Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Mustahil Hidup Tentram di Lingkungan Pecinta Sound Horeg Banyuwangi

Rino Andreanto oleh Rino Andreanto
17 Maret 2025
A A
Mustahil Hidup Tentram di Lingkungan Pecinta Sound Horeg Banyuwangi (Pexels)

Mustahil Hidup Tentram di Lingkungan Pecinta Sound Horeg Banyuwangi (Pexels)

Share on FacebookShare on Twitter

Jujur saja, mengharapkan hidup tentram di lingkungan pecinta sound horeg Banyuwangi adalah kemustahilan. Sama mustahilnya seperti saya mempercayai Hitler mati di Garut.

SOUND HOREG adalah salah satu suara yang paling saya benci di dunia ini. Bersaing dengan suara janji-janji manis calon pejabat. 

Saya tahu, tulisan tentang sound horeg sudah berulang kali tayang di Mojok. Saya paham, mungkin kalian sedikit bosan. Namun, sebagai orang asli Banyuwangi (gudangnya sound horeg), saya berani memastikan tulisan ini menyuguhkan sudut pandang berbeda.

Maka dari itu, sebelum membaca tulisan ini lebih lanjut, saya mohon pastikan bahwa di sekitar kalian tidak ada para pecinta sound horeg. Baik mas-mas Jawa yang rambutnya merah miranda atau mereka yang setiap bikin story IG selalu menjedag-jedugkan lagu. Karena kemungkinan besar, mereka yang akan saya bahas tuntas di tulisan ini.

Sound horeg di Banyuwangi adalah bentuk perusakan pendengaran secara massal

Bagi manusia pada umumnya, hobi adalah hal yang paling memakan waktu. Namun statement ini kurang tepat jika disandingkan pada pelaku sound horeg Banyuwangi. Karena selain memakan waktu, hobi ini juga memakan korban.

Untuk gambarannya, pendengaran manusia itu normalnya hanya tahan terhadap suara yang kerasnya mencapai 85 desibel (dB). Sementara itu, kerasnya sound horeg itu bisa mencapai 135 desibel (dB). Terlebih di Banyuwangi, para pegiat sound ini tak kenal waktu. Layaknya pengangguran yang menemukan hobi barunya sebagai semangat hidup.

Bahkan di beberapa momen spesial seperti hari kemerdekaan dan takbiran, mereka bisa menghidupkan sound horeg selama 3 hari nonstop! Bayangkan 3 hari, rek! Modyarr! Ini jatuhnya bukan lagi festival, tapi pembudegan massal.

Perusakan fasilitas

Mungkin kalian juga sudah tahu bahwa pelaku sound horeg Banyuwangi seperti remaja yang kesusahan mengontrol gairahnya. Beberapa fasilitas umum dan pribadi seperti jembatan, tugu, bahkan genteng rumah warga mereka rusak demi kepuasan sesaat mereka.

Baca Juga:

Pengalaman Motoran Banyuwangi-Bali: Melatih Kesabaran dan Mental Melintasi Jalur yang Tiada Ujung  

Lumajang Sangat Tidak Cocok Jadi Tempat Slow Living: Niat Ngilangin Pusing dapatnya Malah Sinting

Apakah semua kerusakannya diganti? Sayangnya, tidak semua. Ada beberapa fasilitas rumah warga yang pada akhirnya dibenahi dengan uang pribadi karena mereka nggak tahu mau minta tanggung jawab ke siapa. Atau lebih tepatnya, nggak ada yang mau bertanggung jawab.

Namun, beberapa pelaku sound horeg juga ada yang mau ganti rugi. Bukan karena rasa tanggung jawab, tapi karena rasa takut setelah diancam akan dilaporkan ke polisi.

Gimana, dari sini udah mulai panas terhadap kelakuan mereka? Tenang, saya akan kasih yang ultimate.

Salah kaprah yang menjadi sebuah kebenaran

Parahnya, masyarakat umum meyakini kesalahan ini sehingga malah menjadi kebenaran. Sound horeg Banyuwangi seperti sudah menjadi kebutuhan pokok bagi beberapa masyarakat. Kini, kalian gak perlu susah-susah nunggu event lagi. 

Sound horeg ini biasanya mereka putar setiap pagi dan menjelang Magrib. Memang ukurannya lebih kecil, tapi tingkat mengganggunya sama besarnya, kok.

Penolakan? Sudah pasti ada. Pelarangan? Juga ada. Tapi anehnya, sound horeg masih tetap ada. 

Saking besarnya pengaruh sound horeg Banyuwangi, sampai-sampai seni menyakiti telinga ini bisa mempengaruhi peta politik. Hal itu terjadi di Pilbup Banyuwangi 2025. yang mana, masyarakat pro sound horeg berbondong-bondong mendukung pasangan penantang. 

Saat itu, petahana secara terang-terangan membuat pembatasan terhadap aktivitas sound horeg. Sesuai namanya, sound ini emang bener-bener bikin horeg.

Faktor ekonomi sound horeg Banyuwangi

Di sektor ekonomi, sound horeg Banyuwangi juga memainkan perannya. Untuk gambarannya, setiap dinyalakan, masyarakat bisa berjoget di atasnya dengan membayar uang berkisar Rp500 hingga jutaan rupiah. Tentu ini sangat berpengaruh bagi kabupaten yang UMR-nya kembang kempis seperti Banyuwangi.

Di sektor keamanan, juga bukan tak ada masalah. Festival horeg sendiri seringkali berakhir ricuh. Baik karena diberhentikan oleh aparat atau oleh warga sekitar yang merasa terganggu.

Nah, jika melihat beberapa gangguan tadi, terutama kesehatan, jangankan berharap bisa hidup tentram di lingkungan pecinta sound horeg. Jika berharap hidup sehat saja, jawabannya masih Insyaallah.

Penulis: Rino Andreanto

Editor: Yamadipati Seno

BACA JUGA Pengalaman Nonton Langsung Sound Horeg: Bikin Pusing, Mual, dan Telinga Berdengung Berhari-Hari

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 17 Maret 2025 oleh

Tags: Banyuwangijawa timursound horegsound horeg Banyuwangisound horeg jawa timur
Rino Andreanto

Rino Andreanto

Alumni pondok pesantren yang lahir di Banyuwangi. Hobi membaca, menulis, dan hal-hal berbau komedi.

ArtikelTerkait

Memasang Replika Lokomotif Lori Tebu di Kayutangan Malang adalah Penistaan Sejarah (Dokumen pribadi)

Lori Tebu di Kayutangan Malang Adalah Wujud Penistaan Sejarah

16 April 2023
Sudah Saatnya Jalur Kereta Benculuk-Banyuwangi Aktif Kembali Mojok.co

Sudah Saatnya Jalur Kereta Benculuk-Banyuwangi Aktif Kembali

19 November 2023
Delta Plaza Surabaya, Mall Sejuta Umat di Surabaya Mengalahkan Royal Plaza dan BG Junction

Delta Plaza Surabaya, Mall Sejuta Umat di Surabaya Mengalahkan Royal Plaza dan BG Junction

30 November 2023
Kalau Mau Menua dengan Tenang Jangan Nekat ke Malang, Menetaplah di Pasuruan!

Kalau Mau Menua dengan Tenang Jangan Nekat ke Malang, Menetaplah di Pasuruan!

15 Desember 2025
Mempertanyakan Pembangunan Terminal Sritanjung Banyuwangi: Terminal kok Jauh dari Pusat Kota dan Ekonomi, buat Apa?

Mempertanyakan Pembangunan Terminal Sritanjung Banyuwangi: Terminal kok Jauh dari Pusat Kota dan Ekonomi, buat Apa?

9 Juni 2023
Kediri, Kota Paling Bahagia yang Kini Berubah Mulai Tak Aman bagi Mahasiswa Perantauan

Kediri, Kota Paling Bahagia yang Kini Berubah Tak Aman bagi Mahasiswa Perantauan

17 April 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Nestapa Perantau di Kota Malang, Tiap Hari Cemas karena Banjir yang Kian Ganas Mojok.co

Nestapa Perantau di Kota Malang, Tiap Hari Cemas karena Banjir yang Kian Ganas

13 Desember 2025
Keluh Kesah Mobil Warna Hitam. Si Cakep yang Ternyata Ribet

Keluh Kesah Mobil Warna Hitam. Si Cakep yang Ternyata Ribet

19 Desember 2025
UNU Purwokerto, Kampus Swasta yang Sudah Berdiri Lumayan Lama, tapi Masih Nggak Terkenal

UNU Purwokerto, Kampus Swasta yang Sudah Berdiri Lumayan Lama, tapi Masih Nggak Terkenal

15 Desember 2025
Pendakian Pertama di Gunung Sepikul Sukoharjo yang Bikin Kapok: Bertemu Tumpukan Sampah hingga Dikepung Monyet

Pendakian Pertama di Gunung Sepikul Sukoharjo yang Bikin Kapok: Bertemu Tumpukan Sampah hingga Dikepung Monyet

15 Desember 2025
Keluh Kesah Alumni Program Akselerasi 2 tahun di SMA, Kini Ngenes di Perkuliahan

Keluh Kesah Alumni Program Akselerasi 2 tahun di SMA, Kini Ngenes di Perkuliahan

18 Desember 2025
Dosen Bukan Dewa, tapi Cuma di Indonesia Mereka Disembah

4 Hal yang Perlu Kalian Ketahui Sebelum Bercita-cita Menjadi Dosen (dan Menyesal)

17 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Upaya Merawat Gedung Sarekat Islam Semarang: Saksi Sejarah & Simbol Marwah yang bakal Jadi Ruang Publik
  • Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat “Suami” bahkan “Nyawa”
  • Pasar Petamburan Jadi Saksi Bisu Perjuangan Saya Jualan Sejak Usia 8 Tahun demi Bertahan Hidup di Jakarta usai Orang Tua Berpisah
  • Dipecat hingga Tertipu Kerja di Jakarta Barat, Dicap Gagal saat Pulang ke Desa tapi Malah bikin Ortu Bahagia
  • Balada Berburu Si Elang Jawa, Predator Udara Terganas dan Terlangka
  • Memanah di Tengah Hujan, Ujian Atlet Panahan Menyiasati Alam dan Menaklukkan Gentar agar Anak Panah Terbidik di Sasaran

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.