Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Featured

Nadiem Makarim, Kita Lebih Membutuhkan Program Merdesa Belajar Sebelum Merdeka Belajar

Seto Wicaksono oleh Seto Wicaksono
28 Juli 2020
A A
Nadiem Makarim dan Teks Pidato untuk Hari Guru yang Penuh dengan Harapan Baru MOJOK.CO

Nadiem Makarim dan Teks Pidato untuk Hari Guru yang Penuh dengan Harapan Baru MOJOK.CO

Share on FacebookShare on Twitter

Pak Nadiem Makarim, apakah Bapak tahu makna kata “merdesa”. Mengutip KBBI, kata “merdesa” artinya ‘pantas’ atau ‘layak’. Hmm…kira-kira Bapak sudah tahu saya mau bicara soal apa, kan….

Sampai saat ini, sudah cukup sering saya melakukan proses wawancara kerja dengan mantan pengajar honorer. Posisi yang mereka lamar beragam. Ada yang sebagai admin, staf call center, marketing, dan lain sebagainya.

Saya selalu menanyakan hal yang sama ketika berkesempatan melakukan proses wawancara kerja dengan para pengajar-pengajar muda yang statusnya masih honorer. Kenapa mereka lebih memilih bekerja secara kantoran, apakah dalam waktu mendatang memang tidak ingin mengajar kembali?

Mohon maaf sebelumnya, Bapak Nadiem Makarim yang saya hormati, jawaban yang mereka berikan saat proses wawancara kerja sangat, sangat, sangat menyayat hati.

“Saya mencintai dunia pendidikan, Pak. Saya juga suka mengajar. Tapi, saya juga harus bisa menghidupi diri saya sendiri. Gaji sebagai pengajar honorer yang saya terima berkisar ratusan ribu, tidak cukup menghidupi saya. Jadi, saya mencoba bekerja di kantor saja, Pak.”

Yang menjawab dengan kalimat serupa bukan hanya satu kandidat (yang sebelumnya bekerja sebagai pengajar honorer), Pak Nadiem Makarim. Tapi, ada cukup banyak. Mereka banting stir, karena belum merasa merdesa dalam kegiatan belajar-mengajar, khususnya dari segi penghasilan.

Moto soal, “Merdeka Belajar, Guru Penggerak” belum bisa betul-betul menjadi motor bagi para pengajar. Jadi, harus berapa banyak lagi pengajar honorer yang berkeluh kesah soal penghasilannya dan pada akhirnya harus mundur sebagai guru—salah satu di antara banyak pekerjaan mulia di dunia ini—Pak Nadiem Makarim?

Ibu saya, yang berprofesi sebagai guru di salah satu sekolah dasar pun pernah menyampaikan keluh kesahnya kepada saya,

Baca Juga:

Jangan Bilang Gen Z Adalah Generasi Anti Guru, Siapa pun Akan Mikir Berkali-kali untuk Jadi Guru Selama Sistemnya Sekacau Ini

Kantin Sekolah Adalah Penyelamat Guru yang Gajinya Rata dengan Tanah

“Ibu suka kasihan lihat pengajar honorer. Tugas kurang lebih sama. Tapi, miris kalau tahu pemasukannya. Untung masih punya semangat ngajar.”

Ibu bercerita demikian, karena beberapa pengajar honorer sering curhat kepada Ibu, tentang kondisi mereka dan harapan akan perubahan di waktu mendatang terkait kesejahteraan pengajar honorer.

Itu baru cerita dari para guru/pengajar honorer kita, Pak Nadiem Makarim. Belum lagi soal infrastruktur yang belum merata, juga keterbatasan media belajar daring yang digadang-gadang akan memudahkan proses belajar.

Beberapa murid Ibu di sekolah masih kesulitan menerapkan belajar dari rumah untuk mengikuti kelas daring, Pak Nadiem Makarim. Di beberapa media, bahkan terlihat pelajar hingga mahasiswa harus belajar di pinggir jalan, hanya untuk mendapat sinyal yang stabil. Di tempat lain, banyak siswa yang terpaksa meminjam hape agar tetap bisa mengikuti kelas daring.

Kita sudah merdeka, Pak Nadiem Makarim. Merdeka belajar bisa diterapkan kapan pun. Tapi, hal itu harus diimbangi juga dengan merdesa belajar. Belajar dengan layak dan sebagaimana mestinya.

Bagaimana pelajar atau para mahasiswa bisa merdeka dalam belajar, jika mereka belum merdesa saat belajar, Pak Nadiem?

Hal ini tidak bisa dipisahkan dengan privilege. Dan setiap orang memiliki privilege yang berbeda satu sama lain, Pak. Tentu saja tidak bisa disamaratakan. Seseorang boleh jadi mengerjakan sesuatu yang sama, tapi memulai dari garis mula yang berbeda. Kesenjangan dalam dunia pendidikan pun tidak bisa dielakkan.

Katanya, konsep merdeka belajar tidak bisa dipisahkan dari suasana belajar yang bahagia dan tanpa dibebani oleh pencapaian skor tertentu. Nyatanya, suasana belajar yang nyaman masih menjadi hal langka bagi sebagian murid di pedesaan. Dunia pendidikan kita mungkin sudah merdeka, Pak Nadiem Makarim. Hanya saja, dalam banyak hal, apalagi soal fasilitas dan infrastruktur, mohon maaf, Pak. Masih jauh dari kata merdesa.

Ketersediaan peralatan belajar secara online termasuk kendala jaringan internet masih menjadi persoalan klise yang belum ada solusi sampai dengan saat ini. Padahal, itu menjadi salah satu akar yang mestinya dibenahi terlebih dahulu sebelum akhirnya para pengajar dan para murid saling berkolaborasi dalam merdeka belajar.

Jauh sebelum itu, saya pikir, para pengajar dan murid harus merasakan merdesa belajar terlebih dulu. Agar tidak memiliki beban saat kegiatan belajar-mengajar berlangsung. Bagaimana mau menghasilkan output yang maksimal jika dalam prosesnya saja masih terhambat persoalan ini dan itu.

Ada baiknya, langkah visioner dalam dunia pendidikan di Indonesia diimbangi dengan penyelesaian segala akar persoalan yang sampai dengan saat ini masih jalan di tempat. Tempat belajar yang nyaman dan merata, akses yang mudah dicapai, ketersediaan kelengkapan belajar di sekolah, kelayakan gaji guru honorer, dan lain sebagainya.

Bagaimana kemerdekaan dalam berpikir akan diraih oleh para guru ketika mengajar, jika mereka masih memikirkan kesejahteraan diri, juga memikirkan nasib para murid yang belum mendapatkan fasilitas yang dibutuhkan dalam proses belajar, Pak Nadiem Makarim?

BACA JUGA Toott… Toott… Uwiiww… Uwiiww…. Sirine Kadang Menyebalkan Tapi Eiitsss Lihat Dulu Siapa yang Lewat dan tulisan Seto Wicaksono lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 28 Juli 2020 oleh

Tags: gaji gurugaji guru honorerGuru Honorermerdeka belajarmerdesanadiem makarim
Seto Wicaksono

Seto Wicaksono

Kelahiran 20 Juli. Fans Liverpool FC. Lulusan Psikologi Universitas Gunadarma. Seorang Suami, Ayah, dan Recruiter di suatu perusahaan.

ArtikelTerkait

4 Tipe Orang yang Nggak Cocok Jadi Guru, Sebaiknya Cari Profesi Lain kalau Nggak Ingin Menyesal Seumur Hidup Mojok.co

4 Tipe Orang yang Nggak Cocok Jadi Guru, Sebaiknya Cari Profesi Lain kalau Nggak Ingin Menyesal Seumur Hidup

29 Mei 2024
Superapp Merdeka Mengajar, Alasan Nadiem Makarim Jadi Menteri Pendidikan Terbaik setelah Reformasi

Superapp Merdeka Mengajar, Alasan Nadiem Makarim Jadi Menteri Pendidikan Terbaik setelah Reformasi

24 September 2022
pak prabowo Menteri Kabinet Indonesia Maju

Menteri Kabinet Indonesia Maju: Pak Jokowi Suka Bikin Kejutan, Ah.

24 Oktober 2019
pjj kurikulum darurat mendikbud nadiem makarim duganti reshuffle menteri dan najwa shihab

Nunggu Bisikan Najwa ke Nadiem: “Jadikan Kampus Cerdikiawan, Jangan Cendikiawan”

28 Oktober 2019
guru kampung

Surat Cinta Dari Guru Honorer di Kampung: Hadiah Spesial Untuk Bapak Jokowi

21 Juni 2019
Guru Asing di SMA Garuda, Lelucon Dunia Pendidikan di Awal Tahun yang Berpotensi Jadi Masalah Besar di Kemudian Hari lembaga pendidikan swasta guru honorer, sekolah swasta

Guru Asing di SMA Garuda, Lelucon Dunia Pendidikan di Awal Tahun yang Berpotensi Jadi Masalah Besar di Kemudian Hari

12 Januari 2025
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Gak Daftar, Saldo Dipotong, Tiba-tiba Jadi Nasabah BRI Life Stres! (Unsplash)

Kaget dan Stres ketika Tiba-tiba Jadi Nasabah BRI Life, Padahal Saya Nggak Pernah Mendaftar

21 Desember 2025
Drama Puskesmas yang Membuat Pasien Curiga dan Trauma (Unsplash)

Pengalaman Saya Melihat Langsung Pasien yang Malah Curiga dan Trauma ketika Berobat ke Puskesmas

14 Desember 2025
Lumajang Bikin Sinting. Slow Living? Malah Tambah Pusing (Unsplash)

Lumajang Sangat Tidak Cocok Jadi Tempat Slow Living: Niat Ngilangin Pusing dapatnya Malah Sinting

19 Desember 2025
Kasta Sambal Finna dari yang Enak Banget Sampai yang Mending Skip Aja

Kasta Sambal Finna dari yang Enak Banget Sampai yang Mending Skip Aja

19 Desember 2025
Tinggal di Kabupaten Magelang: Dekat Borobudur, tapi Tidak Pernah Merasa Hidup di Tempat Wisata

Tinggal di Kabupaten Magelang: Dekat Borobudur, tapi Tidak Pernah Merasa Hidup di Tempat Wisata

18 Desember 2025
Bali, Surga Liburan yang Nggak Ideal bagi Sebagian Orang

Pengalaman Motoran Banyuwangi-Bali: Melatih Kesabaran dan Mental Melintasi Jalur yang Tiada Ujung  

19 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Nyaris Menyerah karena Tremor dan Jantung Lemah, Temukan Semangat Hidup dan Jadi Inspirasi berkat Panahan
  • Kartu Pos Sejak 1890-an Jadi Saksi Sejarah Perjalanan Kota Semarang
  • Ketika Rumah Tak Lagi Ramah dan Orang Tua Hilang “Ditelan Layar HP”, Lahir Generasi Cemas
  • UGM Dorong Kewirausahaan dan Riset Kehalalan Produk, Jadikan Kemandirian sebagai Pilar
  • Liburan Nataru di Solo Safari: Ada “Safari Christmas Joy” yang Bakal Manjakan Pengunjung dengan Beragam Sensasi
  • Upaya Merawat Gedung Sarekat Islam Semarang: Saksi Sejarah & Simbol Marwah yang bakal Jadi Ruang Publik

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.