Awalnya saya kira penjual nasi goreng di Palembang kurang memberikan bumbu, eh, ternyata memang rasanya hambar!
Lantaran lama tinggal di Jogja, lidah saya jadi terbiasa dengan masakan Jawa, atau masakan yang bercita rasa dominan manis. Selain itu, masakan yang kaya akan rempah lokal, bumbunya tak terlalu pedas juga familier di lidah. Bagi saya, rasa masakan Jogja memiliki ciri khas tersendiri.
Akan tetapi di Palembang saya merasakan hal berbeda, terutama dalam hal cita rasa masakan. Ini sedikit membuat saya gegar budaya. Kalau bahasa kerennya sih culture shock.
Berhubung nasi goreng adalah makanan favorit saya, maka makanan yang sering saya beli ya nasi goreng. Sudah berkali-kali saya mencicipi hidangan ini di Palembang. Tentunya di warung makan yang berbeda-beda. Ternyata saya menemukan fakta terdapat perbedaan antara nasi goreng di Jawa dengan di Palembang.
Nasi goreng di Palembang rasanya hambar seperti kurang bumbu
Saat pertama kali mencoba nasi goreng di Palembang, saya kira penjual kurang memberikan bumbu. Soalnya rasa nasinya hambar. Namun ketika mencoba makan di tempat lain, ternyata rasanya sama saja. Sama-sama hambar dan bumbu rempahnya kurang kuat.
Bumbu bawangnya tak terasa. Dari segi aroma pun tak tercium aroma bawang. Padahal bawang adalah bumbu wajib nasgor. Memasak nasi goreng tanpa bawang rasanya kurang sempurna.
Entah memang ciri khas nasgor di Palembang hambar begitu atau gimana, saya kurang tahu persis. Yang jelas rasanya kurang cocok di lidah Jogja saya.
Telur disajikan terpisah
Umumya, telur dalam nasi goreng dicampur bersama bumbu. Namun di Palembang tidak demikian. Di sini telur disajikan secara terpisah sebagai pelengkap. Biasanya dibuat telur dadar, tapi ada juga sebagian yang dibuat telur ceplok.
Bagi saya ini unik. Tanpa kita request secara khusus, telur sudah disajikan terpisah. Berbeda dengan di Jogja, Anda perlu memberi tahu penjual jika menginginkan telur dan nasi goreng disajikan terpisah.
Nasi goreng di Palembang diberi tambahan topping teri
Bagi saya ini sulit ditemui di Jogja: nasi goreng dengan topping teri. Soalnya nasgor di Jogja umumnya menggunakan topping ayam, kadang juga sosis, bakso, dan lain-lain.
Sementara itu di Palembang, mayoritas nasgor diberi topping ikan teri. Ini jelas menambah cita rasa yang unik. Di setiap suapan, Anda akan mendapatkan rasa asin dari teri. Bagi saya, rasa asin ini lumayan bisa menetralkan rasa hambar hidangan ini.
Kerupuknya beda
Kerupuk adalah pelengkap wajib makanan Indonesia. Rasanya ada yang kurang kalau makan tanpa kerupuk. Nasi goreng pun biasanya disajikan dengan kerupuk agar lebih sempurna.
Awalnya saya mengira kerupuk untuk hidangan nasgor di semua daerah itu sama. Sama-sama menggunakan kerupuk bawang kecil itu, lho. Tapi saya salah. Soalnya nasgor di Palembang ternyata tidak menggunakan kerupuk bawang seperti di Jawa, melainkan kerupuk kemplang.
Kerupuk kemplang adalah kerupuk ikan khas Palembang. Kerupuk ini terbuat dari campuran ikan tenggiri atau ikan gabus. Rasanya gurih dan renyah. Ditambah ada rasa dan aroma ikan yang kuat. Jadi, kerupuk kemplang ini kurang cocok bagi Anda yang tidak doyan ikan.
Itulah pengalaman saya makan nasi goreng di Palembang. Apa yang saya bagikan di sini adalah sudut pandang pribadi saya sebagai orang Jogja. Tidak cocok di saya belum tentu juga tidak cocok buat Anda, begitu pun sebaliknya. Bisa jadi saya belum menemukan nasgor yang cocok di lidah.
Maka saya sarankan Anda tetap mencicipi hidangan ini kalau datang ke Palembang. Siapa tahu Anda malah menyukainya.
Penulis: Muhammad Ubaidillah Hanan
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA 4 Hal Sepele tapi Sukses Membuat Penjual Nasi Goreng Sedih
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.




















