Siapa yang tak kenal dengan Jalan Malioboro? Kawasan yang terletak tepat di jantung kota Yogyakarta ini merupakan jujugan wajib bagi para pelancong. Malioboro menawarkan berbagai macam wisata, mulai dari wisata belanja, wisata budaya, hingga wisata kuliner.
Tak seperti nama Jalan Jendral Sudirman yang menghiasi hampir di setiap provinsi, nama Jalan Malioboro hanya terdapat di Yogyakarta. Mungkin, itulah yang menyebabkan Malioboro menjadi istimewa. Saking istimewanya Malioboro menjadi kiblat tata ruang bagi kota-kota lain. Nggak percaya? Yuk kita bahas satu per satu.
#1 Desa Kauman Gresik
Desa Kauman yang terletak di Kecamatan Sidayu, Kabupaten Gresik ini sempat viral di media sosial. Bagaimana tidak? Trotoar di kawasan Masjid Kanjeng Sepuh tersebut dipasangi beberapa kursi dan lampu jalan hingga mirip dengan Malioboro. Bahkan, agar feel-nya lebih dapet, setiap akhir pekan terdapat kelompok musisi angklung tradisional yang siap menghibur para pengunjung.
Selain itu, terdapat pedagang kaki lima yang menjajakan aneka camilan. Kudapan khas kota santri seperti bonggolan dan bongko kopyor dapat dengan mudah kita jumpai di sini. Konon saking ramenya, omset para pedagang kini melesat drastis hingga menyentuh ke angka 80%.
Untuk memasuki Desa Kauman ini pengunjung tidak perlu membeli tiket alias gratis. Kini, buruh-buruh pabrik yang sedang bekerja di kawasan industri Gresik asal Yogyakarta atau yang pernah menuntut ilmu di Kota Gudeg tersebut perlu jauh-jauh untuk sekadar bernostalgia.
#2 Jalan HOS Cokroaminoto, Ponorogo
Lain Gresik, lain pula di Ponorogo. Pemerintah Kabupaten Ponorogo mempercantik Jalan HOS Cokroaminoto agar menyerupai Malioboro. Bahkan, tim dari Pemerintah Kabupaten Ponorogo sampai melakukan study tour ke Malioboro yang asli. Diharapkan dengan perubahan wajah di Jalan HOS Cokroaminoto ini dapat meningkatkan roda perekonomian warga Kota Reog.
Layaknya Malioboro yang punya banyak kantong parkir, Jalan HOS Cokroaminoto Ponorogo juga menyiapkan lahan parkir. Lahan parkir tersebut diatur langsung oleh Dinas Perhubungan setempat. Oh iya, di sini juga disediakan banyak spot selfie untuk menarik minat masyarakat.
#3 Jalan Ahmad Yani Kota Tegal
Kosep city walk Malioboro ingin diduplikasi Pemerintah Kota Tegal di Jalan Ahmad Yani. Seperti di Ponorogo, mega proyek ini bertujuan untuk memperkokoh perekonomian warga setempat. Warga Jalan Ahmad Yani awalnya menolak konsep city walk tersebut. Pihak Pemerintah Kota dituding tidak becus dalam masalah sosialisasi dan studi kelayakan untuk proyek yang diperkirakan akan menghabiskan total biaya sebesar Rp9,7 miliar ini.
Aksi protes dilancarkan oleh simpatisan Perkumpulan Penghuni dan Pengusaha Jalan Jenderal Ahmad Yani (P3 JAYA) dengan cara memasang spanduk di sepanjang Jalan Ahmad Yani. Pembabatan pohon rindang demi dibangunnya Maliboro-nya Tegal juga menjadi salah satu kritikan pedas warga setempat terhadap Pemerintah Kota.
Namun, setelah dilakukan desain ulang, warga akhirnya menerima proyek penataan kawasan yang dimulai pada awal November ini. Desain awal yang menggambarkan trotoar selebar 4 meter direvisi menjadi 3,5 meter. Desain revisi juga mencantumkan kendaraan bermotor boleh parkir di sepanjang Jalan Ahmad Yani. Hmmm, makin mirip Jalan Malioboro zaman dulu, ya?
Ketiga contoh di atas merupakan kabar baik bagi dunia wisata Yogyakarta. Setelah munculnya Yogyakarta rasa Ubud, kini Yogyakarta bisa membusungkan dada, di mana Jalan Malioboro yang termahsyur itu kini bisa berekspansi ke kota lain.
Sumber Gambar: Unsplash