Fasilitas transportasi publik di Jakarta lebih beragam dan terintegrasi daripada daerah-daerah lain. Di sana ada Transjakarta, angkutan Jaklingko, Commuter Line (KRL), Mass Rapid Transit (MRT), dan Light Rail Transit (LRT). Semua transportasi publik itu mempermudah mobilitas warga Jakarta dan sekitarnya.
Dari keseluruhan alat transportasi publik yang tersedia, MRT jadi transportasi publik yang dianggap paling nyaman. Sebenarnya LRT juga nyaman, hanya saja armada dan rutenya yang masih terbatas.
Kalau kalian belum tahu apa itu MRT, sederhananya, transportasi ini adalah kereta yang lebih efisiensi dan cepat ketimbang KRL. Banyak yang beranggapan MRT itu nyaman karena mewah, bersih, dan lebih cepat. Bahkan, banyak yang memuji layanan transportasi ini seperti di negara-negara maju Singapura atau Jepang. Nggak heran, sebagian orang justru sengaja menaiki MRT bukan untuk bepergian dalam artian sebenarnya, tapi hanya sekadar jalan-jalan menikmati MRTnya.
Akan tetapi, sebaik-baiknya MRT Jakarta, saya merasa transportasi ini punya beberapa kekurangan yang membuatnya nggak nyaman.
Daftar Isi
#1 Stasiun MRT masih kurang terintegrasi
MRT Jakarta memang transportasi yang maju dan canggih, sayangnya keberadaannya kurang terintegrasi dengan moda transportasi lain. Hal itu bisa dilihat dari konektivitasnya yang terbatas dengan Bus Transjakarta. Baru ada beberapa stasiun MRT yang terintegrasi yaitu Stasiun Lebak Bulus, Bundaran HI, Dukuh Atas, dan Blok M.
Penumpang yang turun di stasiun-stasiun selain yang disebutkan di atas, harus memutar otak mencari transportasi publik lain untuk melanjutkan perjalanan. Misal, saya turun di stasiun di Blok A, maka saya harus meraba-raba lagi dan berjalan cukup jauh untuk menjangkau halte bus terdekat.
#2 Rute yang pendek
Mungkin kekurangan ini masih bisa ditoleransi. Seperti halnya LRT yang proses pembangunannya belum selesai, MRT juga masih dalam proses pembangunan untuk tahap kedua. Saat ini rute MRT memang pendek, tapi kedepannya bakal lebih panjang. Asal tahu saja, rute MRT saat ini hanya dari Stasiun Lebak Bulus hingga Bundaran HI dengan pemberhentian sebanyak 13 stasiun.
Kalau rutenya masih sependek itu, ya MRT ini masih seperti prototipe transportasi publik yang hanya cocok digunakan untuk jalan-jalan saja. Belum cocok untuk jadi moda transportasi publik utama untuk menunjang mobilitas masyarakat Jakarta.
#3 Musala yang kurang nyaman
Fasilitas yang saya sangat soroti adalah keberadaan musala yang kurang representatif dan sangat kecil. Ukuran musala begitu minimalis sehingga orang-orang yang salat di dalamnya jadi berdesak-desakan. Beruntungnya, nggak banyak orang memilih salat di stasiun MRT sehingga situasi berdesak-desakan nggak begitu sering terjadi.
Musala di stasiun MRT juga ditempatkan bersebelahan dengan toilet. Kondisi ini tentu sangat mengganggu. Bayangkan saya ketika sedang khusuk-khusuknya, tiba-tiba ada suara air kloset atau buang angin. Kan agak gimana gitu ya. Selain itu, tempat wudhunya juga terpisah dan tidak menyatu dalam satu ruangan dengan musholanya. Hal itu cukup menyulitkan ketika hendak berpindah dari setelah wudhu untuk salat.
#4 Akses keluar-masuk stasiun MRT bikin ngos-ngosan
Akses keluar masuk di sini maksudnya adalah tangga naik dari stasiun MRT yang tinggi dan curam. Jalur seperti ini tentu tidak ramah untuk beberapa penumpang, apalagi bagi mereka yang dikejar waktu. Menaiki tangga yang panjang dan curam sambil dikejar waktu benar-benar bikin ngos-ngosan. Untung saja, bagi penumpang yang berkebutuhan khusus seperti lansia, ibu hamil, penyandang disabilitas bisa naik lift yang tersedia di setiap stasiun MRT.
#5 Nggak ada sinyal
Ketika naik MRT penumpang dengan provider internet tertentu biasanya akan kehilangan sinyal. Terutama ketika MRT masuk jalur bawah tanah. Ketiadaan sinyal internet bisa menimbulkan ketidaknyamanan bagi beberapa orang. Kondisinya bisa lebih buruk kalau, amit-amit, terjadi kecelakaan atau sesuatu tidak menyenangkan. Penumpang jadi tidak bisa memberi kabar ke orang lain di luar MRT.
Di atas beberapa hal yang mengurangi kenyamanan ketika naik MRT Jakarta. Moda transportasi ini memang sudah bagus, tapi butuh banyak pembenahan. Please, terutama tangga keluar-masuk di beberapa stasiun itu lho, amit-amit kalau ada yang kepleset jatuh, bisa-bisa gegar otak.
Penulis: Muhamad Iqbal Haqiqi
Editor: Kenia Intan
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.