Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Nostalgia Album ‘Hybrid Theory’, Musik Metal di Segala Mental

Fadlir Nyarmi Rahman oleh Fadlir Nyarmi Rahman
21 Oktober 2020
A A
Nostalgia Album 'Hybrid Theory', Nostalgia Musik Metal di Segala Mental terminal mojok

Nostalgia Album 'Hybrid Theory', Nostalgia Musik Metal di Segala Mental terminal mojok

Share on FacebookShare on Twitter

Jika Anda berkunjung ke rumah saya sekitar 2003-2004an, Anda pasti akan menghirup aroma sedap Indomie Goreng yang tidak hanya direbus, tetapi benar-benar digoreng. Kemudian, Anda juga akan mendengar musik ‘keras’ dan ‘cepat’ dari single-single di album rap metal Hybrid Theory (2000) milik Linkin Park. Kombinasi tiada tanding dari ibu untuk Minggu pagi kami.

Saat itu, Ibu memang sangat suka memutar album tersebut di pemutar VCD, sebelum akhirnya diinvasi oleh Ayah menggunakan album pertama Peterpan.

Tapi, ada satu lagu yang paling menggema di kepala dari album yang kini sudah terjual sebanyak 27 juta kopi ini, hingga membuat saya ikut bersenandung saat usia belum genap 6 tahun, yaitu “Runaway”. Sekecil itu, saya mana tahu dan paham lirik berbahasa inggrisnya.

Kelak, saat saya menginjak masa remaja dan mampu mengaksesnya sendiri, lagu tersebutlah yang mendorong saya untuk menghafal hampir semua lagu lain di dalamnya. Walaupun saya tetap tidak paham semua maksud lirik-liriknya.

Hal tersebut saya lakukan sebagai bentuk nostalgia masa kecil yang cukup menggembirakan. Dan tentu saja, untuk terlihat keren di kalangan bocah SMP dengan bersenandung rap ala Mike Shinoda sekaligus teriakan serak ala almarhum Chester Bennington.

Kabar bahagianya, di Oktober 2020 album ini menginjak usia ke-20. Mereka pun merayakannya secara heboh di laman medsosnya. Salah satunya, dengan mengeluarkan album Hybrid Theory (20th Anniversary Edition) yang berisi lagu-lagu dengan berbagai aransemen. Baik itu oleh Linkin Park sendiri maupun bersama musisi lain. Wujud perayaan ini dirilis 9 Oktober kemarin dan dapat kita nikmati melalui Spotify.

Selain itu, di dalamnya juga terdapat beberapa lagu dalam versi demo sebelum menjadi bentuk “sempurna” seperti yang bisa kita dengarkan saat sudah menjadi album. Hal ini, bagi saya merupakan suatu kemewahan tersendiri karena dapat mendengar lagu yang belum siap sepenuhnya. Ya, semacam napak tilas musik mereka yang konon sudah ditolak banyak label mayor, sebelum akhirnya diterima oleh Warner Bros Records pada 24 Oktober 2000.

Meski sudah tua, single Linkin Park yang paling sering diputar di Spotify berasal dari album ini, yaitu “In The End”, dengan jumlah pemutaran hampir 850 juta. Serta di YouTube, video klip lagu ini juga sudah ditonton sebanyak semiliar kali lebih sejak pertama diunggah pada 2009.

Baca Juga:

Aksi Liar Sok Rock n Roll dan Destruktif di Panggung Musik yang Kerap Merugikan Tidak Bisa Dibenarkan!

5 Starter Pack Remaja Jompo Saat Nonton Festival Musik

Jika Anda kini berusia 20 tahun ke atas, pasti nggak akan asing ketika mendengar lagu tersebut. Ya, di zaman warnet masih berjaya, lagu itu sering diputar menyaingi lagu-lagu pop punk yang merajai playlist.

Bukan tanpa alasan. Sebab, bagi saya keseluruhan Hybrid Theory pun selalu enak didengarkan dalam keadaan apa pun. Betapa album ini mampu menemani saya di pahit-manis kehidupan alay remaja.

Saat sedang marah misalnya, tentu kita ingin melampiaskan energi negatif atau apa pun itu keluar dari pikiran. Dengan mendengar semua lagu di album ini sebenarnya, hal tersebut bisa tersalurkan. Tapi, saya pasti selalu memutar ini: “A Place for My Head”, “Pushing Me Away”, “By Myself”, dan “One Step Closer”.

Saya memilih mendengar keempat lagu itu saat marah karena terdapat bagian yang hening sejenak—yang kadang saya gunakan untuk merasakan kemarahan mendalam—kemudian musik menggebrak secara tiba-tiba. Di saat gebrakan itulah, emosi saya terlampiaskan. Walau sekadar ikutan teriak di bagian “you try to take the best of me, go away!” dari “A Place for My Head”, contohnya.

Lalu, jika saya sedang bersedih, setidaknya “Crawling”, “My December”, “In The End”, dan “With You”, mampu melarutkan saya dalam kesedihan tanpa ikut hanyut. Dengan musik yang tidak banyak hentakan meski tetap ada scream-nya di keempat lagu itu, mampu memberi saya mood baik dan mengangkat mental saya untuk merasa lebih segar dan senang kembali.

Saat mood sudah membaik itulah, saya baru mendengarkan lagu lainnya seperti “Forgotten”, “Cure for The Ich”, “Papercut”, dll, bahkan semuanya. Meski terkesan “gedubragan” pun, seluruh single dapat didengarkan dalam keadaan bersantai sambil ngeteh atau bahkan untuk memulai hari yang berat dan panjang.

Mungkin pilihan lagu-lagu di kondisi mental tertentu di atas saya pilih serampangan tanpa memperhatikan lirik yang dikandungnya. Memang hal tersebut berdasarkan pengalaman dan subjektivitas: mengandalkan “roso” yang saya tangkap dan kemudian saya cocok-cocokan sendiri dengan keadaan yang sedang dialami.

Tapi, persetan lah dengan lirik. Bagi saya sebuah musik eksis dan mbois bukan hanya karena lirik yang dinyanyikan sang Vokalis. Melainkan juga energi dari setiap suara yang terdengar, baik dari vokalis, gitaris, drummer, atau instrumentalis yang lain.

Menurut saya, Linkin Park melalui Hybrid Theory memang menganjurkan pendengarnya untuk menentukan pilihannya sendiri. Sebab, kesamaan unsur musik dengan ritme yang keras dan cepat di dalamnya, seolah tidak ingin dibedakan satu sama lain. Pendengar pun seakan harus menaruh kecenderungan berdasar pengalamannya saat mendengarkan satu-persatu lagu di dalamnya.

Tapi, karena hal itulah yang membuat album ini bisa didengarkan oleh siapa saja di kondisi mental seperti apa saja.

Dan untuk menutup nostalgia ini, izinkan saya mengutip Peter Van Houten, tokoh di film The Fault in Our Stars (2014), yang pernah bilang begini, “Hal terpenting bukanlah apa yang dikatakan oleh suara (lirik), tapi “rasa” yang diperoleh darinya.”

BACA JUGA Stereotip ‘Rajin’ pada Orang yang Suka Membaca Buku Itu Kekeliruan Fatal dan tulisan Fadlir Rahman lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 5 Maret 2021 oleh

Tags: band metalMusik
Fadlir Nyarmi Rahman

Fadlir Nyarmi Rahman

Seorang radiografer yang sedikit menulis, lebih banyak menggulir lini masa medsosnya. Bisa ditemui di IG dan Twitter @fadlirnyarmir.

ArtikelTerkait

Soal Selera Musik, Kita Adalah Korban Dikotomi Media

Lagu “Polisi Skena”: Sentilan Gemas Sir Dandy untuk para Polisi Skena

11 Mei 2020
Mustahil Oasis dan Duo Gallagher Reuni, tapi 'I Said Maybe' noel gallagher liam gallagher terminal mojok.co

Mustahil Oasis dan Duo Gallagher Reuni, tapi ‘I Said Maybe’

8 Oktober 2020
4 Lagu Barat yang Wajib Ada di Playlist-mu biar Makin Semangat LDR Terminal Mojok

4 Lagu Barat yang Wajib Ada di Playlist-mu biar Makin Semangat LDR-an

23 Juli 2022
tarling

Tarling Cirebonan dan Konsep Marketing Mix yang Terkandung Di Dalamnya

19 Agustus 2019
Menggoreng Isu Pelakor Lewat Album Baru Taylor Swift, Folklore cardigan august james country music terminal mojok.co

Menggoreng Isu Pelakor Lewat Album Baru Taylor Swift, ‘Folklore’

12 September 2020
Anak-anak Adalah Kritikus Musik Paling Tulus Dibanding Orang Dewasa terminal mojok.co

Anak-anak Adalah Kritikus Musik Paling Tulus Dibanding Orang Dewasa

20 Oktober 2020
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Jalur Pansela Kebumen, Jalur Maut Perenggut Nyawa Tanpa Aba-aba

Jalur Pansela Kebumen, Jalur Maut Perenggut Nyawa Tanpa Aba-aba

2 Desember 2025
5 Tips Agar Kantong Nggak Jebol Dikeroyok Diskon Natal dan Tahun Baru Mojok.co

5 Tips Agar Kantong Nggak Jebol Dikeroyok Diskon Natal dan Tahun Baru

2 Desember 2025
8 Alasan Kebumen Pantas Jadi Kiblat Slow Living di Jawa Tengah (Unsplash)

8 Alasan Kebumen Pantas Jadi Kiblat Slow Living di Jawa Tengah

3 Desember 2025
5 Hal yang Jarang Diketahui Orang Dibalik Kota Bandung yang Katanya Romantis Mojok.co

5 Hal yang Jarang Diketahui Orang di Balik Kota Bandung yang Katanya Romantis 

1 Desember 2025
Logika Aneh di Balik Es Teh Solo yang Bikin Kaget (Unsplash)

Logika Ekonomi yang Aneh di Balik Es Teh Solo, Membuat Pendatang dari Klaten Heran Sekaligus Bahagia

30 November 2025
Pengalaman Transit di Bandara Sultan Hasanuddin: Bandara Elite, AC dan Troli Pelit

Pengalaman Transit di Bandara Sultan Hasanuddin: Bandara Elite, AC dan Troli Pelit

1 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.