Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Kuliner

No Kimchi No Party: Kenapa Korea Selatan Punya Banyak Makanan Fermentasi?

Noor Annisa Falachul Firdausi oleh Noor Annisa Falachul Firdausi
10 Maret 2023
A A
No Kimchi No Party: Kenapa Korea Selatan Punya Banyak Makanan Fermentasi?

Kimchi (Shutterstock.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Kalian pernah penasaran nggak kenapa Korea Selatan punya banyak sekali makanan fermentasi?

Saya yakin betul, kalian pasti ikut ngiler dan laper saat melihat adegan makan-makan di drama Korea. Ena betul liat mereka makan.

Adegan makan-makan, baik itu di rumah maupun restoran, selalu membuat penonton tergiur. Melihat nasi putih hangat yang mengepul dilengkapi dengan banyak banchan atau lauk pasti nggak akan gagal membuat kita jadi penasaran dengan cita rasa makanan Korea.

Kalau kita perhatikan, selalu ada satu menu yang nggak pernah terlewatkan dalam setiap sesi makan-makan di drama Korea. Yaps, betul, kimchi. Kimchi sudah menjadi menu wajib yang haram ditinggalkan. Masyarakat Korea dari kelas sosial mana pun hampir nggak bisa makan tanpa kimchi.

No kimchi, no party

Kimchi ini bukan hanya terbuat dari sawi putih. Sebab, pada dasarnya kimchi adalah nama yang digunakan secara luas untuk makanan yang diasinkan dan difermentasikan. Selain baechu kimchi atau kimchi yang diolah dari sawi putih, ada pula kkakdugi atau kimchi lobak yang dipotong dadu, nabak kimchi atau kimchi air, yeolmu kimchi yang merupakan kimchi lobak musim panas, hingga oi sobagi atau kimchi dari mentimun. Masih ada banyak variasi kimchi yang nggak akan cukup jika disebutkan satu per satu di sini.

Kimchi yang merupakan makanan fermentasi ini saja jenisnya ada banyak sekali. Seakan-akan semua hasil panen bisa diolah menjadi kimchi. Meski begitu, sebenarnya nggak cuma kimchi yang diolah dengan cara difermentasikan. Korea Selatan memiliki beragam hidangan yang juga dibuat dengan metode fermentasi. Berikut ini beberapa di antaranya.

#1 Gochujang

Gochujang adalah bumbu fermentasi tradisional Korea yang terbuat dari nasi kukus atau jelai, kue beras bubuk, atau bubur beras yang dicampur dengan bubuk kedelai yang sudah difermentasi, garam, dan bubuk cabai merah. Gochujang diperkirakan pertama kali hadir pada akhir abad ke-16 dan banyak dimanfaatkan di akhir Dinasti Joseon.

Baca Juga:

Menonton Drama Korea Reply 1988 yang Legendaris setelah 10 Tahun Rilis

3 Drama Korea Terbaru yang Sebaiknya Jangan Ditonton demi Kesehatan Mental  

#2 Ganjang dan doenjang

Keduanya adalah makanan fermentasi Korea yang terbuat dari kacang kedelai. Ganjang adalah saus yang terbuat dari kedelai yang difermentasi. Ganjang biasanya digunakan sebagai bumbu masakan yang nggak boleh dilewatkan agar rasa makanan bisa menjadi lebih sedap. Sementara itu, doenjang sisa pasta dari proses produksi ganjang yang juga dimanfaatkan untuk menyedapkan rasa makanan.

#3 Jeotgal

Ada 160 jenis jeotgal di Korea Selatan. Jeotgal atau jeot ini adalah makanan fermentasi yang dibuat dengan menambahkan garam ke berbagai jenis makanan laut, seperti udang, tiram, kerang, ikan, telur ikan, dan usus ikan.

#4 Makgeolli

Makgeolli adalah anggur beras tradisional Korea populer yang mengandung 6–8 persen alkohol. Fermentasi makgeolli dilakukan dengan menggunakan nuruk, yang merupakan campuran dari nasi dan rempah-rempah.

Tuh, banyak banget kan variasi makanan khas Korea yang diolah dengan cara difermentasi. Uniknya lagi, diperkirakan teknik persiapan dan konsumsi makanan fermentasi sudah ada di Korea sejak abad ke-3 atau ke-4 Masehi.

Sekarang pertanyaannya, bagaimana bisa Korea bisa punya begitu banyak makanan fermentasi?

Memutar otak melawan musim

Di sini ada beberapa pendapat yang memperkirakan alasan kekayaan ragam makanan fermentasi dari Korea. Pertama, memfermentasikan makanan adalah cara nenek moyang orang Korea bertahan di hidup di berbagai musim. Pendapat ini dikutip dari penelitian yang dilakukan oleh Subramanian Dharaneedharan dan Moon-Soo Heo dalam Journal of Life Science.

Tanah Korea nggak kayak Indonesia. Di Indonesia, kayu dan batu saja bisa jadi tanaman, istilahnya. Sementara orang yang tinggal di Korea yang beriklim subtropis dengan empat musim harus memutar otak cara agar tetap bisa bertahan hidup saat musim tak mengizinkan mereka menanam atau panen apa pun.

Cara menyimpan makanan dengan fermentasi memungkinkan nenek moyang mereka yang tinggal di daerah beriklim sedang dan dingin untuk bertahan hidup selama musim dingin. Sementara orang-orang yang tinggal di daerah tropis atau lebih hangat bisa bertahan hidup selama periode kekeringan. Fermentasi berkembang sebagai teknik pengawetan atau pencegahan pembusukan produk makanan saat paceklik tiba.

Pada masa itu belum ada kulkas yang bisa digunakan untuk menyimpan makanan dan mencegahnya membusuk. Inovasi berupa fermentasi ini merupakan salah satu metode paling ekonomis untuk mengawetkan makanan karena dapat dilakukan di rumah dengan menggunakan teknik dan peralatan yang relatif sederhana.

Kondisi geografis Korea Selatan yang menantang

Pendapat kedua menyatakan bahwa metode fermentasi ini muncul karena kondisi geografis Korea yang terjal dan terisolasi. Menurut Kumar et al. dalam Frontiers in Microbiology, Korea terisolasi dari negara-negara tetangga oleh pegunungan terjal dari utara dan lautan berbatu dari timur, selatan, dan barat. Mereka jadi kesulitan untuk melakukan pertukaran bahan makanan dengan wilayah lain.

Terisolasinya Korea membuat penduduknya harus menghemat hasil panen untuk beberapa waktu ke depan. Berkat faktor kepepet inilah nenek moyang orang Korea belajar cara melakukan pengawetan ikan, daging, kacang-kacangan, dan sayuran yang mereka dapatkan dari masa berlimpah agar bisa cukup hingga masa langkanya makanan.

Menyimpan makanan dengan cara difermentasi ini dilangsungkan secara turun temurun hingga akhirnya menjadi tradisi masyarakat Korea. Walaupun sekarang sudah banyak kulkas canggih dan Korea Selatan juga bisa mendapatkan bahan makanan dengan impor dari negara lain, praktik memfermentasikan makanan ini masih berlangsung. Bahkan di Korea Selatan masih banyak warga yang menggunakan jangdokdae atau guci tembikar besar yang cocok banget untuk mengawetkan makanan fermentasi.

Penulis: Noor Annisa Falachul Firdausi
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Jangan Keburu Ngiler, 5 Makanan Korea Ini Nggak Seenak Penampilannya

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 10 Maret 2023 oleh

Tags: kimchiKorea Selatanmakanan fermentasi
Noor Annisa Falachul Firdausi

Noor Annisa Falachul Firdausi

Alumnus UGM asal Yogyakarta yang lagi belajar S2 Sosiologi di Turki

ArtikelTerkait

3 Reality Show Korea yang Ampuh Obati Kangen Wisata ke Alam Bebas Terminal Mojok

3 Reality Show Korea yang Ampuh Obati Kangen Wisata ke Alam Bebas

20 Februari 2022
Yeom Bersaudara 'My Liberation Notes' dan Fenomena N-po Generation Terminal Mojok

Yeom Bersaudara ‘My Liberation Notes’ dan Fenomena N-po Generation di Korea Selatan

18 Mei 2022
Confidential Assignment 2 International Humor Renyah di Tengah Formula Film yang Repetitif Terminal Mojok

Confidential Assignment 2: International: Humor Renyah di Tengah Formula Film yang Repetitif

2 Oktober 2022
Standar Kecantikan Korea_ Hidup Pelik Mereka yang Tidak Didefinisikan Sebagai Cantik

Standar Kecantikan Korea: Hidup Pelik Mereka yang Tidak Didefinisikan sebagai ‘Cantik’

28 April 2021
Warna-warni Hanbok, Pakaian Orang Korea yang Filosofis dan Elok terminal mojok

Warna-warni Hanbok, Pakaian Orang Korea yang Penuh Filosofi dan Elok

26 November 2021
Exhuma, Film Horor Korea yang Menampar Sineas Horor Lokal Penjual Gimik, Mitos Agama, dan Jumpscare Murahan

Exhuma, Film Horor Korea yang Menampar Sineas Horor Lokal Penjual Gimik, Mitos Agama, dan Jumpscare Murahan

5 Maret 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Nggak Punya QRIS, Nenek Dituduh Nggak Mau Bayar Roti (Unsplash)

Rasanya Sangat Sedih ketika Nenek Saya Dituduh Nggak Mau Bayar Roti Terkenal karena Nggak Bisa Pakai QRIS

21 Desember 2025
Potensi Wisata Indramayu yang Belum Tergarap Maksimal (Wikimedia)

Potensi Wisata Indramayu yang Belum Tergarap Maksimal

21 Desember 2025
Perpustakaan Harusnya Jadi Contoh Baik, Bukan Mendukung Buku Bajakan

Perpustakaan di Indonesia Memang Nggak Bisa Buka Sampai Malam, apalagi Sampai 24 Jam

26 Desember 2025
Derita Jadi Pustakawan: Dianggap Bergaji Besar dan Kerjanya Menata Buku Aja

Derita Jadi Pustakawan: Dianggap Bergaji Besar dan Kerjanya Menata Buku Aja

23 Desember 2025
Alasan Posong Temanggung Cocok Dikunjungi Orang-orang yang Lelah Liburan ke Jogja

Alasan Posong Temanggung Cocok Dikunjungi Orang-orang yang Lelah Liburan ke Jogja

27 Desember 2025
Dosen Pembimbing Nggak Minta Draft Skripsi Kertas ke Mahasiswa Layak Masuk Surga kaprodi

Dapat Dosen Pembimbing Seorang Kaprodi Adalah Keberuntungan bagi Mahasiswa Semester Akhir, Pasti Lancar!

25 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Kala Sang Garuda Diburu, Dimasukkan Paralon, Dijual Demi Investasi dan Klenik
  • Pemuja Hujan di Bulan Desember Penuh Omong Kosong, Mereka Musuh Utama Pengguna Beat dan Honda Vario
  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.