Ngenesnya Jadi Mahasiswa Rantau yang Nggak Punya Sepeda Motor, Mau Pulkam Susah, Nyari Kos Juga Harus Selektif

Ngenesnya Jadi Mahasiswa Rantau yang Nggak Punya Sepeda Motor, Mau Pulkam Susah, Nyari Kos Juga Harus Selektif

Ngenesnya Jadi Mahasiswa Rantau yang Nggak Punya Sepeda Motor, Mau Pulkam Susah, Nyari Kos Juga Harus Selektif

Sepeda motor, tidak bisa dimungkiri, adalah hal paling penting bagi mahasiswa rantau. Tanpanya, kami ribet!

Kampus-kampus negeri terkenal pasti mahasiswanya banyak yang berasal dari luar daerah. Mau itu cuma dari kabupaten sebelah sampai dari pulau lain. Mereka juga beragam, ada yang orang tuanya konglomerat, ada yang kelas menengah, sampai kurang mampu.

Tapi dari yang saya lihat cukup banyak mahasiswa perantauan yang punya kendaraan. Minimal motor matic, lah. Kalau anak konglomerat malah biasanya bawa mobil mewah dan punya iPhone 15 Pro Max.

Bukan berarti semua mahasiswa perantauan pasti punya kendaraan, khususnya sepeda motor, contohnya saya. Dan karena keterbatasan ini saya harus memutar otak untuk melakukan beberapa hal. Pokoknya nggak punya motor di perantauan itu cukup menyulitkan, percaya sama saya.

Ke mana-mana harus naik kendaraan umum atau nebeng teman

Kalau kamu nggak punya sepeda motor, biasanya mode transportasi itu cuma ada tiga, jalan kaki, diboncengin teman, atau naik kendaraan umum. Ya kalo bepergiannya nggak jauh-jauh amat, sih nggak apa-apa jalan kaki. Tapi kalau sampai 12 atau 20 kilometer? Ya mau nggak mau harus pake pilihan kedua dan ketiga.

Dan percayalah, nebeng teman terlalu sering itu nggak nyaman. Apalagi kalau kamu orangnya nggak enakan. Gimana, ya walaupun nanti bisa aja kamu yang nyetir dan kamu beliin bensin tapi kalau tiap mau pergi selalu minta anter atau jemput kan belum tentu teman kita sempat juga.

Kendaraan umum juga sering nggak reliable, yang ngetem lah, yang nyampe tujuannya lebih lama karena muter lah, yang sering penuh lah, yang terhalang jam operasi lah. Pokoknya sering malesin. Kalau duitnya segudang, sih mungkin bakal naik ojek online, tapi kalau yang duitnya pas-pasan rasanya sayang mesen ojek online.

Mungkin ojek online hanya digunakan di saat terburu-buru atau urgent. Di saat-saat itulah saya sangat kangen dengan kendaraan pribadi.

Nyari kos juga jadi lumayan ribet tanpa sepeda motor

Nggak cuma masalah mobilitas, pilihan kos otomatis juga lebih sedikit. Mau nggak mau kita harus nyari kos yang jaraknya deket dari kampus. Risikonya? Ya bisa-bisa dapet kos yang agak mahal, misal dapet kos murah biasanya kualitasnya agak gimana.

Oh, iya jangan lupa saat pindahan kos. Wah, ribetnya minta ampun. Sepengalaman saya cuma ada dua cara biar kalian bisa pindahan saat nggak punya sepeda motor. Pertama, minta bantuan temen, itupun kalau ada yang mau. Kedua, bayar jasa pindahan kos, biasanya banyak di daerah kampus.

Tentunya kalau punya motor kita nggak perlu mikirin dua hal itu. Mau cari kos murah? Bisa cari yang agak jauhan dari kampus, gampang kan punya motor. Mau pindahan? Barangnya kan bisa ditaro di motor, nggak pusing.

Kalau mau pulang kampung kadang mikir dua kali

Buat pulang kampung, sepeda motor dan kendaraan pribadi juga cukup membantu. Apalagi kalau bawaannya banyak. Misal nggak punya motor satu-satunya jalan untuk pulang adalah dengan cari tebengan (kalau ada yang mau) atau naik kendaraan umum macam kereta, bis, atau travel.

Ya sebenarnya yang punya motor pun nggak jarang mudik naik kendaraan umum. Tapi seenggaknya pilihan transportasinya lebih banyak. Kalau buru-buru atau pulang cuma sehari dua hari bisa naik motor. Kalau lagi males naik motor bisa naik kendaraan umum.

Naik motor buat mudik juga lebih fleksibel dan hemat. Banyak yang mudik naik motor sembari jalan-jalan ke tempat wisata atau sekadang main ke rumah teman lama. Dalam beberapa kesempatan mudik naik motor juga lebih hemat. Contohnya saya, mudik naik motor dari Semarang sampai Wonosobo cuma habis 30 sampai 50 ribu. Naik kereta, bis, atau travel? Bisa 100 sampai 300 ribu, kalau naik kereta pun turunnya di kabupaten sebelah, Kebumen.

Buat mahasiswa rantau yang duitnya pas-pasan 300 ribu itu bukan jumlah yang sedikit, lho. Akhirnya? Ya sekarang saya memilih untuk jarang pulang kecuali lebaran atau ada urusan penting. Mending duitnya ditabung buat makan dan bayar kos.

Sepeda motor memang sepenting itu

Sebagai mahasiswa, kehadiran sepeda motor memang sangat penting bagi saya. Kendaraan roda dua tersebut sangat membantu dalam berbagai situasi. Walaupun memang ada biaya tambahan kayak bensin dan service, tapi saya nggak masalah. Dengan adanya motor kegiatan-kegiatan saya bisa lebih lancar dan mudah.

Tapi mau gimana lagi, memang keadaannya begini. Mau nggak mau saya harus beradaptasi dengan segala kesulitan ini. Namanya hidup, namanya kuliah, disyukuri saja. Buat teman-teman mahasiswa yang tidak ada motor kalian juga harus tetap semangat. Kerja keras kalian nantinya bakal terbalaskan, kok!

Penulis: Arzha Ali Rahmat
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Panduan Bikin Proker KKN yang Diharapkan Warga Desa, Nggak Perlu Muluk-Muluk Entaskan Kemiskinan

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Exit mobile version