Pada 10 Januari 2020 lalu, Erwin Setia menulis artikel menarik, “Kenapa Sih Ada Orang Tega Ngasih Bintang Satu untuk Driver Ojol?” Sebagai driver ojol, dengan tulus saya menyampaikan terima kasih atas simpati dan empati Mas Erwin Setia. Semoga apa yang ditulisnya bisa menjadi pencetus gerakan #nobintangsatu buat driver ojol. Dengan begitu, bayangan suspend karena bintang satu atau komentar customer, tidak lagi menghantui para driver ojol.
Btw, tidak hanya customer yang bisa memberikan rating. Driver ojol‒khususnya Gojek‒juga bisa memberi rating kepada customer. Memang, rating tersebut seakan-akan tidak berpengaruh apa-apa terhadap akun costumer. Customer dengan rating kurang dari 4.0 dari 5.0 masih bisa menggunakan aplikasinya. Padahal untuk driver, rating 4.3 ke bawah adalah ancaman, tidak tanggung-tanggung ancamannya putus mitra.
Customer memang tidak tahu berapa ratingnya, kalau tidak tanya driver, dan komentar apa saja dari para driver. Namun, di lapangan rendahnya rating customer berpengaruh pada keputusan driver, apakah orderan akan diambil atau tidak? Biasanya, ketika driver mendapatkan customer dengan rating jelek (≤ 4,5 dari 5), ia merasa ragu untuk membawa customer tersebut. Dengan rating rendah, rata-rata driver sudah mempunyai bayangan seperti apa customer yang hendak dibawa. Sebaliknya, bila rating customer bagus, driver akan lebih bersemangat dalam mengambil orderan.
Ada beberapa alasan kenapa driver tega memberi rating rendah atau bintang satu kepada customer-nya. Tentu saja penilaian customer ini bersifat subjektif. Pada customer yang sama dengan kelakuan yang sama, penilaian driver bisa jadi berbeda-beda.
Bintang satu biasanya diberikan driver kepada customer yang berat badannya over. Seratus kilogram ke ataslah. Terkait hal ini saya pernah punya pengalaman tidak mengenakkan. Saya pernah membawa customer dengan bobot lebih dari 100 kilogram. Mau di-cancel, orangnya sudah megangin motor. Mau tidak mau ya dibawa. Akibatnya shockbreaker saya langsung jebol. Ongkos cuma Rp10.400 hasilnya shock bocor. Sudah gitu, tidak ngasih uang tip sama sekali. Benar-benar dah tuh customer.
Pada customer dengan berat badan berlebih seperti itu memang masih ada driver yang ngasih bintang 3 atau 4. Tapi, biasanya customer itu enak diajak ngobrol atau pas turun ngasih tip yang pantas. Atau ada juga driver yang memberikan bintang 5. Alasannya biar rating customer tidak terlalu jeblok dan ada driver lain yang jadi korban. Kampret memang driver seperti ini hahaha….
Bintang satu juga diberikan driver pada customer yang bawel, minta mampir ke beberapa tempat. Tujuan yang bisa ditempuh selama 10 menit menjadi 30 menit atau lebih. Apalagi ketika turun cuma bilang terima kasih tanpa kompensasi apa-apa atas jasa menunggu. Bahkan ada juga customer seperti ini yang ketika turun langsung ngacir, tanpa mengucap satu kata pun. Customer seperti ini memang layak dapat bintang satu, iye kan?
Teman saya pernah di-suspend karena komentar customer yang mengadu kalau dirinya diturunkan sebelum sampai tujuan. Padahal menurut teman saya, ia sudah mengantar penumpang sesuai tujuan di aplikasi. Namun, si customer ngotot minta diantar sampai rumah, yang mana jarak dari tujuan di aplikasi dengan rumahnya masih sekitar 2 kilometer. Jelas teman saya tidak mau, meskipun customer mengancam akan melaporkan ke pihak Gojek. Setelah banding, ternyata pihak Gojek menganggap bahwa customer-lah yang bersalah, tentunya setelah kedua pihak dimintai keterangan. Customer seperti ini memang layak dikasih bintang satu.
Bintang satu juga diberikan driver pada customer yang terlalu rajin. Misalnya, dia sudah ngorder ketika belum mandi atau sedang sarapan. Akibatnya driver harus rela menunggu lebih lama hanya untuk menunggu dia siap berangkat. Kalau menunggu 5-10 menit masih bisa dimaklumi. Tapi kalau sampai 30 menit lebih, ya wassalam. Hanya driver dengan kesabaran ekstra yang mau menunggu. Itu pun dengan balasan bintang satu untuk customer tersebut.
Sepertinya beberapa hal tersebut yang membuat driver memberikan bintang satu kepada customer secara objektif. Jika customer judes, jutek, atau sikap menyebalkan lainnya masih bisa dimaklumi oleh driver. Kalaupun driver memberikan bintang satu, mungkin dia sedang mempunyai masalah sendiri.
Semoga Anda tidak termasuk tipe-tipe customer seperti di atas. Walau bagaimanapun driver dan customer saling membutuhkan. Hubungan mutualisme harus berlaku di sini. Memang sudah seharusnya driver menjalankan tugasnya dengan baik, dan customer mendapatkan pelayanan bintang lima.
BACA JUGA Sikap Customer yang Menyusahkan Driver Ojek Online atau tulisan Riswandi lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.