Saya adalah penggemar berat nasi goreng. Bahkan, di Terminal Mojok saja, saya sudah beberapa kali menulis artikel yang membahas tentang makanan tersebut. Saking ngefansnya dengan nasi goreng, saya sudah tak mampu lagi menghitung berapa banyak tempat penjual nasi goreng yang pernah saya kunjungi. Maka dari itu, dapat dikatakan saya sudah memiliki pengklasifikasian nasgor sendiri dari yang terlezat, B aja, sampai yang agak kurang berkesan di lidah.
Namun, sejatinya khazanah pengetahuan makanan saya masih sangat cetek. Bahkan, saya baru tahu belum lama ini bahwa ternyata ada jenis makanan lain yang menggunakan nasi yang juga tak kalah sedapnya dengan nasi goreng, yakni nasi gila. Dengan berbekal rasa penasaran di dada, saya lantas beberapa kali memesan menu tersebut di penjual makanan pinggir jalan, baik yang kaki lima ataupun yang berupa toko. Akan tetapi, saya masih belum menemukan nasi gila yang betul-betul mantap dari segi rasa dan mampu menggeser kedudukan nasi goreng sebagai makanan kesukaan saya.
Hingga akhirnya, saya berjumpa dengan Nasi Goreng Liem. Saat itulah, segalanya seketika berubah.
Mungkin ada di antara pembaca artikel ini yang bertanya-tanya: apa, sih, Nasi Goreng Liem itu? Jadi, Nasi Goreng Liem adalah sebuah kedai makanan yang berlokasi di Bogor, tepatnya di Jl. Malabar No.10, RT.06/RW.03, Tegallega, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor, Jawa Barat 16129. Bagi kalian yang masih belum paham lokasinya di mana, pergi saja ke Lippo Plaza Keboen Raya, lalu tak jauh dari situ, kalian akan menemukan jalan setapak (yang agak berkelok-kelok) yang menuju tempat makan tersebut. Atau, kalau masih bingung, ya, kalian coba tanya-tanya saja ke orang sekitar. Ingat kata pepatah, ‘kan? Malu bertanya, sesat di jamban, eh, jalan.
Ketika saya mengatakan bahwa jalan menuju Nasi Goreng Liem agak berkelok-kelok, saya sesungguhnya berusaha untuk memperhalus situasinya. Mengapa? Karena pada kenyataannya, kelokannya ngeri! Kalian harus naik-turun anak tangga yang jumlahnya banyak sekali. Saya bukan orang yang lemah secara fisik, tetapi jujur, untuk mencapai tempat makan tersebut, diperlukan perjuangan yang sama sekali tidak mudah. Itulah mengapa, saya mengatakan Nasi Goreng Liem sebagai tempat “tergila” untuk menikmati sepiring nasi goreng gila. Maklum, rintangan untuk mencapai tempat tersebut memang sangat menantang, Guys. Definisi “hidden gem” yang paling valid, sih, bagi saya.
Ketika sampai di kedai sederhana Nasi Goreng Liem, saya tak membuang banyak waktu dan langsung mengalihkan pandangan ke daftar makanan apa saja yang tersedia di sana. Ternyata, tempat tersebut menyediakan nasi goreng kambing, nasi goreng gila, dan nasi gila. Mengingat status saya sebagai fans berat nasi goreng, tetapi sekaligus tetap ingin mencicipi nasi gila, pilihan saya akhirnya jatuh pada opsi yang kedua, yaitu nasi goreng gila. Win-win solution, lah, ya.
Setelah tuntas memesan, perhatian saya kemudian sepenuhnya dipusatkan kepada cara sang pemilik kedai memasak hidangan tersebut. Satu hal yang menarik perhatian saya adalah penggunaan minyak samin yang setahu saya, tidak lumrah digunakan ketika memasak nasi goreng ataupun nasi gila. Namun, di Nasi Goreng Liem, minyak samin dapat dibilang menjadi faktor X tersendiri yang membuat hasil masakannya berbeda dengan yang lain.
Selagi melihat proses masak-memasak, saya sempat berbincang-bincang dengan si yang empunya kedai. Oleh sebab itu, saya jadi tahu bahwa ternyata Nasi Goreng Liem dahulunya pertama kali dibuka di Jakarta Selatan, tepatnya di Jl. Dharmawangsa Raya No.39b, RT.4/RW.2, Pulo, Kec. Kby. Baru, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12160. Akan tetapi, setelah puluhan tahun berjualan di sana, sang pemilik kedai jatuh sakit dan memutuskan untuk pulang kembali ke Bogor, lantas melanjutkan bisnisnya di sana.
Setelah cukup lama melewati waktu dengan mengobrol, tanpa terasa nasi goreng gila saya telah berpose dengan begitu menggoda di atas piring. Kebetulan, saya memesan nasi goreng gila dengan tambahan daging kambing dan petai, sehingga godaan untuk segera memulai proses menyantap makin tak terhindarkan. Benar saja, ketika suapan pertama masuk ke dalam mulut, wah, detik itu juga saya berkata, “Ini adalah nasi goreng sekaligus nasi gila terbaik yang pernah saya cicipi!”
Saya tidak melebih-lebihkan, tetapi jujur, saya tak menemukan kekurangan apa pun dalam hidangan tersebut. Porsinya besar sekali, sangat cocok untuk mahasiswa pra-sejahtera seperti saya yang kalau makan pasti tak lupa untuk mengutamakan aspek kekenyangan. Lalu, untuk urusan kocek, tenang saja, harga satu porsi nasi goreng gila dengan banyak tambahan seperti yang saya pesan dapat dikatakan masih sangat terjangkau, yakni seharga Rp25.000. Masih pas, lah, ya, di dompet.
Lantas, bagaimana dengan kualitas rasanya? Apakah memuaskan? Ataukah justru mengecewakan seperti jawaban gebetan ketika kamu tembak?
Yah, bagi saya, rasa nasi goreng gila yang dijual di Nasi Goreng Liem ini adalah opsi yang pertama, yakni memuaskan. Sangat memuaskan, bahkan. Seperti yang telah saya katakan sebelumnya, kehadiran minyak samin betul-betul menjadi faktor X yang membuat rasanya berbeda dengan kedai makan nasi goreng atau nasi gila lainnya.
Pada setiap suapan, saya dapat merasakan kegurihan dan keharuman tersendiri yang disebabkan oleh minyak samin tersebut. Bahkan, ketika dimakan secara murni tanpa lauk sama sekali, nasi gorengnya sudah terasa begitu lezat dan kalau kata mendiang Pak Bondan, “Pokoke maknyus”. Selain itu, bagian “gilanya” yang terdiri dari sosis, bakso, dan telur juga benar-benar nikmat di lidah. Rasanya gurih dan mampu berkombinasi secara sempurna ketika saya cicipi. Jangan lupakan pula daging kambing dan petai yang menjadi icing on the cake dan sukses memperkaya citarasa dari hidangan penuh kelezatan tersebut.
Maka dari itu, bagi kalian yang tinggal atau kebetulan sedang berada di Bogor dan tidak tahu mesti mengisi perut dengan makanan apa, saya sangat menyarankan Nasi Goreng Liem sebagai destinasi yang harus kalian kunjungi. Namun, saya peringatkan kepada kalian yang memiliki masalah dengan kaki seperti misalnya, tidak kuat untuk berjalan di area yang menanjak-nanjak, saya pikir kalian akan kesulitan untuk mencapai kedai makan hidden gem yang satu ini.
Namun, jika kalian memang petarung dan petualang, plus ingin pergi berburu nasi gila atau nasi goreng gila di lokasi yang sama “gilanya”, jangan ragu untuk merapat ke Nasi Goreng Liem. Percayalah, perjuangan kalian akan terbayar sempurna begitu hidangan tersebut sudah sampai di dalam mulut kalian.
Tapi ingat, datangnya jangan sebelum jam empat sore, ya. Belum buka soalnya. Hehehe.
Penulis: Bintang Ramadhana Andyanto
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Kenapa Nasi Goreng Jadi Menu Aman yang Dipesan Banyak Orang Saat Makan di Restoran?