Salah satu doktrin untuk membenarkan keputusan nikah muda adalah agar terhindar dari dosa maksiat dan membuka pintu rezeki. Namun, benarkah begitu?
“Jika menikah itu membuka pintu rezeki, kenapa banyak yang cerai karena masalah ekonomi?”
-unkonown-
Kutipan di atas saya temukan di postingan Instastory adik tinggat kuliah. Kutipan di atas juga didukung release data oleh Katadata yang mengatakan bahwa tren perceraian di Indonesia setiap tahunnya meningkat. Alasan cerai karena faktor ekonomi menempati urutan kedua dengan 110.909 kasus.
Meme nikah muda ini akrab sekali di beberapa kalangan masyarakat. Salah satunya, yang paling dekat adalah mahasiswa mahasiswa S1 karena saya mengalaminya. Karena menurut saya postingan, meme yang perempuannya diseret oleh laki-laki ke KUA atau sebaliknya sangat tidak pantas. Kenapa harus diseret-seret sih.
Padahal kita semua adalah manusia yang harus diperlakukan secara humanis. Berdaulat atas kehendak dan tubuh sendiri. Meme nikah muda, biasanya singkat, padat dan serta memiliki tujuan yang jelas, yaitu mengajak menikah muda seusai pendidikan S1 selesai. Salah satu tulisan yang saya ingat misalnya, “Nggak sanggup mengerjakan skripsi, sudah sinini dek sama abang ke KUA saja,” ataupun “Abang belum mapan dek, mari kita berjuang bersama.”
Lalu, bagaimana, dengan yang memilih jomblo, belum berminat menikah, dan berjuang dengan mimpinya. Apakah pintu rezekinya akan tertutup begitu saja. Wallahualam, kemudian saya ingin bertanya juga apakah pintu menuju rezeki hanya satu?
Mungkin benar bahwa menikah adalah membuka pintu rezeki. Namun, pada pratiknya menurut saya tidak dialami oleh semua orang atau pasangan. Ada memang dengan menikah pemasukannya meningkat, seperti setelah pernikahnnya viral diundang ke berbagai acara talkshow. Permintaan endors meningkat. Melalui romantisme yang mereka tampilkan saja sudah bernilai cuan.
Mimpi kisah nikah muda viral sehingga kehidupan berumah tangga bisa dijadikan konten tentu sah-sah saja. Namun, menggunakan rezeki sebagai pembenaran nikah muda itu tidak bijak. Padahal, menikah bukan sekadar menyatukan 2 tabungan. Namun, menyatukan manusia dalam 1 ikatan yang suci.
Alhasil, banyak yang cuma ikut euforia saja. Cuma membebek sama mimpi nikah muda yang absurd banget. Tidak semua kisah nikah muda berakhir dengan gelimang harta. Atau, setidaknya kebutuhan sehari-hati tercukupi begitu saja. Meskipun, ada yang bilang kalau sudah menikah, rezeki ada saja. Namun tetap butuh usaha di sana, kan.
Kita juga harus membuka mata pada data tingginya angka perceraian akibat faktor ekonomi dan faktor lainnya seperti kekerasan dalam rumah tangga. Syukur-syukur jika pasangan tersebut belum memiliki anak, bagaimana jika sudah memiliki anak. Karena tidak semua anak yang orang tua bercerai bisa baik-baik saja dan merasa orang tuanya tidak bercerai. Semuanya karena jiwa yang belum matang, tapi dipaksakan menikah.
Nikah muda ya silakan saja, tetapi sebaiknya diiringan perencaanaan keuangan yang bijak dan kesadaran dari setiap pasangan. Mungkin oleh karena itulah beberapa tren di negara maju ada pasangan yang memilih untuk tidak memiliki anak atau menunda keturunan terlebih dahulu. Bukan untuk menentang budaya atau agama. Tapi ingin mengenal satu sama lain, atau menyiapkan kekuatan finansial demi kestabilan rumah tangga.
Pikirkan matang-matang. Sampai matang betul sebelum nikah muda. Dulu, ada teman kuliah yang tiba-tiba menggebu-gebu ingin segera nikah. Ternyata dia baru saja ikut sebuah kajian nikah muda. Acara menjual mimpi tanpa melihat latar belakang masing-masing orang. Lagian, “orangnya” juga suka memakan mimpi mentah-mentah tanpa pikiran yang jernih.
Untungnya niat tersebut ditentang oleh keluarganya karena dianggap hanya keinginan sesaat. Teman saya ini memang belum punya rencana hidup yang betul-betul terencana. Oleh sebab itu, mimpi nikah muda dengan konsep “pintu rezeki” menjadi sangat menggiurkan.
Jangan sampai, kamu memutuskan nikah muda. Namun, pada akhirnya justru bikin sengsara anak orang karena gagal memberikah nafkah yang layak, baik lahir maupun bati. Makin mengerikan kalau kamu gagal menjadi orang tua yang baik. Kasihan keturunanmu.
BACA JUGA Jangan Tertipu Video Tutorial Masak yang (Katanya) Mudah dan Murah! atau Rahma Liasa Zaini tulisan lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.