salah belaka.

Tampaknya otak masyarakat kita masih belum mampu kalau dihadapkan pada persoalan yang berat-berat seperti ekonomi, keadilan, dan politik. Bukannya tambah pintar, malah berkelahi. Makin sok tahu lagi.

Apa boleh buat, demokrasi kita masih muda belia. Semua orang bebas berbicara termasuk yang goblok. Dan yang goblok biasanya lebih ribut. Tapi setidaknya kita punya itu : kebebasan.

Sebagian besar orang membicarakan politik dan berpartisipasi dalam pemilu, meski masih termakan berita dan analisis ngawur, tanda bahwa mereka peduli pada masa depan yang lebih menjanjikan.

Hal-hal positif yang masih tersisa ini seharusnya dijaga baik-baik. Masalah kapasitas otak dan kedewasaan untuk mengolah kepedulian dan kebebasan yang ada, tentu perlahan-lahan bisa diperbaiki.

Terakhir diperbarui pada 5 Oktober 2021 oleh

Tags: KPUPengumuman PemiluPilpres 2019Politik
Hanif Amin

Hanif Amin

Manusia biasa, menulis juga di mesintinta.wordpress.com.

ArtikelTerkait

humanis 22 mei

Potret Humanis dan Sisi Positif dari Aksi 22 Mei 2019

24 Mei 2019
Trotoar Lebar di Jakarta, Cita-cita Ahok yang Sekarang Malah Dinyinyirin Pendukungnya Sendiri

Trotoar Lebar di Jakarta, Cita-cita Ahok yang Sekarang Malah Dinyinyirin Pendukungnya Sendiri

28 November 2019
babe haikal

Argumentasi Ulama Oposisi ala Babe Haikal Hassan yang Ramashook

2 Agustus 2019
ASN Dipaksa Diam dan Dilarang Menunjukkan Pilihan Politik, tapi Menteri Terang-terangan Menunjukkan Dukungan, kok Pilih Kasih?

ASN Bisa Bersuara, Bisa “Mati” Maksudnya

31 Agustus 2024
bulan juni

Resep Menjadi Presiden: Lahirlah di Bulan Juni

30 Juni 2019
Sudah Waktunya Susi Pudjiastuti Diperhitungkan sebagai Capres

Sebagai Orang yang Nggak Paham Politik, Saya Bingung Mau Pilih Capres yang Mana

16 Januari 2023
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Perlintasan Kereta Pasar Minggu-Condet Jadi Jalur Neraka Akibat Pengendara Lawan Arah

Perlintasan Kereta Pasar Minggu-Condet Jadi Jalur Neraka Akibat Pengendara Lawan Arah

24 Desember 2025
Linux Menyelamatkan Laptop Murah Saya dari Windows 11, OS Paling Menyebalkan

Linux Menyelamatkan Laptop Murah Saya dari Windows 11, OS Paling Menyebalkan

24 Desember 2025
Universitas Terbuka (UT): Kampus yang Nggak Ribet, tapi Berani Tampil Beda

Universitas Terbuka (UT): Kampus yang Nggak Ribet, tapi Berani Tampil Beda

26 Desember 2025
Pertama Kali Mencicipi Swike: Makanan Berbahan Dasar Kodok yang Terlihat Menjijikan, tapi Bikin Ketagihan Mojok.co

Pertama Kali Mencicipi Swike: Makanan Berbahan Dasar Kodok yang Terlihat Menjijikan, tapi Bikin Ketagihan 

23 Desember 2025
Menjajal Becak Listrik Solo: Cocok untuk Liburan, tapi Layanan QRIS-nya Belum Merata Mojok.co

Menjajal Becak Listrik Solo: Cocok untuk Liburan, Sayang Layanan QRIS-nya Belum Merata 

24 Desember 2025
Perpustakaan Harusnya Jadi Contoh Baik, Bukan Mendukung Buku Bajakan

Perpustakaan di Indonesia Memang Nggak Bisa Buka Sampai Malam, apalagi Sampai 24 Jam

26 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Pemuja Hujan di Bulan Desember Penuh Omong Kosong, Mereka Musuh Utama Pengguna Beat dan Honda Vario
  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa
  • Sempat “Ngangong” Saat Pertama Kali Nonton Olahraga Panahan, Ternyata Punya Teropong Sepenting Itu

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.