Beberapa hari lalu adalah salah satu momentum penting dalam hidup saya. Untuk pertama kalinya, saya pergi dari Kediri ke Malang seorang diri menggunakan bus. Bagi beberapa orang Jawa Timur yang sering nglaju, pengalaman naik bus Bagong rute Kediri-Malang mungkin tidak ada artinya. Namun, bagi saya yang selama hidup tinggal di pelosok Kediri, pengalaman ini jadi semacam titik balik.
Saya ke Malang untuk kursus bahasa Arab setiap hari Sabtu dan Minggu selama 3 bulan. Saya tidak ngekos, itu mengapa selama 3 bulan ini saya akan bolak-balik Kediri-Malang menggunakan bus Bagong. Banyak orang, termasuk keluarga dan para tetangga, mempertanyakan keputusan saya kursus bahasa Arab. Namun, niat saya sudah terlanjur bulat. Hati ini tiba-tiba sangat ingin menguasai bahasa Arab hingga nantinya bisa membaca kita-kitab Arab dan menerjamahkan ayat Al-Qur’an.
Saat yang dinanti-nanti tiba
Ayah yang masih berat hati melepas saya melakukan perjalanan ke Malang akhirnya mau mengantar ke pertigaan jalan raya di Kandangan yang biasa jadi titik transit bus Bagong. Pertigaan ini memang strategis jadi titik transit bus karena menghubungkan 3 kabupaten yaitu kabupaten Kediri untuk arah barat, Malang untuk arah selatan, dan Jombang untuk arah timur. Di sana sudah ada bus Bagong yang ngetem menunggu para penumpangnya.
Bagi yang belum tahu, PO Bagong adalah salah satu operator bus ternama di daerah Jawa Timur. Perusahaan otobus asal Malang ini menjadi andalan warga Jawa Timur karena rutenya yang bisa mencapai Malang, Kediri, Jombang, Surabaya, Trenggalek, hingga Pacitan. Terlebih, harga tiket bus satu ini begitu ramah di kantong, apalagi untuk kelas ekonomi saya naiki.
Perjalanan Kediri-Malang memakan waktu sekitar 2 jam dengan kecepatan rata-rata. Melintasi tiga kecamatan dan satu kota yaitu Kecamatan Kasembon, Ngantang, Pujon dan Kota Batu. Ongkosnya cukup murah, hanya Rp35.000 saja.
Jadi pengalaman paling “membagongkan” dalam hidup
Kalau boleh meminjam istilah anak mudah zaman sekarang, perjalanan pertama bersama bus Bagong ini menjadi pengalaman paling “membagongkan” dalam hidup. Pengalaman paling unik, aneh, absurd yang saya yakin sangat nggak cocok dengan genre hidup saya yang selama ini lempeng-lempeng aja.
Saat awal-awal perjalanan, saya berupaya duduk nyaman dan memejamkan mata sambil berusaha berdzikir dalam hati. Itu semua tidak mudah karena selama 30 menit pertama perjalanan, badan ini rasanya aneh, tidak enak. Angin dan hawa dingin yang teramat sangat mengoyak perut hingga tidak sengaja saya mengeluarkan gas, alias kentut.
Saya malu setengah mati. Kentut sembarang di tempat umum tidak pernah sekalipun terbayangkan di hidup saya. Namun, saya hanya bisa memilih bodo amat sambil menenangkan diri supaya badan tetap nyaman. Untung saja, perut saya yang kosong sedari pagi membuat kentut tidak begitu berbau, samar-samar saja.
Saya kira sisa perjalanan akan terasa lebih nyaman karena saya sudah membuang “beban” yang sedari tadi ditahan-tahan di tubuh. Nyatanya tidak, saya masih saja kedinginan sepanjang jalan, apalagi saya tidak pakai jaket. Sepanjang perjalanan saya cuma bisa pasrah dengan mata terpejam. Sepertinya badan ini kaget, saya memang jarang melakukan perjalanan jauh kalau tidak karena terdesak kepentingan sekolah, kerja, atau keluarga.
Syukurnya, sampai di Malang dengan selamat
Setelah perjalanan yang terasa seperti tidak ada akhirnya itu, kernet bus Bagong akhirnya meneriakkan Terminal Landungsari. Perlahan saya turun dari bus dan mematung sejenak. Tidak pernah disangka, saya bisa sampai di Malang. Daerah yang hanya berjarak 2 jam dari Kediri, tapi terasa begitu asing bagi saya. Bagi saya, semua daerah yang tidak saya mengerti arah mata anginnya adalah daerah yang asing.
Selama 15 menit kemudian, saudara datang untuk menjemput. Pertanyaan pertama yang dia lontarkan, “tadi mabuk tidak?” Ternyata bus yang satu ini, terutama yang kelas ekonomi, terkenal dengan ketidaknyamannya sehingga banyak penumpang yang punya pengalaman mabuk darat ketika bersama PO Bagong. Saya tidak sendiri dan kenyataan ini sedikit mengobati rasa malu atas pengalaman “membagongkan” tadi.
Akan tetapi, efek dari kata-kata saudara saya itu tidak berlangsung lama karena saya menyadari harus pulang dengan bus yang sama nanti. Saya juga masih bolak-balik dengan bus Bagong hingga tiga bulan ke depan. Doakan saya perlahan bisa berdamai dengan segala ketidaknyaman bus satu ini, atau mungkin, mengendarai motor sendiri rasa-rasanya lebih baik.
Penulis: Erna Septiana
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA Trauma Perjalanan Darat Toraja-Makassar Sirna Berkat Sleeper Bus Reitama Trans
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.




















